1. Gila

480 32 0
                                    

Absen dulu dong yang nyasar ke sini gara-gara tiktok!!!
Jangan lupa kasih vote dan komen ya biar semangat up-nya


Denting bel menggema di setiap penjuru ruangan saat seorang pria muda baru saja memasuki ruangan itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis yang ada di sana.

"Aku ingin Americano satu," jawab pria itu.

"Totalnya jadi empat puluh ribu ya, Kak."

Pria itu memberikan uang lembar lima puluh ribuan. "Mohon ditunggu, Kak."

Setelah pria itu mendapatkan apa yang diinginkannya, dia segera pergi ke sebuah tempat yang sering mereka sebut sebagai basecamp.

"Oii, lama banget lo!" seru pria dengan kulit putihnya.

"Sorry, mampir dulu tadi." Orang itu mengacungkan segelas americano yang beberapa saat lalu dia beli.

"Arga Adyatama, kapan lo bakal berhenti minum minuman pahit itu?" Satu orang lagi melayangkan protesnya.

"Dari mana lo tau ini pahit, Raka Mahendra?" Pria yang dipanggil Arga itu tak ingin kalah juga melontarkan sindirannya. Arga pergi duduk di samping Raka pada akhirnya.

"Terus aja kalian saling sebut nama masing-masing. Gue gak di anggap!" kesal pria dengan kulit putih.

"Ohhh cemburu lo? Ya udah sini-sini Geri Raifan." Raka mengulurkan tangannya hendak memeluk Geri. Namun, pria itu segera menepis tangan Raka sebelum Raka berhasil memeluknya.

"Geli anji*g."

"Dih kasar lo," ucap Raka sambil memeluk dirinya sendiri.

"Udah sih berisik kalian berdua." Arga mencoba melerai kedua sahabatnya.

"Abis gabut banget, Ga. Dari tadi diem mulu. Lo juga sih lama banget," lirih Raka memasang wajah melasnya.

"Gabut lo bilang? Tugas Pak Hendra udah lo kerjain? Tugas Bu Ida gimana? Oh tugas kelompok Pak Kurniawan apa kabar?" tanya Arga.

"Ahhh lo mah curang. Jangan serang gue kaya gitu."

"Ya lagian, lo kan udah tau gimana sifat dia, pake di pancing-pancing segala," timpal Geri.

Arga memang begitu, ingatan pria itu sangat kuat tapi tak pernah dia gunakan dengan benar. Tugasnya selalu Raka yang mengerjakan dengan imbalan bermain PS di rumahnya.

Arga sebenarnya pintar, hanya saja dia orang yang malas. "Gak lagi gue bilang gabut sama lo!" Raka memalingkan badannya membelakangi Geri dan Arga.

***

"Kiri kiri oper gue bego!!" Raka berteriak sangat kencang. Mereka saat ini berada di rumah Arga lebih tepatnya di kamar Arga.

"Bentar bangs*t!!" Geri tak kalah emosi. Tangan mereka sangat sibuk menekan berbagai tombol joystick.

DEATH GLARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang