Chapter 10 🤒

3.2K 210 4
                                    

Halo haloooo....

Ada yang nungguin update an cerita ini ngga?

.
.
.

Selamat Membaca 🤗🤗

🐥🐥

Di rumah sakit

Saat ini Ray sedang menuju ruangan adiknya, ia sangat khawatir dengan adiknya itu.

Ia masuk kedalam ruangan itu, disana ada Delvin dan papanya yang sedang mengurus beberapa pekerjaan. Delvin membantunya mengurus kantor cabang dan papanya mengurus pekerjaan di kantor utama.

“apakah prince baik-baik saja?”

“tidak ada luka yang serius kak, dia hanya perlu banyak istirahat”, ucap Delvin

“syukurlah. Papa sudah lama disini?”, Ray bertanya pada papanya

“Papa baru saja sampai. Sebenarnya siapa yang telah menyakiti adikmu?”

“dia musuh Ray pa, tadi Ray sudah menyuruh bodyguard untuk membawanya ke markas”, jawab Ray

“Bagus, papa ingin segera memotong tangannya”, ucap papa sambil menyeringai

“aku juga tidak sabar pa”, jawab Delvin

“Nanti kita akan ke markas setelah mama dan baby iel kemari”, ucap Dirga

“Baik pa”, jawab Ray

Ray duduk dikursi didekat ranjang adiknya. Ia mengelusi tangan adiknya sambil sesekali menciumnya.

“ughhh…”, Delvan mulai bangun dari tidurnya

“Maafkan kakak telah membangunkanmu”

“engga apa-apa kok kak. Kak, Delvan haus”

Ray membantu adiknya untuk duduk lalu mengambilkan air putih untuk adiknya. Delvan pun meminum air itu hingga setengah gelas.

“Kakak, Delvan mau dipangku sama kakak”, cicit Delvan sambil menunduk

Sebenarnya ia tau kakaknya ini baru pulang sekolah tapi ia ingin duduk dipangkuan kakaknya ini.

“Baik prince”

Delvan sangat senang karena kakaknya setuju. Ray mulai naik ke ranjang dan memindahkan adiknya dipangkuannya. Delvan bersandar didadanya sambil membentuk pola abstrak di dada Ray.

“Kakak, tadi Delvan dipukulin sama kakak jahat. Dia bilang gara-gara kakak, dia jadi putus sama pacarnya. Dia juga bilang kalo kakak brengsek…hiks…k-kak Ray engga brengsek…hiks…kakak baik”, Delvan menangis mengingat kejadian tadi, ia tak suka jika ada orang yang berkata jelek tentang keluarganya

“jangan dengerin dia ya, perkataan dia ngga bener. Udah jangan nangis lagi, badan kamu lagi demam prince”, ucap Ray sambil memeluk dan mengelus punggung adiknya

Ray menghapus air mata yang ada di pipi adiknya dan mengecup kedua mata adiknya

Cup

Cup

“jangan nangis lagi ya prince”

“iyaa kakak”, Delvan tersenyum manis pada kakaknya
“Kamu makan dulu ya, daritadi kan belum makan”

“Kakak suapin yaa”, ucap Ray sambil mengambil bubur dari atas nakas dan mulai menyuapi adiknya

Papa dan Delvin tersenyum melihat interaksi antara Delvan dan Ray.

Selang beberapa saat kemudian buburnya sudah habis
“sekarang minum obatnya ya?”, ucap Ray

“boleh engga kalo ngga usah minum obatnya?”, ucap Delvan

“harus minum obatnya biar cepat sembuh, kan katanya mau jalan-jalan sama baby iel”, Ray membujuk adiknya agar mau minum obat

“ummm, iya Delvan mau minum obatnya”, ucap Delvan dengan mata berbinar

Setelah minum obat Delvan mulai mengantuk

“Kakak, Delvan ngantuk, mau digendong papa”

Ray menurunkan Delvan diranjang lalu berjalan kearah sofa

“Pa, Delvan ingin digendong papa”

“Baiklah”

Papa segera menghampiri putranya untuk menggendongnya ala koala

“Putra papa kenapa sangat manja hmm”

“emangnya engga boleh ya pa?”

“Boleh dongg”

Dirga mengecup kening anaknya lalu menuntun kepala anaknya agar bersandar dibahunya. Ia juga mengelus punggung anaknya agar cepat tertidur.

Setelah Delvan tertidur, ia membaringkannya di ranjang
Tak lama kemudian, mama dan iel masuk ke ruangan itu. Mama duduk disebelah papa dengan iel dipangkuan papanya.

“Mas, bagaimana keadaan Delvan?”

“jangan khawatir, ia baik-baik saja”

“Papa, kak van sakit apa?”, tanya iel

“Kakak jatuh tadi pas disekolah”, iel pun menggangguk, ia percaya dengan ucapan papanya

“Sayang, aku akan keluar dengan Ray dan Delvin. Kita ada urusan pekerjaan”, Dirga bicara pada Diana

“Baik mas, hati-hati dijalan”

Cup

Cup

Dirga mengecup kening anaknya dan istrinya.

“Ma, aku dan Delvin pergi dulu”, ucap Ray

“iyaa, hati-hati yaa”, ucap Diana dengan tersenyum

“Baby jangan nakal yaa”, ucap Delvin

“iyaa kakaakk”

Cup

Cup

Ray dan Delvan mengecup kening adiknya. Mereka keluar dari ruangan itu. Dirga menyiapkan bodyguard untuk menjaga istrinya dan kedua anaknya.

“jaga mereka dengan baik”, ucap Dirga

“Baik tuan besar”

Mereka bertiga lantas pergi meninggalkan rumah sakit itu.

.

.

.

Iel berada di pangkuan mamanya

“Mama…iel boleh sekolah engga? Soalnya selama tinggal di panti iel engga pelnah sekolah. Iel ingin sekolah kayak kakak mama”, ucap iel

“Nanti baby bilang ya sama papa, kalo papa setuju nanti mama juga setuju”

“Benelan ya ma?”

“iya sayangg.. oiya mama mau tanya, dulu baby pas di panti asuhan kok ngga sekolah?”

“ummm…iel itu kelja dali pagi sampai malam mama…iel ngga punya uang buat sekolah…tapi pas iel udah dapet uang nanti uangnya diambil sama ibu panti”, ucap iel dengan tatapan sendu

“Baby kerja dimana sayang?”

“dulu iel pelnah jualan kolan telus pelnah mulung juga telus yang kemalin itu iel jadi pelayan di kafe mama”
Diana menitikan air mata mendengar perkataan putranya. Ia tak akan membiarkan hal ini terulang lagi. Ia akan menjaga dan membahagiakan putranya.

“Mama kenapa nangis, mama jangan sedih”, tangan mungil iel menghapus air mata mamanya

“engga papa kok sayang, mama engga sedih kok. Mama kagum banget sama baby, baby kuat banget selama ini menghadapi semuanya sendiri”

Iel hanya tersenyum mendengar perkataan mamanya lalu Diana menciumi pipi putra imutnya ini.

🐥🐥

Next ngga nii?

Daniel dan DelvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang