After Story : 1. Tumbuh dan Berkembang

331 42 3
                                    

Like & comment terbuka untuk umum karena masukan dari kalian mendorong pauthor untuk improve lebih baik lagi dengan cerita selanjutnya 😊

Sean

"Oy kita kepisah disini ya, hati-hati lo!" Gue memberikan gestur 'OK' kepada Rama yang turun lebih dulu dibanding gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oy kita kepisah disini ya, hati-hati lo!" Gue memberikan gestur 'OK' kepada Rama yang turun lebih dulu dibanding gue. Kami menaiki kereta yang sama dengan tujuan yang berbeda. Rama pergi ke Purwokerto sedangkan gue masih lanjut di dalam kereta sampai perhentian terakhir di stasiun Jogja.

Perjalanan ini bukan perjalanan jauh pertama gue menggunakan kereta, kalau dihitung ini udah kali ketiga selama tiga tahun lamanya. Setiap liburan setelah semester genap pasti gue akan mempersiapkan diri untuk berangkat ke Jogja, menghabiskan waktu kurang lebih satu bulan dengan papi dan Jean di sana membuat penat yang gue rasakan selama satu semester lamanya perlahan menguap. Pertama, karena adanya pergantian suasana lingkungan yang lebih menyegarkan dan yang kedua karena rasa rindu gue ke papi dan saudara kandung gue satu-satunya itu terbayar.

Hidup hanya berdua dengan mami benar-benar terasa sepinya. Tapi gue bangga bahwa gue sudah berhasil melewati tiga tahun dengan baik alias gak ada masalah.

Ya, ini udah tiga tahun sejak hari itu. Gue dan Jean memutuskan untuk berpisah juga. Jean ikut papi karena merasa kalau gue yang ikut papi gak akan ada bedanya sama kalau papi hidup sendiri, dan gue ikut mami karena alasan mami harus ada yang jaga dan gue satu-satunya anak laki-laki yang mami punya. Gue gak merasa terpaksa, tapi terkadang gue merasa kesepian karena di rumah terbiasa ada Jean yang bisa gue jahili atau gue aja untuk tukar pendapat.

"Masih jauh?"

Ini Jean yang telfon, entah dia lagi ada dimana tapi yang jelas ini udah ketiga kalinya dia nanya hal yang sama sejak gue kabari kalau gue udah sampai daerah Purwokerto. Biasanya papi yang datang langsung menjemput gue di stasiun, tapi untuk kali ini Jean yang datang. Alasannya simpel yaitu dia ingin memamerkan motor baru yang papi belikan waktu ulang tahun kami dua bulan lalu serta kartu SIM yang katanya baru ia miliki beberapa hari lalu. Akhirnya setelah bertahun-tahun Jean bisa naik motor juga, itu suatu kemajuan yang membanggakan sebenarnya mengingat betapa takutnya dia dulu waktu di ajari gue dan papi saat kita masih sama-sama sekolah di Jakarta.

Akhirnya setelah kurang lebih tiga puluh menit dari telfon terakhir Jean gue sampai juga di stasiun, sepanjang jalan gue udah excited banget karena pemandangan yang memanjakan mata gue membawa otak gue kembali ringan. Hilang sudah beban yang selama satu semester ini menumpuk. Aneh memang, tapi nyatanya hanya dengan membayangkan liburan gue bisa mengurangi stress gue dan saat sudah waktunya liburan stress yang selama ini menumpuk benar-benar lepas.

"Lama banget..."

"Enggak ya, ini sesuai sama jadwal nyampe nya. Lo nya aja yang getol berangkat ke stasiun!" Omel gue padanya. Gue gak membawa banyak barang, hanya satu ransel yang segala bentuk gadget seperti earphone, laptop, dan tab serta akesesorisnya dan satu tas jinjing yg tidak cukup besar dan gak penuh karena hanya berisi pakaian beberapa pasang karena pada dasarnya gue punya banyak pakaian di rumah papi tanpa harus gue bawa kayak sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What Kind of Future ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang