10-Lebih Buruk

95 18 5
                                    

Terkutuklah tanganku yang refleks menebas apapun di atasku. Ketika aku sadar, aku melihat bahwa tangan iblis itu telah terpotong. Sepertinya dia hendak meraihku, tapi ia tidak menduga bahwa aku memiliki nichirin dan itu memotong tangannya.

Sekedar info: dia murka sekarang.

Melihat kerutan penuh amarah di wajahnya dan tangannya yang kembali beregenerasi, aku bergegas berlari ke lorong utama. Lorong tadi terlalu sempit dan sangat merugikanku.

Melihat iblis itu merangkak turun membuatku bergidik ngeri. Dia seperti kelabang dan itu, membuatku ingin cepat membunuhnya karena geli.

"Kisatsutai... Kenapa harus sekarang? Padahal setelah menyantap semua anak di rumah ini, Tuan pasti akan menjadikanku 12 iblis bulan... Ah, kalau begitu... kumakan dia saja? Dia bukan hashira... dia lemah... ya... kumakan saja... kumakan... KUMAKAN KAMU!"

Uah... Lihatlah tubuhnya yang merangkak kayak titan abnormal di anime sebelah. Untung enggak sambil kayang.

Dengan cepat aku berseluncur di pegangan tangga, bergegas menuju pintu belakang. Jika keluar lewat sana, aku bisa mengarahkan iblis itu ke hutan dan dapat bertarung dengan lebih leluasa.

"Kemari... Kemarilah... Biar kusantap..."

"Mana mungkin aku ke sana, Bodoh?!" gerutuku, masih terus mengarahkan iblis ini ke hutan.

Untungnya tidak ada orang lain yang melintas. Sehingga tidak jatuh korban selain jalan yang retak kena serangan iblis yang masih mengejarku ini.

Begitu tiba di hutan, aku bergegas melompat ke atas dahan pohon. Bergerak semakin ke dalam, berharap harap cemas agar tidak ada iblis lain yang datang. Aku bersyukur dapat menemukan area lapang untuk bertarung.

Aku melompat turun, menjejak kokoh. Berbalik, berhadapan dengan iblis yang masih mengejarku dengan keadaan merangkak. Sungguh tidak keren...

Melihat bahwa iblis ini benar-benar ingin menyerang, aku menghunuskan nichirin di depanku. Aku memegangnya erat-erat karena sebilah pedang ini adalah penentu nyawaku dalam pertarungan ini.

"Ah... Lapar... Kemarilah... Kusantap..."

"Tidak, kutolak... Terima kasih." gumamku.

Mataku menyipit kala melihat bahwa iblis ini membuat gerakan yang agak aneh. Kakiku secara refleks melompat ke samping melotot kala melihat lidah iblis di depanku ini memanjang dan mencambuk tempatku berdiri tadi hingga pohon di sekitar itu tumbang.

Uah... Iblis satu ini cosplay jadi katak...

Melihat bahwa iblis itu hendak menyerang dengan lidahnya lagi, aku memasang kuda-kuda bertahan. Karena pohon-pohon di sekitar membuatku tidak dapat bergerak sebebas jika aku berada di lapangan.

"Pernafasan kesedihan, bentuk kedua: Malam yang Melankolis."

Aku menahan lidah itu dengan nichirin. Menahan rasa jijik yang muncul akibat melihat lidah penuh air liur itu mengenai nichirinku. Ingatkan aku untuk memandikan nichirin ini dengan kembang tujuh rupa.

Setelah merasa bahwa aku akan kalah dalam adu kekuatan, aku mengarahkan lidah itu ke samping dan melompat ke sisi yang lain. Tidak sempat membersihkan nichirin dari air liur, aku langsung memasang kuda-kuda untuk menyerang.

"Pernafasan kesedihan, bentuk ketiga: Pusaran Kesedihan."

Targetku adalah kepala, tapi sayangnya yang terpotong adalah lidahnya. Sepertinya lidah itu benar-benar menjadi alat penyerangan dan pertahanan utama iblis di depanku ini.

Aku bersalto ke belakang, menghindari serangan lain. Sejak aku isekai tubuhku jadi lebih mudah dipakai untuk berolahraga, kalau di dunia nyata beberapa menit juga udah encok.

The Girl of SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang