Naras
Jika ditanya apa perasaan saya terhadap Dewa sampai sekarang, maka jawabannya cuma satu. Saya masih sangat sayang dengan laki-laki yang bodohnya tiga tahun lalu saya sakiti. Dari semua laki-laki yang pernah mempunyai hubungan dengan saya maka Dewa lah satu-satunya yang berhasil membuat saya berdebar sampai kedua pipi saya panas bahkan ketika dia hanya senyum sambil menyentil dahi saya karena mulai mengantuk saat belajar. Saya pikir saat saya bisa dipertemukan lagi dengan Dewa perasaan itu sudah lenyap, namun faktanya perasaan itu masih ada. Saya pikir saat saya bertemu dengan Dewa di salah satu rumah makan bersama ibu saya gak akan merasakan apapun lagi, tapi sayangnya pikiran saya salah dan jantung saya kembali berdebar lebih cepat dengan sensasi yang sama seperti beberapa tahun lalu.
Saya gak pernah bohong tentang penyakit ayah, saya juga gak pernah bohong tentang saya yang gak pernah cocok atau percaya dengan beberapa laki-laki untuk jadi pendamping hidup saya dan bahagiain ayah. Anggap itu adalah cerita yang amat klise di dengar, tapi nyatanya itu adalah sungguhan. Bagi siapapun yang sudah berusia di atas 26 tahun pasti tahu bagaimana rasanya saat merasa terbebani untuk segera mendapatkan pendamping hidup terlebih saat orang tua sendiri yang terus membahasnya.
Saya tahu apa yang ada di pikiran Dewa saat saya minta dia untuk menemui saya keesokan harinya setelah kita bertemu lagi ke tempat pertama kita saling menyatakan perasaan beberapa tahun lalu. Saya tahu dia pasti gak akan datang dan menganggap saya perempuan gak tahu diri dan gak punya rasa bersalah. Tapi bodohnya saya adalah saya tetap mengusahakan untuk datang padahal saya tahu kemungkinan apa yang dominan akan mendatangi saya nanti.
"Bareng saya, Ras."
"Gimana mas?"
"Kamu bilang kamu mau omongin sesuatu di perpustakaan universitas sore tadi kan?" Yap, yang maha kuasa memang tidak pernah tidur. Apa yang saya pikirkan ternyata berbanding terbalik, kecelakaan tadi adalah jembatan agar saya dan Dewa bertemu.
Saya masuk ke dalam Jeep milik Dewa yang dulu juga sering mengantar saya. "Saya siap bantu kamu, jangan pikir karena saya masih ada rasa sama kamu. Saya cuma gak ingin ngecewain ibu dan ayah kamu yang katamu lagi sakit." Ini memang kesepakatan kita kemarin. Kalau dia datang berarti dia setuju untuk menjalin hubungan dengan saya yang lebih serius dari sebelumnya. Tapi apa ini hal baik? Maksud saya, sebelumnya Dewa gak mau sama sekali lihat saya tapi sekarang dia mau nikahin saya?
"Kamu udah pikirin ini baik-baik? Maksudnya ini bukan keputusan main-main, mas."
"Kalau kita jodoh kita pasti akan sampai pelaminan entah kapan kita gak bisa tebak, tapi kalau kita bukan jodoh biarpun itu satu hari sebelum kamu dan saya resmi kita pasti bakal pisah."
"Perasaan kamu?"
Dewa diam, dia benar-benar gak punya jawaban atau malah membiarkan saya untuk menarik opini sendiri tanpa dia bicara. Tapi harusnya saya juga tahu diri, perasaannya ke saya pasti gak akan sama seperti dulu.
"Kecewa, saya masih belum bisa nerima kesalahan kamu sampai sekarang."
Kalian tahu bagaimana rasanya naik rollercoaster?
Sama seperti sekarang, setelah saya dibawa ke puncak tertinggi dengan mendengar Dewa yang menerima untuk dijodohin sama saya, dalam sekejap saya kembali dijatuhkan oleh fakta bahwa perasaannya memang benar-benar gak bisa sama seperti dahulu. Dia kecewa, dia marah, dia benci saya. Itu fakta, dan kamu Yulena kamu harusnya tahu ini dengan baik.
"Kalau begitu kamu harusnya nolak, saya turun di si-"
"Saya kasih kamu kesempatan kedua kamu paham atau enggak si, Ras?!" Tiba-tiba suara Dewa meninggi dan itu tentunya di tujukan kepada saya. "Mungkin saya emang kecewa sama kamu, tapi mau saya tepis berapa kali pun saya gak bisa lepasin bayangan kamu. Harusnya saya udah nikah beberapa bulan yang lalu kalau aja saya terima dijodohin waktu itu, tapi bayangan tentang kekecewaan saya sama kamu terus datang. Kamu harus tanggung jawab soal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future ✔
Ficción GeneralSetiap manusia pasti memiliki penyesalan dalam hidupnya dan tidak jarang ingin kembali ke masa lalu walau hanya bisa beberapa menit saja. Manusia dilahirkan dengan memiliki ketidaksempurnaan karena di dunia ini yang sempurna hanya satu, yaitu tuhan...