05-Lama Tidak Berjumpa

177 26 0
                                    

"KAMU?!"

Tidak percaya dengan apa yang kulihat, aku mengucek mata berkali-kali. Berharap agar orang di depanku ini cepat hilang dan bahwa orang ini hanyalah khayalanku saja. Tapi berkali-kali aku membuka mata, sosoknya tidak kunjung hilang.

Dia berdiri tegak di depanku, dengan keringat yang membasahi yukata pink pucatnya.

"Oi, Hana! Bagaimana kamu bisa di sini?"

Ingatkan? Hana, temanku di dunia nyata yang entah kenapa bisa ada di sini juga. Dia terdiam, memandangiku bingung. "Justru seharusnya aku yang bertanya, kan?!"

"Aku tiba di sini beberapa tahun yang lalu," jelasku ketika kami beranjak menjauh dari satu peserta lain yang selamat. Kupikir bukan hal yang baik kalau dia mendengar soal isekai dan sebagainya. Bisa-bisa kami dikira orang gila. "Mati tertimpa kaleng ketika aku pulang dari les."

"Aku tiba sekitar 9-10 tahun lalu, aku lupa pastinya." jelas Hana.

Karena penasaran, aku pun menanyakan bagaiman Hana mati. Dan tampak jelas dia tidak mau membicarakannya, antara konyol atau tragis. Tapi, kupikir itu konyol, karena kalau tragis dia tidak mungkin menolak sambil menahan tawanya.

"Aku sudah memberi tahumu, gantian!" bujukku.

"Jadi, aku nyampe ke rumah dengan selamat. Terus, aku lagi nonton anime tapi aku inget bahan masakan di kulkas kosong. Jadi, aku pergi ke warungnya Mpok Lela. Abis itu, ya, aku kepeleset kulit pisang. Oh! Kusumpahi orang yang membuangnya agar menderita 7 turunan! Aku kepeleset dan malah terbentur tiang listrik... is death deh..."

Melihat raut wajah Hana yang murung, aku pun merangkulnya. Menepuk-nepuk bahunya, mencoba menghibur. Hana masih saja mengomel tentang kematiannya yang aneh, serta menyumpahi orang yang membuang kulit pisang itu dan sebagainya. Dibandingkan ketimpa kaleng, kupikir kematiannya lebih mending kan? Bagaimana menurut kalian?

Kami duduk berdampingan, kuceritakan seluruh kehidupanku di sini dengan singkat. Sedangkan Hana bercerita panjang lebar dengan penuh semangat dan serinci mungkin.

"Aku bangun di tubuh bocah! Aku punya keluarga, dulu... Keluarga bahagia yang kayak di program-program tv itu! Aku juga punya teman masa kecil yang super dekat, jangan tanya siapa karena aku lupa! Hehehe... Lalu, tiba-tiba ada iblis, aku lupa rincinya bagaimana tapi orang tuaku terbunuh. Aku mencoba mencari temanku itu, tapi dia menghilang! Jadi, aku kabur saja ke hutan dan tiba di kota terdekat!"

"Oh... Masa kecil tidak bahagia..."

Hana tertawa mendengar komentarku. "Lalu, aku diasuh oleh seorang guru koto! Tapi, dia meninggal 3-4 tahun lalu karena sakit parah. Karenanya aku berkelana dan tiba di Distrik Hiburan Yoshiwara! Lalu, aku bekerja di sana sambil berlatih pernapasan diam-diam!"

"Kamu bekerja sebagai-"

Sepertinya Hana mengetahui kelanjutannya. Memukulku pelan sambil cemberut.

"Bukan! Aku bekerja sebagai pemusik, pemain koto!" seru Hana. "Karena hutangku pada pemilik sudah lunas, dia pun memperbolehkanku mencari pekerjaan lain."

"Sepertinya hidupmu lebih sulit."

"Mungkin karena aku tiba lebih lama?" kekehnya.

Benar juga. Mungkin karena dia tiba lebih lama dan sudah menghadapi lebih banyak kesulitan membuat kehidupannya tampak lebih sulit dari kehidupanku.

Kami pun bercerita tentang segala jenis latihan yang kami lalui. Aku bertepuk tangan kala mengetahui Hana berlatih otodidak atau sekedar melihat gerakan para samurai yang sering memamerkan kekuatannya di rumah bordil.

Pembicaraan kami terhenti ketika si 2 bocah macam robot itu datang. Hanya kami bertiga yang lulus. Seekor gagak hinggap di bahuku, untung bukan pipit macam miliknya si kepribadian ganda itu.

The Girl of SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang