Naras
Saya sempat mikir kalau andil saya jauh lebih banyak dari Dewa akan hancurnya keluarga kecil saya ini. Tapi setelah kejadian malam ini dan beberapa hal yang tiba-tiba terlintas di kepala saya, satu hal saya sadari bahwa disini andil Dewa pun sama besarnya seperti saya.
Saya akui saya gak bisa jadi istri dan ibu yang baik karena saya gak bisa jadiin keluarga saya sebagai prioritas dan bahkan saya akui saya yang buat anak kami alias calon adiknya si kembar meninggal walau orang-orang bilang ini bukan kesengajaan. Tapi setelah saya ingat Dewa pun sama bersalahnya. Dewa emang lebih dekat sebelumnya sama anak-anak karena saya akui dia pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya, tapi semenjak kami memulai banyak pertengkaran berat saya sadar kalau hal itu gak lagi Dewa punya.
Dewa yang sayang keluarga jadi lebih sering melarikan diri dari masalah dengan alasan konyol yaitu gak mau memperumit masalah, buktinya dia selalu pergi dan saat pulang dia pura-pura lupa sama masalah yang belum selesai yang malah mancing masalah baru.
Dulu saya pikir Dewa memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami murni karena kami memang sama-sama sudah tidak saling sepemikiran dan bila dilanjutkan maka akan lebih menyakitkan bagi kami ataupun anak-anak. Saya bodoh karena pernah buang pemikiran bahwa di luar rumah Dewa punya 'rumah' lain dalam artian khusus, tapi sepertinya kejadian hari ini cukup buat saya percaya bahwa kehancuran keluarga kami gak hanya karena ketidak cocokan tapi karena dia punya rumah baru yang jauh lebih nyaman dibanding dengan rumah nya yang lama.
Saya harusnya mengerti dari awal bahwa setiap orang butuh pelampiasan untuk amarahnya, saya harusnya dari awal sudah mengira bahwa kabur yang dilakukan oleh Dewa bukan sekedar menjauh dari saya namun pergi melampiaskan amarahnya kepada seseorang.
"Harusnya sejak hubungan ini mulai gak sehat saya bisa tebak kalau kamu punya pelampiasan di luar sana. Ternyata saya bodoh ya, rasa sayang saya ke kamu benar-benar berhasil buat saya buta. Harusnya dari dulu saya gak pernah buang pemikiran itu jauh-jauh, udah berapa lama kamu punya rumah baru?"
Sedari tadi dia nonton film di ruang tengah penginapan ini sama anak-anak, sebelumnya saya juga sama mereka tapi saya ke kamar untuk buka handphone karena perjanjian kami berempat gak akan ada yang buka handphone hari ini. Tapi bukannya saya nemu handphone saya, lebih dulu saya nemuin hp punya Dewa yang nyala dan nampilin fitur sambungan telefon yang di display picture nya ada foto perempuan atas nama Eira. Saya awalnya mau bodo amat tapi orang itu gak pernah nyerah untuk ngehubungi Dewa jadi saya buka.
Belum jadi saya buka suara perempuan itu lebih dulu berucap dan buat saya kaget bukan main.
"Apaan si? Kamu tiba-tiba nyeret saya buat nanya yang gak penting kayak gini."
"Kamu tinggal di apartemen sendiri selama ini?"
"Iya! Kenapa si?! Saya gak suka kalau kamu tiba-tiba nuduh saya tanpa ada bukti kayak sekarang."
Saya miris mendengarnya, selama ini saya anggap Dewa adalah orang yang gak akan pernah berbohong. Hati saya sakit dengar dia yang terus menyangkal saat saya punya bukti yang sangat jelas.
Saya dengar sendiri tadi.
"Andrea. Kontaknya di handphone kamu namanya Andrea, dia telfon kamu berkali-kali. Waktu saya angkat tanpa aba-aba dia langsung tanya kamu dimana, kenapa di apartemen gak ada, dia bilang dia kangen sama kamu dan banyak hal yang mau dia ceritain sama kamu. Apa lagi yang mau kamu sangkal dari apa yang saya dengar tadi? Saya gak akan tanya siapa dia karena saya gak butuh penjelasan. Karena kalau kamu jelasin pun saya gak akan bisa percaya lagi."
Saya menatap tepat di matanya. Matanya kelihatan bergetar. "Saya juga gak akan jelasin karena kamu bilang gak butuh. Tapi yang jelas hubungan antara saya dan perempuan yang kamu dengar suaranya bukan kayak yang kamu bayangkan. Saya paham tabiat kamu yang ini, persis kayak 23 tahun lalu waktu kamu nuduh saya selingkuh sama teman sekantor saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future ✔
Narrativa generaleSetiap manusia pasti memiliki penyesalan dalam hidupnya dan tidak jarang ingin kembali ke masa lalu walau hanya bisa beberapa menit saja. Manusia dilahirkan dengan memiliki ketidaksempurnaan karena di dunia ini yang sempurna hanya satu, yaitu tuhan...