Bos Gila

63 2 0
                                    

Happy Reading
*
*
*

"Emely! Bangun kau akan terlambat bekerja jika bermalas-malasan begini" Seorang gadis berteriak sambil memukul gundukan selimut menggunakan guling.

"Aish... Jangan mengganggu tidurku. Aku masih mengantuk" Terdengar gumaman dari bawah selimut.

"Astaga Emely apa yang kau lakukan semalam?sampai jam segini belum bangun. Atasanmu akan memarahimu kalo kamu terlambat lagi" Teriak gadis itu lagi.

Yura gadis itu adalah  Yura. Dia sangat kesal karena kakaknya susah sekali dibangunkan. Kakaknya akan terlambat bekerja jika tidak bangun sekarang. Jam menunjukkan pukul 7 sementara kantor tempat kakaknya bekerja masuk pukul setengah delapan.

"Emely!!! " Teriakan Yura menggelegar, sampai Emely kaget karena teriakannya.
"Astaga apa di pita suaramu terdapat toa" Ucap Emely kesal, kesadarannya langsung pulih setelah mendengar suara menggelegar adiknya.

"Sekarang jam tujuh kau tau" Ucap Yura sambil menunjukkan jam weker  didepan wajah kakanya.

"Aku malas berangkat. Kau tau semalam bos kejam itu tanpa perasaan meminta kami membuat proposal baru dan harus diserahkan sebelum berganti hari. Coba kau pikir dia bilang harus buat proposal baru saat kita sudah siapa untuk pulang , kau tau sendiri kan " Curhat Emely. Rasanya dia malas ketemu atasannya apa lagi bosnya  itu.

Yah, Yura tau semalam Emely memberitahunya akan pulang pukul sembilan , Yura menunggu sampai pukul sepuluh dan belum ada tanda-tanda kakaknya akan pulang. Yura menelfon kakaknya dan tanpa sapaan hanya terdengar kalimat "Bosku gila" Yang diucapkan nya lalu mematikan sambungan telfon. Yura sangat paham dengan kalimat itu dia sendiri mengakui kalo bos kakaknya memang gila.

"Tapi tidak dengan bermalas-malasan begini" Ucap Yura.
"Ini masih terlalu pagi untuk beraktivitas " Balas Emely.

"Terlalu pagi? Hello my sister, ini jam tujuh and look at the sun? " Ucap Yura sambil menunjuk matahari terbit.

"Kenapa? " Tanya Emely bingung.

"Wah! Siapa yang bikin peraturan ini 'mesikpun libur, meskipun tidak masuk, have to stay up at seven and let's exercise. Artinya harus tetap produktif. And see lihatlah yang buat peraturan" Ucap Yura kesal. Setiap dia tidak tidak ada kelas ataupun libur setiap pagi selalu diteror dengan telfon dari kakaknya yang katanya harus produktif.

"Hiss! Iya iya aku bangun. Kabari kinara aku sakit. Tunggulah di loby aku akan menyusul" Ucap Emely lalu dia bergegas ke kamar mandi.
Yura melakukan apa yang diperintahkan oleh kakaknya.

"Halo kak Kinar" Sapa Yura.
"Halo ada apa Yura. Dimana Emely? jangan bilang dia gila lagi karena semalam? " Ucap Kinara dari sebrang sana. Suaranya terdengar jengah sekali.

"Yah. Begitulah seperti biasa" Jawab Yura.
"Aaaaaa aku juga tidak mau berangkat. Sial aku sudah sampai kantor " Kinara pura-pura menangis.
"Hahahaha.... Nikmati saja kak " Ledek Yura.
"Ish kau ini. Nanti siang aku akan makan siang diluar katakan pada Emely di restoran biasa" Pesan Kinara kepada Yura.
"Baik, nanti aku sampaikan bye kak"
Setelah mematikan telefon Yura langsung berganti baju dan turun ke loby.

"Lama? " Tanya Emely setelah sampai di hadapan adiknya.
"Tidak kok, baru setengah jam" Ucap Yura dengan menekan kata Baru Setengah Jam. Ditanggapi dengan senyuman oleh Emely.

*
*
*

Setelah melakukan lima putaran keliling taman dekat apartemen, mereka berdua duduk di bangku yang disediakan sambil meminum air mineral yang mereka beli supermarket depan taman.

"Hari ini tidak ada kelas? " Tanya Emely setelah nafasnya teratur.
"Setelah makan siang" Jawab Yura.

Tiba-tiba Yura merasa ada orang yang memperhatikannya. Lagi dan lagi perasaan ini, dia merasa sedang di intai oleh komplotan penjahat.

"Ada apa? " Emely melihat raut wajah gelisah dari adiknya.
"Sebenarnya akhir-akhir ini aku merasa sedang diintai" Jawab Yura.
"Maksudmu? "
"Entahlah. Aku hanya merasa punya pengagum rahasia yang sedang memantau ku" Ucap Yura sedikit bercanda.

"Hiss kau ini. Apa tidak apa apa? Perlukah aku meminta seseorang menyelidikinya?
" Berlebihan. Itu tidak perlu , aku akan baik-baik saja" Untuk Yura.
"Bagaimana kalo nanti tidak baik-baik saja? " Ucap Emely ngawur.
"Astaga kenapa mendoakan yang tidak tidak" Ucap Yura sedikit jengkel.
"Beneran? Tapi aku jadi khawatir " Ucap Emely sendu.
"Semua akan baik-baik saja" Ucap Yura menenangkan.
"I hope so" Ucap Emely.
"Ehem, tadi kak kinara memintaku menyampaikan pesan. Dia bilang akan makan siang di restoran biasa" Yura teringat pesan Kinara tadi.
"Ikut? " Ajak Emely.
"Tidak, setelah makan siang aku akan ke perpustakaan bersama Gabby dan Stella" Tolak Yura.

*
*
*

Sementara dilain tempat terdapat mobil mewah terparkir didepan jalan depan taman itu. Orang didalam mobil sedang menatap satu objek yang menjadi minatnya.

Darren, dia sedang mengamati dua perempuan yang sedang duduk di bangku taman mereka terlihat selesai joging. Yura dan Emely tepatnya , mereka terlihat mengobrol asik. Aish rasanya Darren ingin bergabung dengan mereka dan mengobrol santai. Sial Darren jadi rindu sama gadisnya. Aneh emang padahal gadisnya ada di depannya bisa-bisanya Darren rindu.

Gila emang.

"Justin kira-kira apa yang mereka bicarakan ya? Ah kesayanganku kelihatan bahagia" Ucap Darren pada Justin.

Justin adalah asistennya yang paling setia, dia lebih tua dua tahun dengan Darren. Ayahnya memaksa Justin menjadi asisten Darren, dulunya ayah Justin menjadi asisten Tuan Louis dan sekarang Justin meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai asisten. Awalnya Justin sangat tidak suka tapi lama-lama dia menyukai pekerjaan yang sekarang walaupun selalu menjadi sasaran kemarahan tuan mudanya. Dia bersumpah didepan Tuan besar Louis bahwa dia akan setia pada tuan muda Louis. Karena sumpahnya itu dia berusaha menyukai pekerjaannya dan sampai sekarang dia benar-benar tulus dalam pekerjaannya. Mungkin jika ada yang menawarkan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan maka dia akan tetap memilih setia pada tuan mudanya.

" Saya tidak tahu tuan muda. Apa perlu saya memasang alat sadap agar tuan mendengar pembicaraan nona Yura? " Saran Justin.
"Ahhhh maunya begitu, tapi..... " Ucap Darren ragu .
"Apa tuan muda takut nona Yura tidak nyaman dan mungkin bakal ketahuan? " Tanya Justin.
"Hm" Hanya gumaman yang terdengar di telinga Justin yang berarti membenarkan perkataannya.
"Jadi bagaimana keputusan tuan muda?" Bertanya saja daripada nanti melakukan kesalahan.

"Jangan deh " Ucap Darren setelah berpikir cukup lama.

"Baik tuan muda, saya tidak akan melakukannya" Justin.
"Justin ada apa dengan kesayanganku kenapa dia terlihat gelisah?" Tanya Darren.
"Sepertinya nona Yura mulai merasakan keberadaan kita tuan muda" Jawab Justin.
"Benarkah? Biarlah biar saja dia tahu, pada akhirnya dia juga akan tahu sendiri. "

************************************

Jangan lupa vote and comment

masih ada satu draf yang belum tak publish , itu draf terakhir dan aku belum ngetik lagi.

30 Days Chance _Only you are my wife_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang