Arga menengok ke arah belakangnya, di mana dia mendengar suara orang jatuh."Woi woi tolongin nih." Begitulah kiranya suara riuh siswa-siswi lain saat ada temannya yang jatuh.
Arga diam membeku, dia memang tak biasa menghadapi situasi seperti ini, sehingga bingung harus melakukan apa. Semua orang berkerumun melihat orang yang baru saja pingsan itu begitupun Geri dan Raka.
"Woi Ga, bantuin nih." Setelah mendapatkan perintah, akhirnya Arga mendekat dan melihat siapa gadis yang baru saja pingsan.
"Bawa ke UKS sana, gendong," ucap Raka.
"Kok lu jadi nyuruh gue sih," protes Arga.
"Udah sih. Kenapa kalian jadi malah ribut. Ga gendong cepat ke UKS." kali ini Geri yang memerintahkan Arga.
Tanpa banyak berkata lagi dan tentu saja dengan sebuah keterpaksaan, Arga akhirnya membawa gadis itu menuju UKS.
"Cinta nggak apa-apa kan?" tanya Naya kepada Nadia. Nadia menggeleng. "Aku juga nggak tahu. Semoga aja dia nggak apa-apa," jawab Nadia.
Semua orang di sana kembali ke posisi masing-masing selain Arga yang sedang mengantar Cinta ke UKS.
Suasana di UKS sepi, hanya ada satu orang penjaga kesehatan yang ada di sana. Menjaga kesehatan itu juga merupakan anggota PMR yang sepantaran dengan Arga.
"Ada apa Ga?" tanya penjaga kesehatan itu.
"Tadi pingsan pas olahraga," jawab Arga singkat. Setelah membaringkan Cinta di brankar UKS, Arga menunggu petugas kesehatan itu memeriksa Cinta.
"Gimana keadaannya?" tanya Arga.
"Tidak apa-apa mungkin hanya karena cuaca panas jadi dia pingsan." Arga mengangguk.
"Baiklah kalau gitu gue balik ke kelas dulu," ucap petugas kesehatan itu yang kebetulan kelasnya memang sudah dimulai.
Arga mengangguk. Setelah petugas kesehatan itu pergi, Arga memastikan cinta dalam posisi tidur yang nyaman. Setelah melakukan itu Arga beranjak untuk meninggalkan UKS namun sebuah tangan halus menyekal lengannya agar tak pergi dari sana.
"Kak boleh tungguin aku di sini nggak aku takut," ucapnya dengan lirih.
"Tapi gue masih ada kelas olahraga, lo mau tanggung jawab kalau gue dihukum," tanya Arga menakut-nakuti Cinta.
Dengan terpaksa Cinta melepaskan pegangan tangannya, namun wajahnya terlihat sangat sedih yang membuat sisi kemanusiaan Arga tergugah.
"Oke oke gue tungguin." Pada akhirnya Arga menunggu Cinta yang masih sakit. Sebenarnya Arga tak hanya menunggu, dia juga mengoleskan minyak angin di bagian leher dan kepala Cinta.
Cinta yang mendapatkan perlakuan seperti itu justru semakin terjatuh pada pesona Arga.
"Ngapain lo lihatin gue?" tanya Arga ketika dia merasa gadis yang berada di hadapannya itu memandangnya tanpa henti.
Cinta tergagap panik karena Arga memergoki dia yang tengah menatapnya.
"Enggak Kak aku cuma suka aja," ucapnya blak-blakan. Arga tak menanggapi ucapan Cinta. Pria itu malah segera berdiri dari duduknya dan meninggalkan Cinta tanpa sepatah kata pun.
Cinta sudah mencoba menahan pria itu agar tak pergi dari sana namun usahanya sia-sia belaka karena pada akhirnya Arga tetap meninggalkannya.
Cinta mendengus kesal karena rencananya hanya berjalan sebentar. Awalnya dia akan menahan Arga di sana sampai jam pulang tiba. Namun hanya ini yang bisa dia lakukan.
Dengan kesal Cinta bangkit dari tidurnya dan memukul berakar beberapa kali.
"Sialan sialan sialan!" umpatnya.
"Buat apa gue di sini kalau dia nggak bisa gue tahan," monolognya kesal. Setelah dirasa keadaan sudah mulai tenang Cinta turun dari brankar untuk menuju ke kelasnya, lebih tepatnya ke pinggir lapangan. Dia hanya akan menyaksikan teman-temannya bermain.
Kelas Arga dan kelas Nadia akhirnya bertanding voli. Kedua kelas itu begitu menikmati permainan hingga lupa waktu, kecuali Arga.
Pria itu malah termenung di pinggir lapangan dengan air mineral di sampingnya. Pikirannya mulai melayang ke masa di mana Cinta mengatakan menyukainya.
Namun di sisi lain matanya terus menatap Nadia yang tengah bermain dengan gembira.
"Kenapa?" lirihnya. "Kenapa begitu mirip?" Karena tidak ingin terhanyut dalam pikirannya terlalu dalam, Arga meninggalkan tempat itu. Dia berjalan menuju Rooftop yang suasananya lebih sepi kemudian dia mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai menikmatinya.
****
"Gila sih ternyata kelas bawah lebih semangat olahraganya," ucap Raka. Pria itu bersama Geri berjalan menuju ke tepi lapangan setelah selesai bermain.
"Arga belum balik?" tanya Raka. Geri yang mulai menyadari ketidakberadaan Arga mulai mengedarkan pandangannya mencari salah satu temannya itu namun nihil orang yang dia cari tidak ada di sana.
"Masih di UKS kali," ucap Geri. Raka mengangguk setuju. Keduanya meneguk minuman masing-masing hingga minuman itu tandas. Kemudian mengeluarkan ponselnya dan mulai memainkannya.
Jika Raka membuka aplikasi game online maka Gari membuka aplikasi chat dan mulai mengetikkan sesuatu.
Geri :
"Di mana lu?"Selang beberapa menit sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya.
Arga :
"Rooftop."Geri tak lagi membalas pesan dari Arga karena dia sudah mengerti apa yang sedang anda lakukan di tempat itu.
"Rooftop nggak?" tanya Geri pada Raka sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Arga di sana?" tanya Raka yang dianguki oleh Geri.
"Oke ayo!" Akhirnya keduanya menyusul Arga ke Rooftop. Tanpa mereka sadari ada orang di belakang mereka yang sedang memantaunya.
"Kemana lagi mereka pergi?" desis orang itu. Orang itu tak hanya bertanya-tanya dalam hatinya, tapi dia juga mengikuti setiap langkah Geri dan Raka hingga mereka tiba di Rooftop sekolah.
Tempat itu adalah tempat yang paling aman untuk mereka merokok.
"Sejak kapan lu di sini?" teriak Raka saat dia memasuki Rooftop.
"Belum lama," jawab Arga. Ketiga sekawan itu akhirnya merokok bersama dengan pikiran mereka masing-masing.
"Jadi di sini tempat nongkrongnya?" bisik orang yang tadi mengikuti Raka dan Geri.
Setelah tahu di mana tempat persembunyian Arga, orang itu kembali melakukan aktivitasnya sementara Arga Gerry dan Raka masih di sana.
"Kenapa lo?" tanya Geri. Bukan tanpa alasan dia bertanya. Karena Arga hanya akan pergi ke tempat ini dan merokok jika dia sedang memikirkan sesuatu.
Namun saat itu Arga menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia tidak kenapa-kenapa.
"Nggak usah bohong gue udah hidup sama lo bertahun-tahun," paksa Geri. Namun Arga tak menjawab.
"Ah palingan mikirin Nadia kan?" celetuk Raka.
Arga yang mendengar nama itu spontan menolehkan kepalanya kepada Raka dengan tatapan membunuhnya.
"Iya iya sorry, lagian gue cuma bercanda," ucap Raka setelah dia sadar Arga tak ingin membicarakan gadis itu.
Suasana menjadi sepi seketika dan tak ada pembicaraan lagi.
"Saran dari gue sih jangan terlalu benci lah ya. Tuhan Maha membolak-balikkan perasaan, gimana kalau besok lu jatuh cinta sejati-jatuhnya sama dia," ucap Geri yang membuat Arga memutar otaknya dan mulai berpikir.
Sorry telat up😭
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH GLARE
Teen FictionVOTE AND COMMENT!!! FOLLOW AND READ!!!! Gue Arga Adyatama, putra sulung keluarga Adiatama. Diana Adyatama adik perempuan gue yang sekarang masih sekolah di kelas 3 SMP. Saat ini harusnya gue udah jadi tulang punggung keluarga karena kepergian bokap...