1.5

538 116 15
                                    

Shuya fokus pada kertas ujiannya hingga waktu ujian dinyatakan selesai. Ujian kali ini nggak sesulit bayangannya, dia bisa melakukannya dengan baik walaupun melihat teman-temannya yang frustasi.

"Melihat wajahmu yang berseri, berarti ujiannya gampang?" ujar Jaemin saat selesai ujian, menghampiri Shuya.

"Melihat wajahmu yang makin jelek, berarti semester depan dipastikan kamu akan mengulang kelas."

Jaemin menarik rambutnya frustasi. "Gila! Cuma orang gila yang bisa mengerjakan soal ujian itu! Apa pula soal nggak jelas yang bahkan nggak ada dibuku itu hah?!"

Jaemin mengoceh sambil berjalan keluar ruang ujian bersama Shuya, sementara Shuya hanya mendengarkan ocehan temannya itu tanpa berniat menginterupsi. Membiarkan Jaemin mengoceh karena berpasrah pada hasil ujiannya dan frustasi jika harus mengulang kelas.

"Ngomong-ngomong hari ini kamu bekerja?" tanya Jaemin menoleh pada Shuya yang sedang memainkan handphonenya, sibuk entah apa.

"Aku harus jemput anak-anak."

"Pekerjaanmu tuh apa sih? Katanya kamu kerja di kantor dan tinggal di apartemen Paman itu, tapi sekarang malah jemput anak-anak?"

"Ah, dia punya tiga orang anak dan kadang kami main bersama. Karena pekerjaanku itu hybrid working system, jadi bisa sekalian jemput anak-anaknya kalo sempat."

Jaemin mengangguk-angguk. "Ya sudah sana."

"Sampai jumpa!" ujar Shuya sambil melambaikan tangannya pada Jaemin dan kemudian pergi keluar area kampus.

Shuya pergi ke halte, menaiki bis menuju ke sekolah Junpyo. Gadis itu sudah menyiapkan banyak kegiatan di kepalanya mengenai apa saja yang akan mereka lakukan hari ini untuk menghabiskan waktu, karena Junho bilang ingin menjemput kedua kakaknya yang jam pulang sekolahnya berbeda. Sayangnya, dia dikejutkan dengan kehadiran Sowon yang kini sedang berdebat dengan Junpyo di gerbang sekolah, bahkan si bungsu Moon langsung berlari kearahnya ketika mata meteka saling beradu.

"Junpyo, nggak boleh begitu," ujar Shuya.

"Kenapa sih Mama kesini? Biasanya juga nggak pernah. Aku males ditanya temen-temen!" Junpyo tak menggubris ucapan Shuya dan malah memprotes Sowon.

"Mama cuma mau lihat kamu emang nggak boleh?"

"Aku nggak suka!"

Sowon diam seperkian detik kemudian menatap Shuya yang sangat tegang saat ini, takut-takut jika pertengkaran keduanya makin besar.

"Shuya kan?" tanya Sowon dengan nada ramah kemudian merogoh dompetnya, mengeluarkan sejumlah uang yang diletakkannya pada telapak tangan Shuya, dipaksa untuk menerimanya. "Ini buat jajannya Junpyo."

"A-Ah? Nggak usah ... anu itu ... aku punya kok."

"Dikasih Jun?" tanya Sowon. "Pakai punyaku aja. Dadah, Junpyo, senang-senang sama noona yah."

Sowon pergi begitu saja, meninggalkan Shuya yang kebingungan dengan Junpyo yang merenggut dan sejumlah uang ditangannya.

"Kita mau makan es krim?" tanya Shuya pada Junpyo.

"Gak mau pakai uang Mama."

"Iya, gak pakai uang Mama kok," jawab Shuya dan kemudian mengajak Junpyo pergi ke kedai es krim.

Untungnya mood Junpyo perlahan membaik berkat semangkuk es krim yang mereka nikmati siang itu. Bahkan celotehan si bungsu jadi lebih banyak setelah itu, bercerita banyak hal mengenai sekolah dan teman-temannya.

"Noona bakalan kerja bareng Papa terus kan?" tanya Junpyo.

"Hm? Apa?" tanya Shuya kembali, setelah dipikir-pikir, jika kasus Dracula ini selesai, apakah dia akan tetap bekerja bersama Jun atau tidak belum jadi pemikiran Shuya selama ini.

Dracula | Wen Junhui [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang