1.0

1K 190 7
                                    

Shuya memandang Subin khawatir karena kepala pria itu sekarang sedang diobati karena melindungi Shuya dari lemparan vas bunga sebelumnya.

"Sakit," keluh Subin.

"Ya tentu saja sakit, kepalamu robek," ujar Jennie setelah dokter selesai menjahit kepala Subin. "Bagaimana bisa ada penyerangan begitu?"

"Apalagi? Tentu saja karena dia nggak bisa diandalkan," dengus Subin sambil menatap Shuya kesal. "Kenapa kamu ceroboh sekali dan nggak waspada? Kepalamu itu sasaran paling empuk untuk dihancurkan jika aku nggak ada disana! Sial, merepotkan saja."

Shuya diam dan kemudian bersuara dengan lirih, "maaf."

"Subin, kata-katamu kelewatan," ujar Jungwoo.

"Apa? Aku benar kan? Mulai dari dia yang hampir dicekik oleh Han Taejin dan sekarang kepalanya juga mau dihancurkan. Dia bahkan nggak bisa melindungi dirinya sendiri, dia merepotkan disini."

Shuya pergi darisana, karena tak ingin membuat keributan. Dia hanya berdiri dalam diam dengan kedua tangan yang masih bersimbah darah karena tadi berusaha menekan luka Subin dan memapah pria itu.

Sebuah tangan kemudian mengambil tangannya dan menggunakan sapu tangan untuk menghapus jejak-jejak darah disana. Itu Jun.

"Kamu gapapa?" tanya Jun sambil tetap tekun memberaihkan tangan Shuya. "Jangan terlalu mengambil hati ucapan Subin."

Jun tahu bahwa pekerjaan yang ditekuninya ini tak pernah berlangsung baik, entah kehilangan orang terdekat, gagal menyelamatkan seseorang, atau bahkan kehilangan nyawa. Namun, Jun sendiri bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk menghalangi hal-hal itu terjadi, selain pasrah dan membiarkan waktu membuatnya jadi terbiasa.

Proses terbiasa itu sangat panjang untuk membuat seseorang jadi mati rasa. Butuh banyak pengalaman mengerikan didalamnya.

Sayangnya, hal itu tak bisa diterapkan pada Shuya bahkan belum sampai satu bulan ada di bidang pekerjaan ini. Sejujurnya, Jun pun tak ingin gadis itu mengalami hal-hal mengerikan, tapi Jun juga tak mampu mencegah hal-hal mengerikan itu datang.

Jun paham betul cara berpikir gadis dihadapannya ini walau hanya terlibat dengannya belum lama ini. Gadis ini akan diam tak berdaya dan beradu dengan pikirannya sendiri yang mungkin meneriakinya sebagai orang gagal.

Gadis itu bergeming, masih diam mematung dan menatap kedua tangannya kosong, bahkan Jun ragu jika Shuya menangkap presensinya dikedua matanya itu.

"Shuya," panggil Jun lembut.

"...Dia hampir mati."

Jun diam sebentar, "ini bukan salahmu."

"Aku ada di dekatnya saat itu. Aku penyebabnya."

"Bukan. Bukan kamu."

"Subin bilang aku nggak berguna. Dia benar, aku nggak berguna. Bahkan saat ahjumma dan Hana--"

Kata-kata itu terpotong ketika Jun menepuk-nepuk kepala Shuya dengan lembut, berusaha menyalurkan ketenangan untuk gadis itu. "Kamu sudah bekerja keras, kamu sudah membantu Subin mendapat pertolongan. Terima kasih untuk hari ini."

Tangan besar itu hanya mampu menepuk-nepuk lembut kepala mungil dihadapannya tanpa berkata apa-apa, karena Jun tahu bahwa kata-kata tak mampu membuat Shuya merasa berguna.

"Lihat, dia menangis karena kamu!" omel Jungwoo yang berjalan mendekat pada Jun, bersamaan dengan Subin.

"Ck, bukan dia yang terluka" keluh Subin dan dijewer telinganya oleh Jungwoo.

"Kamu ini! Kenapa ngomongnya kaya gitu sih?!"

"Jungwoo, kamu temani Shuya," ujar Jun dan kemudian menatap Subin. "Kamu ikut denganku, Subin."

Dracula | Wen Junhui [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang