Chapter 1🥺

10.5K 448 8
                                    

TYPO BERTEBARAN

Disaat usianya yang masih belia, Daniel harus merasakan pahitnya kehidupan. Daniel Rezvan Avilash, anak laki-laki berusia 12 tahun, bertubuh mungil, berwajah imut, berkulit putih, bermata bulat, dan berpipi sedikit chubby. Saat ini Daniel harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan membantu ibu panti. Ya, Daniel tinggal di sebuah panti asuhan kecil di ujung kota. Selama 7 tahun tinggal di panti asuhan, ia dipaksa bekerja oleh ibu panti. Mulai dari menjual koran di pinggir jalan, menjadi pemulung barang bekas, sampai menjadi pelayan di sebuah kafe.

Pagi ini Daniel bekerja menjadi pelayan di sebuah kafe yang letaknya cukup jauh dari panti. Sebelum Daniel berangkat, ia terlebih dahulu menyiapkan sarapan untuk ibu panti dan juga anak-anak panti lainya. Hari ini Daniel menyiapkan tempe goreng dan sayur sop. Lalu, ia berpamitan kepada ibu panti yang bernama Ibu Mariana.

“Bu, Daniel mau belangkat kelja dulu”, ujar Daniel sambil mengulurkan tangannya. Sedikit informasi, Daniel memang cadel dan tidak bisa mengucapkan huruf “r”.
“Iya, sana cepet berangkat kerja biar dapet banyak duit. Jangan cuma nyusahin mulu kerjaanya!!”, ucap Mariana dengan nada ketus.
“Iya Bu”

Lantas Daniel segera berangkat ke kafe menggunakan kendaraan umum yaitu bus. Sesampainya di kafe ia langsung berganti baju dan mulai bekerja. Setelah beberapa jam bekerja, perutnya terasa sakit dan perutnya mual. Lalu ia didatangi oleh salah satu teman kerjanya, sebut saja Kak Reza.

“Daniel, kamu kenapa?”, tanya Reza.
“Aku gapapa kok kak”, jawabnya sambil memegangi perutnya yang sakit.
“Muka kamu pucet banget, ayo istirahat dulu”
“Gausah kak, aku masih kuat kelja kok kak”
“Ayo istirahat dulu aja, nanti aku bilangin ke Pak Edo” (Pak Edo adalah pemilik kafe)
“Yaudah deh kak”

Akhirnya Daniel memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruangan yang disediakan untuk karyawan kafe. Reza membawakan makanan dan teh hangat untuk Daniel.

“Ini, dimakan dulu makanannya sama diminum tehnya”, ujar Reza
“Iya, makasih ya kak”, ucap Daniel sambil tersenyum manis pada Reza
“Iya sama-sama. Pasti kamu belum sarapan ya?”
“Iya kak, kan aku udah biasa kok ngga sarapan”
“Yaudah cepet dimakan ya, pasti kamu laper banget”
“Hehe, iyaa kak”

Reza hanya memperhatikan Daniel makan, itu membuat hatinya bahagia. Daniel makan dengan lahap sampai pipinya menggembung dan di sekitar bibirnya belepotan, lalu dengan sigap Reza segera membersihkan mulut Daniel dengan tisu. Reza tau kehidupan Daniel begitu berat, di usianya yang masih 12 tahun, dia harus bekerja keras dan tidak ada orang tua maupun saudara yang melindunginya. Reza juga tau kalau ibu panti tidak berperilaku baik pada Daniel, namun daniel tetap tersenyum dan tidak pernah mengeluh. Setelah menyelesaikan makannya, Reza menyuruh Daniel untuk meminum obat agar sakitnya segera hilang.

“Kamu sekarang istirahat aja ya dek”, Reza memang kerap memanggil Daniel dengan sebutan Adek
“Iya kak, makasih Kak Leza udah banyak bantuin aku selama aku kelja disini”, ujar Daniel sambil memberikan senyum manisnya untuk Reza
“Adek ngga usah bilang makasih terus, Kak Reza seneng kok bisa bantu adek”

Setelahnya Reza segera meninggalkan ruangan tersebut dan bekerja lagi di kafe. Setelah tertidur selama 1 jam, badan Daniel telah merasa lebih baik dan ia memutuskan untuk kembali bekerja sampai malam.

Next ngga nii?

Daniel dan DelvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang