6. Benci untuk Kesekian Kalinya

43 11 1
                                    

Langsung aja.

Pagi ini Arga kembali ke sekolah bersama kedua orang temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini Arga kembali ke sekolah bersama kedua orang temannya. Sebenarnya dia sangat malas terutama untuk bertemu dengan gadis yang kemarin mengantar Mamanya pulang, tapi sekolah adalah salah satu kewajiban yang harus dia lakukan. Itulah kenapa dia berada di sini sekarang.

Bukan di sebuah kelas melainkan di kantin sekolah yang sangat ramai. Entah mengapa netranya melihat gadis yang kemarin mengantar Mamanya pulang.

"Biar saya bantu, Pak," ucap gadis itu sambil mengambil ember pel beserta pel yang sedang dibawa oleh bapak-bapak yang bertugas membersihkan kantin.

Arga berdecak melihat kelakuan Nadia.
"Udah gue duga semua cewek emang sama!"  desis Arga saat melihat Nadia akan membantu bapak itu.

"Liatin apa lo?" tanya Geri sambil duduk di sebelah Arga sementara Raka mengikuti arah pandang Arga.

"Liatin cewek lucu lah emangnya mau lihatin siapa lagi," ejek Raka. Sebuah pukulan ringan didapatkan pria itu dari tangan Arga.

"Lu benar-benar bikin keruh suasana tau gak," ucap Geri.

"Ya maaf. Lagian omongan gue juga bener kan?" Geri dan Arga tak bisa menjawab karena yang dikatakan Raka sepenuhnya adalah sebuah kebenaran.

"Lagian lo kalau suka kenapa gak samperin aja sih?" saran Raka. Untuk kedua kalinya sebuah pukulan ringan di kepalanya Raka dapatkan.

"Emangnya siapa yang bilang suka sama dia?" kesal Arga.

"Dari nafas lu juga udah kelihatan kalau lo itu tertarik sama dia," ucap Raka.

"Udah-udah kantin bukan buat ghibah. Lo mau makan apa?" tanya Geri mengalihkan topik pembicaraan. Akhirnya Arga dan Raka fokus pada Geri kemudian mereka memesan makanan karena perut mereka memang sudah sangat kelaparan.

Berbeda dengan Ketiga orang itu, Nadia yang awalnya ingin pergi makan ke kantin harus membantu mengepel lantai kantin yang kotor itu.

Memang bukan tugasnya tapi sedari kecil dia diajarkan untuk membantu, apalagi jika itu orang yang lebih tua.

"Neng biar Bapak aja yang kerjain ini tugas Bapak," ucap bapak itu.

"Nggak apa-apa Pak ini toh juga cuma sedikit bentar lagi selesai," jawab Nadia.

Naya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Nadia. "Nad kamu mau pesan apa biar aku yang pesenin, nanti aku tunggu di sana," ucap Naya sambil menunjuk bangku yang masih kosong di pojok kantin.

Nadia Berhenti sejenak dari kegiatannya untuk melihat bangku yang ditunjuk Naya. Nadia mengangguk setelah melihat bangku itu.

"Samain aja sama kamu, apa aja nanti aku makan." Naya mengangguk mengerti kemudian dia pergi untuk memesan makanannya.

Sementara itu Nadia melanjutkan pekerjaannya yang sedikit lagi akan selesai. Tak lama sebelum dia menyelesaikan pekerjaannya Arga dan kedua temannya melewatinya sambil berkata, "Cari muka aja terus lo. Dasar cewek!"

Nadia yang mendengar perkataan itu sontak terkejut karena terlalu tiba-tiba.

"Kakak bicara sama aku?" tanya Nadia yang membuat langkah Arga terhenti begitupun dengan kedua temannya.

Arga berbalik melihat Nadia dengan pandangan sinisnya. "Kalau ngerasa syukur deh," decaknya. Setelah berucap demikian Arga berlalu dari sana.

"Maafin temen gue ya," ucap Raka sebelum dia juga meninggalkan tempat itu. Nadia mengangguk. Sebenarnya dia juga sedikit bingung kenapa Arga bisa sangat membencinya, padahal dia tidak mengenal Arga sebelumnya dan dia yakin tidak pernah melakukan kesalahan pada pria itu yang membuat pria itu begitu membencinya.

Tapi Nadia tak ambil pusing dengan masalah itu. Arga membencinya itu adalah haknya, yang dia perlu lakukan adalah melakukan yang terbaik.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Nadia mengembalikan kain pel itu kepada bapak yang bertugas setelah itu dia beranjak menuju bangku di mana Naya berada.

Setibanya di sana ternyata makanan sudah ada di hadapan mereka. Mereka menyantap makanan itu hingga tandas karena memang sudah lapar, setelahnya Nadia dan Naya kembali ke kelas.

****

Arga berdecak kesal saat mengetahui jam pelajarannya disatukan dengan kelas gadis yang sangat dia benci.

Ya kelas Nadia. Guru olahraga di kelas Nadia tidak bisa masuk sehingga kelas mereka harus disatukan. Berbeda dengan Nadia yang mulai gelisah karena harus bertemu dengan Arga, Cinta Azura siswi baru yang disukai oleh banyak pria itu tersenyum senang karena akan bertemu dengan pria yang dia sukai yaitu Arga.

Raka dan Geri sudah menyerah dengan gadis itu karena memang mereka berdua menggoda gadis itu hanya untuk taruhan.

"Woi jangan bengong lo." Raka datang dari arah belakang Arga sambil merangkul bahu Arga dengan sedikit kencang.

"Diam lu ganggu aja," kesel Arga, wajahnya sudah terlihat marah karena moodnya turun drastis sejak tahu kelas olahraganya akan disatukan.

"Kenapa sih sensi amat?" tanya Geri.

"Lo gak lihat siapa kelas yang ada di depan kita?" tanya Arga sambil melirik Geri. Geri yang bingung mulai mengedarkan pandangannya melihat kelas siapa yang ada di hadapan mereka dan ya Geri menemukan jawabannya.

"Lagian kenapa sih kalau kita disatuin sama kelas mereka? Toh mereka juga nggak akan ganggu," ucap Geri.

"Mereka emang nggak bakal ganggu tapi gue benci banget lihat muka cewek itu," timpal Arga.

"Ya udah jangan dilihat, orang kan di sini banyak, atau perhatian lo cuma sama cewek itu doang?" goda Raka.

Arga secara spontan memukul bagian belakang kepala Raka karena kesal.

"Aduh! Lu kenapa sih main pukul-pukul aja kalau gua jadi bodoh gimana?" protes Raka.

"Lo nggak gue pukul juga udah bodoh kali," ucap Arga. Raka terdiam sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

"Gue emang udah bodoh, jangan diperjelas juga," protesnya. Suara peluit terdengar di indra pendengar mereka.

"Ayo anak-anak kumpul semuanya sekarang kita pemanasan dulu oke!" Semua siswa dari dua kelas itu berbaris dengan rapi merentangkan tangan mereka dan melakukan pemanasan.

Pandangan Arga hanya tertuju pada Nadia sementara Arga terus saja dipandang oleh Cinta. Kedua teman Arga menggelengkan kepala karena menyadari ketiga orang itu yang saling memperhatikan satu sama lain.

"Nay,sadar gak sih kayaknya Kak Arga liatin aku deh."

"Percaya diri banget kamu, atau dia emang suka sama kamu?" bisik Naya. Nadia menggedikkan bahunya tanda tak tahu jawaban apa yang akan dia berikan pada Naya.

"Nggak mungkin juga Kak Arga suka sama aku malah sebaliknya dia sepertinya sangat membenciku."

"Benci sama cinta itu beda tipis loh," ucap Naya. Pembicaraan mereka selesai di sana.

"Oke anak-anak kalian lari dulu dua keliling. Setelah itu kita main bola voli tanding antara kelas satu dan kelas lainnya, oke." Semua siswa berlari mengelilingi lapangan, mereka tak lagi protes dengan permintaan guru itu karena jika mereka protes maka putaran akan ditambah.

Perhatian Arga teralihkan ketika ada suara orang yang jatuh.







Siapa ya???

DEATH GLARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang