Waktunya Arisan

9 4 3
                                    

TETANGGA GAK BOLEH JULID

Part 3

Waktu menunjukkan pukul 3 sore Ibu-Ibu sudah dandan pakai baju terbaik kayak mau kondangan padahal  kalau arisan biasanya cuma pake daster ala kadarnya dompet aja bonus dari toko emas itu aja kadang warnanya udah burem.

Uang di dalam dompet penuh sesak walaupun yang nongol di dominasi warna abu abu dan coklat sekali kali sih emang warna merah dan ijo nongol tapi jarang kalau warna merah biru nunggu dapet Arisan baru bisa mendarat di dompet itu. 

Hari ini mereka tampak berbeda, karena ada acara Syukuran mereka berubah memakai gamis dilengkapi dengan kerudung warna warni juga dompet biasanya yang kumal diganti dengan tas  Thermoz, Luiton, Candil yang udah gak tau KW berapa yang jelas mereka dapat dari beli online atau beli dari mpok Markonah yang suka gelar dagangan  pas waktu Arisan tentu saja dengan penawaran yang ekstrim atau pake sistim kredit yang tiap ditagih angsurannya malah curhat katanya gak punya duit. 

Untungnya Mpok Markonah orang yang sabar, alias sabar nagih tiap hari. 

"Ih Bu Muji lama banget sih, nanti kan acaranya jam 4". Mpok Zenap tumben tumbenan nyambung. 

" Yah biasa kan memang suka lama orangnya kalau ngapa-ngapain ".Ucap bu Astri. 

" Assalamu'alaikum, berangkat yuk, ". Ucap Bu Murti saat sudah berada di depan Bu Astri dan Mpok Zenap 

" Lho Bu Muji mana ? " Tanya Bu Astri. 

" Nah itu orangya" Bu Murti menunjuk ke arah seorang wanita yang tergopoh gopoh datang. 

"Ayok berangkat," Ucap Bu Muji. Dia menenteng sebuah tas besar yang biasa dipake sama ibu- ibu guru untuk bawa buku banyak. 

"Bu Muji bawa oleh - oleh ya ? " Mpok Zenap yang sedikit Oon malah nanya. 

" Enggak dong buat jaga jaga aja, nanti kalau banyak jajanan sayang kan kalau mubadzir".

Mereka kemudian pergi ke rumah pak Adi meski masih belum banyak yang datang tapi mereka sengaja duduk di belakang. Mereka memilih tempat strategis agar nggak begitu ketara pas nilep jajanan dari piring saji. 

Bu Adi sangat ramah dan menyambut para tamu anggota Arisan. 

Tak lama kemudian Bu Adi dan Dinda menyuguhkan berbagai panganan dari mulai kue basah, gorengan, buah, tak lupa juga aneka minuman seperti teh kemasan dan juga buah buahan. 

"Silahkan lo silahkan dimakan sambil nunggu yang lain", Bu Adi dengan ramah mempersilahkan tamu yang datang duluan untuk makan. 

Tanpa Babibu Bu Muji langsung aja comot comot yang ada di piring depannya. 

" Aduh sayang banget yah pisang goreng ini terlalu berminyak, makanan berminyak kan gak sehat iya kan ibu ibu ".ucap Bu Muji sambil mengunyah pisang goreng yang ketiga. 

Tangan satunya tak luput untuk memasukkan makanan di dalam tasnya. 

" Yan sekali kali kan gak papa, gak setiap hari juga, " Ucap Bu Astri dengan merupakan lemper ke mulutnya. 

"Ini rasanya kok gak enak ya? "  Saking Oonya Bu Zenap makan  salak sama kulitnya. 

"Dikupas dulu Mpok Zenab, jangan malu maluin ah".ucap Bu Astri sambil megupas buah salak. 

" Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh , Ibu-ibu senang sekali dalam. Kesempatan hari ini kita bisa berkumpul disini selain Arisan rutin hari ini saya mau menyampaikan bahwa Hari ini juga sekaligus acara tasyakuran kesuksesan sebuah buku yang ditulis oleh Ananda Dinda". Bu Aisyah membuka acara tersebut. 

"Hus hus.. Eh ternyata si Dinda kerja beneran lo, dia jadi penulis wajar aja uangnya banyak iya kan? ".Bu Astri berbisik ke Bu Murti. 

" Iya Bu Muji salah selama ini, pakai Bilang Dinda gak bener".Bu Murti menjabab Bu Astri . 

"Bu Muji kemana ya ? " Bu Astri celingak celinguk. 

 Mereka gak ada yang menyadari kalau Bu Muji sudah Keluar diam diam dengan tas penuh kue. 

Bersambung 











Tetangga gak boleh Julid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang