Jun itu anak satu-satunya dari petinggi KBI, Korea Bureau Investigator, dia dididik untuk jadi pemimpin kelak, juga dilimpahkan banyak kasih sayang. Hidup Jun itu sangat seimbang sejak dulu, sehingga Jun nggak pernah merasa kesulitan dalam hidupnya. Sayangnya, kemulusan hidup Jun harus berhenti di usianya yang ke-19, dimana pertunangannya dengan gadis entah siapa dari keluarga sahabat Ayahnya terjadi.
Dia Kim Sowon,
wanita yang satu tahun lebih tua dari Jun.Jun bahkan nggak sempat protes karena sebuah janji sahabat lama yang sudah terjalin, bahkan untuk kali pertama dalam hidupnya Jun merasa ini semua nggak adil. Kenapa harus dirinya ketika tujuan janji sahabat lama itu hanyalah kekuasaan dan jabatan semata? Kenapa harus kebahagiaan Jun yang dikorban?
Mau protes seperti apapun nggak ada gunanya, mau memberontak seperti apapun hanya pukulan yang Jun dapat, sehingga akhirnya dia menyerah, membiarkan keegoisan Ayahnya menang kali itu.
Jun pikir sudah selesai, ketika dirinya menikah di awal tahun baru itu, bahkan ketika ulang tahunnya yang ke-20 belum dirayakan, nyatanya belum. Jika menikah dengan landasan sebuah janji sahabat lama adalah keegoisan sang Ayah, maka memberikan cucu ditahun itu juga adalah keegoisan lain yang harus Jun turuti.
Keegoisan Ayah mertuanya.
Jun nggak pernah berencana memiliki anak dari pernikahan ini, sejak awal Jun nggak ingin melibatkan lebih banyak orang untuk hidup nggak nyaman sepertinya, namun tekanan dan desakan terus Jun dapatkan. Sementara dirinya ditekan seperti itu, Sowon justru nggak berbuat banyak, gadis itu hanya menurut, dan kesepakatan itu dimulai.
"Mari punya tiga anak, jenis kelamin nggak akan jadi masalah."
"Kenapa harus tiga?"
"Kamu pikir Ayahku bakalan percaya dengan satu anak saja? Sejak awal saja kamu yang paling menolak pernikahan ini kan? Anak itu adalah belenggu untukmu, satu nggak akan cukup. Aku tahu pikiran Ayah."
Semuanya masuk akal,
jika hanya satu anak, maka bisa saja keluarga Sowon akan meminta lagi untuk membuktikan bahwa Jun nggak akan melakukan perceraian. Tanpa sadar, sebenarnya Ayah mertua Jun membuat belenggu lebih banyak agar Jun nggak nekad melakukan perceraian.
"Apapun yang kamu lakukan dan aku lakukan, itu akan jadi urusan masing-masing. Anak-anak itu akan jadi tanggung jawabmu sepenuhnya."
"Kenapa cuma aku?"
"Jika kita berceria di masa depan, walaupun itu hal yang sulit, aku yakin anak-anak itu pasti sudah menginjak usia dewasa, mereka berhak memilih untuk ikut siapa. Aku nggak akan bawa salah satu dari mereka, karena membawa mereka sama aja membuat mereka jadi dirimu yang kedua."
Maka kesepakatan itu dimulai dengan lahirnya Junho di akhir tahun itu, menyusul Junha di tahun berikutnya, dan Junpyo di dua tahun setelahnya.
Awalnya Jun pikir ketiga anaknya akan cukup dengan dirinya, nyatanya eksistensi Sowon juga sama pentingnya, khususnya bagi si bungsu yang kebingungan akan satu eksistensi kosong untuk isi masa tumbuh dan kembangnya. Berbeda dengan Junho dan Junha yang warisi sikap dewasa Jun sehingga mereka mengerti bahwa sang Mama cukup sibuk dengan pekerjaan hingga sadar sendiri bahwa nyatanya sang Mama memang tak peduli, keduanya memilih untuk berpaling dengan sendirinya. Namun Junpyo saat itu belum mengerti dan sepertinya dialah satu-satunya yang warisi sikap emosional Jun yang jarang ditunjukkan itu. Junpyo ingin dirinya selalu cari sosok Sowon sejak dulu, ingin disayang dan diakui, sampai dirinya sadar bahwa sang Mama memang tak peduli padanya.
"Kesepakatan itu terdengar gila," komentar Shuya setelah mendengarkan cerita Jun. "Jadi, Sowon-sshi memang mau menyerahkan anak-anak padamu?"
"Dipikir-pikir lagi, aku juga nggak mau menyerahkan mereka pada mertuaku, jadi kesepakatan itu masuk akal sekarang untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dracula | Wen Junhui [NEW VERSION]
Fanfiction[Another version of Daddyable Series] We have 3 secret words: 1. Milk, safe. 2. Latte, beware. 3. Espresso, RUN!