Bagian II

7.3K 614 7
                                        


Rumah Arion yang aku tuju tepat di depanku dan meskipun hanya menatapnya dari sini aku bisa merasakan kehangatan yang tepancar dari dalam sana. Rumahnya berbanding terbalik dengan rumahku, Jika dirumah, aku menghabiskan waktu untuk makan dan tidur, disini adalah tempatku berbicara dan melakukan aktifias normal lainnya. Orangtua Arion memperlakukanku dengan sangat baik, mungkin bisa dikatakan aku bisa mengetahui definisi keluarga bahagia dari keluarga Arion. Ibunya benar-benar memerankan tokoh ibu rumah tangga yang baik, seperti memantau perkembangan akademik dan jam malam Arion, Arion menganggapnya sebagai gangguan, tapi bagiku yang tidak pernah merasakan itu semua, hal-hal kecil semacam itu justru yang paling membuatku iri. Lalu, Ayah Arion dia sungguh ramah, ia sering mengajakku melihat koleksi koin-koin yang ia kumpulkan sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar dan sangat antusias menceritakan pengalamannya semasa ia masih menjadi Pilot, aku tumbuh dengan pemikiran bahwa ayahku adalah orang pengecut dengan meninggalkanku dan Mom tapi Arion justru sebaliknya, Ayahnya adalah sosok yang membuat Arion dengan bangga bisa mengatakan bahwa kelak ia ingin seperti Ayahnya, membandingkannya seperti ini membuatku menyadari bahwa hidup Arion sungguh sempurna.

Sekarang aku sudah meninggal, apakah hilangnya diriku tidak akan berarti apa-apa di dalam kehidupannya yang sempurna? Maksudku aku hanya pacarnya selama dua tahun ini, bukankah itu cukup membuatku menjadi bagian berharga di hidupnya? Menimbang-nimbang semua yang sudah kami lewati, aku menghibur diriku sendiri bahwa keluarga Arion bersedih dengan kematianku seperti yang Marisa lakukan. Ketakutan terbesarku sekarang adalah kenyataan bahwa aku sendirian dan ketakutan jika orang-orang yang aku sayangi memilih melanjutkan hidup. Bukan berarti aku suka melihat mereka bersedih, maksudku aku lega mereka bersedih, kau harus merasakan sendiri kematian yang ku alami untuk bisa mengerti perasaan membingungkan ini..

Aku membuka gerbang rumahnya dan berjalan menuju pintu. Pintu rumahnya terbuka, dari luar aku bisa melihat ibu Arion sedang membaca majalah di kursi santai, jika aku terlihat pasti dia sudah memelukku dan membuatkanku makanan. Kemudian pemikiran bahwa suatu hari nanti akan ada gadis yang dibawa Arion untuk menggantikanku membuat dadaku berdenyut nyeri. Aku berusaha menyingkirkan berbagai kenangan yang rasanya tak bisa aku dapatkan kembali dan bergegas menuju kamar Arion. Mulai sekarang, aku harus berusaha melupakan semuanya dan fokus ke tujuan awalku mencari tau mengapa ini semua terjadi, aku tidak boleh membiarkan kesedihan mengendalikanku.

Arion ada di kamarnya, dia sedang duduk di depan komputer sambil meminum sodanya. Aku bahkan tidak bisa melihat ekspresi apapun diwajah Arion, dia menatap layar komputer dengan tatapan yang tidak bisa di artikan seolah dia tidak berada disana, seolah fikirannya membawa ia jauh. Wajah yang tidak pernah dia tunjukan kepadaku karena selama ini yang selalu kulihat adalah Arion yang selalu tersenyum dan tertawa selama bersamaku, sungguh aneh melihatnya sekarang, lelaki yang selama dua tahun selalu menemaniku, lelaki tampan dengan bola mata hijaunya yang mampu membuatku nyaman dan hanya dengan mendengar suaranya saja mampu mengusir segala kesedihanku. Jika dia tau apa yang baru saja terjadi kepada kekasihnya, tentang kekasihnya yang dibunuh, dia pasti sedang memelukku saat ini dan berkata semuanya akan baik-baik saja karna itu yang aku butuhkan saat ini.

Aku menyentuh bahunya perlahan takut apapun yang aku lakukan tidak akan berdampak padanya, Arion membulatkan bola matanya kaget dia terdiam "Anna" bisiknya hampir tak beruara, mungkinkah Arion bisa melihatku? "iya aku Anna, aku ada disini" ucapku bergetar, sulit mengendalikan diriku saat ia ada di jarak sedekat ini, aku berusaha menyentuhnya lagi namun sekarang tanganku bisa menembus tubuh Arion dan ia tetap terdiam.

Handphone Arion berbunyi dia beranjak dari tempat duduknya dan meraih telfonnya sementara aku tidak sedetikpun melepaskan mataku darinya. Arion tidak bisa melihatku tapi aku tau barusan dia bisa merasakan kehadiranku, kami sangat terikat kuat, aku hanya harus lebih berusaha membuat kehadiranku bisa lebih dirasakan Arion, keajaiban itu pasti ada, apalagi untukku yang dengan sangat tidak adilnya kehidupanku direnggut begitu saja.

AVERNUS [Re-Upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang