Tanpa membuat drama, senja melangkah pergi ketika ia harus pergi. Lantas, malam berganti hadir untuk mengisi hari seperti bagaimana mestinya.
Rembulan tampak indah bersinar. Ditemani oleh jutaan bintang-bintang di angkasa, elemen-elemen pelengkap langit malam kembali hadir. Mereka kembali menunjukkan eksistensinya setelah beberapa hari belakangan tak pernah muncul, seolah memberitahu kepada setiap insan bahwa dirinya yang indah masihlah ada. Memberi cahaya pada gelapnya malam, memberi harapan pada terpuruknya keadaan.
Lian menoleh ke samping, memandangi lama Papa yang tengah melahap sepotong kue. Ada stoberi besar di sana, yang dengan cekatan langsung disambar Aji. Papa hanya terkekeh-kekeh sampai akhirnya jadi membalas tatapan Lian yang terus menatap tanpa berkata.
"Kenapa? Papa ganteng, ya?" ucap sang papa memainkan alis menggoda, membuat Imo Irish dan Inka praktis mendesis tak percaya dengan apa yang mereka dengar. "Apa? Nggak terima?"
Inka masih pada raut wajah mau muntahnya. "Om, jangan terlalu percaya diri. Ingat umur."
"Tapi Om emang ganteng, sih," puji Marvel menyahut. "Kayak muka gantengnya tuh nggak pasaran. Cuma Om yang punya."
Papa mengepalkan tangan, mengajak keponakannya untuk tos. Pesona seorang Papa Sano ini memang tidak bisa ditolak, meskipun sudah berkepala empat.
"Pasti Papa pas muda dulu banyak mantannya," celetuk Aji.
"Iya, bener!" Imo Irish menyahut heboh. "Dulu Papamu, tiap satu minggu sekali pasti bawa cewek main ke rumah. Dan itu beda-beda semua," imbuh Imo Irish lantas terkikik.
"Ih, Papa playboy!" seru Lian mendelik kaget.
"Playboy kelas kakap kalau Papa kamu mah. Di kampus, setiap jurusan dan angkatan pasti ada yang pernah jadi pacar Papa kamu." Imo Irish geleng-geleng kalau mengingat kelakuan Sano Adi Gumilang ketika muda dulu, bahkan orang tua mereka pun sampai lelah memberitahu.
"Astaghfirullah, Papa." Loka mendramatisir, membuat Papa yang tengah dikuak masa lalunya semakin pasrah saja.
"Untung aja Papa kalian nih ketemu sama mama kalian pas udah mau skripsi. Alhamdulillah, ketemu mama kalian langsung tobat. Nggak gonta-ganti cewek lagi," tandas Imo Irish.
Papa jadi terkekeh, seolah memori di kepala langsung kembali berputar ketika pertama kali bertemu mama. Seorang gadis dari negeri ginseng, yang bahkan saat itu belum begitu fasih berbahasa Indonesia.
Semua tertawa mendengar pernyataan Imo Irish. Ternyata, sosok bapak yang selalu disegani dengan ketegasan dan sikap kalemnya ini dulunya seorang playboy kelas kakap.
"Eh?" Hingga tiba-tiba saja, tawa Papa terhenti ketika bungsu memeluk raga yang masih lengkap memakai kemeja kerja itu tanpa aba-aba. Papa tak menolak, malah semakin merengkuh bungsu ke dalam pelukan.
"Papa," panggilnya.
"Hmm? Kenapa?"
"Selamat ulang tahun."
Begitu halus nadanya, begitu menenangkan suaranya. Untuk beberapa detik, ruang tengah begitu sunyi ketika Papa memandangi bungsu dengan saksama. Wajah polos itu menatap sangat bahagia, yang dalam satu kesempatan selalu mengingatkan Papa tentang sosok mama. Tidak begitu serupa, tapi kehadiran bungsu di sini sudah cukup untuk mengobati rasa rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serangkai Kata [New Version]✓✓
FanficSelamat datang di rumah Gumilang Bersaudara. Keluarga yang katanya keluarga cemara, ceria dan harmonis tiada tara. Mereka pemenang kategori keluarga paling idaman saat lomba 17an tahun kemarin, atas hasil voting warga satu komplek. Padahal penghuni...