01. Ini Gumilang Bersaudara

1K 73 86
                                    


Malam itu tenang. Rumah sepi, hanya terdengar suara dari televisi.

Bukan hal langka.

Di sofa ruang tengah ada Berlian yang hanya rebahan malas, sejak tadi ngeluh kalau lelah padahal tak melakukan aktivitas apa-apa. Mata gadis itu terus melihat sinetron di TV meskipun tak tahu jalan cerita. Tangannya menepuk-nepuk kecil perut, yang meraung-raung minta makan.

Gadis itu menghela napas panjang, kini jadi duduk melihat sekeliling yang cukup hening. Tadi Loka, si kakak pertama, pamit mau beli makan malam tapi tak kunjung pulang. Sedangkan Aji, si kakak kedua, lebih senang mengurung diri bersama komputernya main game tiada henti. Lalu kalau sang papa, hari ini pulang terlambat karena lembur.

Lian risih kalau rumah sepi begini, dia ingin mencari keributan.

Tapi apa?

Gadis itu sibuk menoleh ke kanan-kiri, menghela napas melihat satu pintu yang tertutup rapat sejak siang tadi.

"MAAASSSSS!!!"

Sampai tiba-tiba dia berteriak nyaring, bangkit dari sofa dengan semangat. Berikutnya gadis itu, Lian, berjalan ke satu kamar yang ada di sebelah kamarnya. Ada gambar Boboiboy di pintu itu, yang sudah luntur tapi tak pernah diganti.

"Mas," panggilnya lagi lebih kalem, melongok dari pintu yang ia buka sedikit.

Tapi si pemilik kamar hanya berdehem kecil, tak menoleh sama sekali. Aji, dia masih asik main game di komputer. Sesekali terdengar laki-laki itu mendecak kesal, atau menggebrak kecil mejanya.

Lian berjalan masuk membiarkan pintu terbuka lebar-lebar, lantas melemparkan tubuhnya ke kasur dengan seprei bergambar Spiderman itu.

"Mas." Dia memanggil lagi.

"Hm?" Aji menjawab tanpa menoleh. Laki-laki itu tetap fokus pada layar komputer di depannya, tak peduli dengan keberadaan si adik.

Emang, ya, cowok kalau sudah berhadapan sama game bakal lupa dunia.

"Mas, aku ada berita hot dan menarik," kata Lian memainkan rubik yang tergeletak di atas kasur Aji, kamar kakaknya ini kalau dilihat-lihat semakin mirip toko mainan.

Tapi Aji tetap diam tak begitu penasaran. Membuat Lian manyun kecil merasa diabaikan.

"Mas nggak mau tau?"

Aji menghela napas kecil merasa terganggu, tapi matanya tetap fokus pada layar. Karena kalau dia noleh sedikit saja, dia pasti bakal kalah.

"Apa?" tanya Aji pada akhirnya. "Jangan ngomong dulu, Mas lagi fokus," lanjutnya mengangkat telunjuk menyuruh si adik diam.

Lian mendelik kecil di sana, menatap sang kakak sudah mau protes.

"Assalamu'alaikum."

Tapi saat dia baru mau membuka mulut, terdengar suara Loka akhirnya pulang.

Gadis itu tak jadi ngambek dan langsung bangun dengan semangat. Dia tersenyum cerah, berlari kecil meninggalkan Aji di kamarnya.

"WA'ALAIKUMSALAM," jawab Lian riang menghampiri ke dapur.

Loka meletakkan plastik di atas meja, lalu berjalan ke rak menggambil tiga piring. Si sulung itu mondar-mandir menyiapkan makanan. Dan, ketika bungkus dibuka, aroma sedap nasi goreng menguar hingga ke mana-mana.

"Aku baru ingat, kalau hari ini baru makan satu kali," celetuk Lian mulai bercerita walau tak diminta. "Tadi nggak sarapan, cuma makan roti pas siang, terus sore tadi juga cuma makan buah sama Mas Aji."

Serangkai Kata [New Version]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang