Chapter 14 😞

2.4K 177 4
                                    

Hai semuaa...

Maaf ya aku baru sempet update...





Happy Reading🌻🌻

🌳🌳

Diana sudah sampai dirumah sakit. Saat ini ia akan masuk ke dalam ruangan rawat Delvan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Diana membawa makanan untuk makan siang dan juga membawa cake strawberry.

Betapa kagetnya Diana saat memasuki ruangan itu karena kedua putra imutnya tertidur dengan plester demam dikening mereka dan juga dalam keadaan terinfus.

Diana menghampiri Ray dan Delvin.

“Apa yang terjadi pada adik kalian?” tanya Diana

“Mereka lari-larian dan bermain hujan di taman ma. Pada akhirnya mereka demam” ucap Ray

“Benar ma, tadi papa yang ngasih tau kalo mereka lari-larian disini” ucap Delvin

“hahh…padahal tadi mama udah bilangin mereka biar ngga nakal. Yaudah ini kalian makan dulu ya, mama mau bangunin adek kalian biar makan. Mereka belum makan siang kan?”

“Belum ma” jawab Ray

“Ini dimakan dulu, mama masak banyak tadi”

“iyaa ma” ucap Delvin

Ray dan Delvin memulai makan siang mereka sedangkan Diana membangunkan kedua bayi besar itu.

“Baby, prince ayo bangun. Makan dulu sayang” ucap Diana sambil mengelusi rambut kedua putranya
Kedua bayi besar itu mulai membuka matanya.

“ughh…mamaa pusingg…hiks” ucap iel sambil menangis

“mamaa…Delvan juga pusing…hiks…kepalanya nyut nyut” ucap Delvan

“mama pijat kepalanya ya?”

Diana mulai memijat kepala putranya secara bergantian. Diana juga menghapus air mata putranya karena dari tadi mereka belum berhenti menangis.

Ray dan Delvin belum selesai makan, namun mereka mendatangi adiknya yang terus menangis lalu menggendongnya ala koala. Delvin menggendong Daniel dan Ray menggendong Delvan.

Mereka menggendong adiknya sambil mengelus punggung adiknya agar mereka tenang. Setelah beberapa saat mereka tak menangis lagi.

Kedua bayi besar itu didudukkan di ranjang lalu mulai disuapi bubur oleh Diana.

Mereka berdua hanya menurut karena badan mereka sangat lemas. Setelah makan bubur mereka meminum obat lalu Diana memberi salep pada luka Delvan agar cepat sembuh.

“mama…mau papa…mau digendong papa” ucap delvan

“iel juga mau digendong sama papa” ucap iel

Sebenarnya alasan mereka ingin bersama papanya adalah karena mereka masih takut pada kakaknya.

“digendong sama kakak aja ya?”

“engga mau mama~” ucap iel

“papa masih kerja sayang, nanti ya nunggu papa pulang”

“engga mau, maunya sekarang aja mama~” mata Delvan berkaca-kaca. Sudah berapa kali ia menangis hari ini.

“jangan nangis lagi ya, mama telfonin papa dulu”

Delvan sedang ada rapat di kantor. Tiba-tiba handphone nya berdering. Ia pun mengangkatnya

“Mas, bisa pulang sekarang ngga?”

“Aku sedang ada rapat sayang. Ada apa memangnya?”

“ini iel dan delvan mau digendong sama mas. Mereka ngga mau sama kakaknya”

“baiklah aku akan segera kesana”

“hati-hati dijalan mas”

“iya sayang”

Diana menutup telfonnya.

Sementara itu, Dirga membubarkan rapatnya lalu menuju rumah sakit.

.

.

.

Dirga masuk kedalam ruangan rawat itu. Ia menghampiri kedua putranya.

“papa, iel mau digendong sama papa”

“delvan juga papaaa”

Kedua anaknya malah berebut ingin digendong olehnya.

“baby dulu ya yang papa gendong, nanti terus gantian prince” ucap Dirga

“sini baby”

Dirga lantas menggendong iel sambil sesekali ia mngecupi kening anaknya itu.

Delvan agak kecewa dengan papanya. Padahal tadi ia yang lebih dulu ingin digendong, tapi malah sekarang papanya menggendong adiknya terlebih dahulu.

apa papa udah engga sayang lagi sama delvan?” batin delvan

Iel lama-lama mengantuk dan akhirnya terlelap digendongan Delvan.

Delvan membaringkan iel dan akan menggendong delvan. Namun delvan tampak menolaknya.

“prince ngga mau digendong sama papa?”

Delvan hanya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ia memilin-milin ujung piyama yang ia pakai.

“ummm…d-delvan engga usah digendong pa. Delvan kan udah besar. Papa gendong adek aja soalnya adek kan yang masih kecil” ucap Delvan dengan nada lirih

“tadikan katanya mau digendong. Yuk papa gendong ya. Prince emang udah besar tapi tetap jadi putra kecilnya papa” ucap dirga dengan tulus sambil mengelus kepala putranya itu

Delvan mendongak untuk menatap papanya, matanya tetap berkaca-kaca. Papanya tersenyum tulus padanya.
Dirga menggendong delvan lalu membawa anaknya ke balkon. Diana membantu untuk mendorong tiang infusnya. Lalu Diana meninggalkan suaminya dan putranya di balkon.

Delvan mengalungkan tangannya dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Dirga. Dirga mendudukan dirinya di kursi dan Delvan dipangkuannya dengan posisi menyamping.

Dirga tau putranya ini pasti berpikiran jika ia lebih mementingkan daniel daripada dia.

“maafkan papa prince. Pasti kamu merasa kalau papa lebih mementingkan adikmu kan? Papa tidak berpikiran seperti itu. Papa sayang sama semua anak papa. Papa tidak mementingkan yang satu diatas yang lainnya karena kalian semua sangat penting untuk papa, kalian semua adalah harta papa yang paling berharga”

Delvan merenungkan semua kata-kata papanya barusan. Papanya memang menyayangi semua anaknya dan tidak membeda-bedakan satu sama lainnya.

“maafin d-delvan…hiks…papa…”

“prince tidak perlu meminta maaf hmm? Prince tidak salah. Sudah jangan menangis lagi nanti tambah pusing” ucapnya sambil menghapus air mata delvan

“ummm…iyaa papa”

Dirga kembali menggendong putranya sambil mengelusi punggungnya dan beberapa saat kemudian Delvan tertidur.

🌳🌳

Maaf yaa aku baru sempat up 😭


Satu vote dari kalian sangat berarti untuk aku💜

Jangan lupa komen juga yaa🤗🤗

Baiii....

Daniel dan DelvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang