Aku segera keluar dari dalam air dan mundur ke belakang menjauhi Rafael , dia masih berada di sebrang sungai, hanya menatapku dan tidak bergerak. Aku memperhatikan lekat-lekat pria yang sekarang juga sedang menatapku, pandangan kami bertemu dan tubuhku seolah terkunci pada bola matanya, aneh meskipun dengan jarak sejauh ini aku bisa melihat Rafael dengan begitu jelas. Rafael sungguh terlihat sangat indah di bawah terik matahari sore, sayapnya berwarna putih dengan bulu-bulu yang berkilauan, kulitnya jauh lebih pucat dari sebelumnya, dan apa itu matanya berubah menjadi biru seterang lautan dengan tatapan yang sendu, entah mengapa dia jauh dari sosok manusia, Apa ini mimpi ? siapa sebenarnya Rafael ?
Dia merentangkan sayapnya menjadi lebar dan baru bisa ku lihat sayap itu dengan jelas mungkin jika direntangkan panjangnya sama dengan panjang tangan Rafael sendiri, jantungku berdegup sangat kencang, sepertinya dia siap untuk terbang, benar saja dalam hitungan detik dia sudah terbang ke arahku dan kini sudah berada di jarak yang sangat dekat denganku. Aku harus mendongak untuk menatap wajahnya, rahang tegas itu berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang sendu, bajuku basah dan mungkin karna inilah aku kedinginan tapi aku meragukannya jika ada sosok seperti ini di depanku membuat sekujur tubuhku seolah membeku.
Bagaimana aku menjabarkannya?
Dia tampak
Sempurna.
Apa aku harus berlari ? atau tetap tinggal disini menunggu Rafael melakukan sesuatu terhadapku.
"Anna, kau harus pergi dari sini, aku akan menuntunmu" ucapnya.
Tiba-tiba aku teringat ucapan Uriah, bukankah menuntun para roh ke langit adalah Alian? Dan baru saja Rafael mengatakan bahwa ia akan menuntunku, kesimpulanku mengatakan bahwa ia adalah Alian, ternyata seperti inilah wujud Alian, pantas saja dia mengetehui banyak hal yang seharusnya tidak diketahui manusia.
"sebenarnya aku tidak akan membongkar identitasku, tapi Uriah telah diculik dan aku ragu jika akan ada Alian yang datang pada kita, sekarang ayo kita pergi" Rafael memaksa.
"tunggu rafael, aku akan dibawa kemana?"
"ke tempat yang aman, tempat seharusnya roh-roh tinggal dan aku bisa pastikan tidak akan ada Abadon disana untuk menyakitimu, cepatlah kita tak punya banyak waktu, ada sesuatu yang harus aku kerjakan" ada penekanan di kalimat terakhirnya aku tau ia sedang tidak sabar, tapi tiba-tiba mengajakku ke tempat yang bahkan tidak aku ketahui membuatku bergidik ngeri. Tunggu, jika neraka dan surga itu memang ada bukankah aku ditakdirkan di lempar ke neraka? Aku bahkan sangat jauh dengan Tuhan dan tidak mempercayai malaikat.
"apa itu artinya aku benar-benar pergi meninggalkan dunia?" tanyaku, berusaha mengulur waktu.
"memang itu yang seharusnya terjadi saat seseorang sudah meninggal"
Otakku bekerja keras memikirkan segala cara untuk menghindar dari Rafael, apa lagi yang harus aku katakan? Jika aku lari, dia pasti bisa menangkapku dengan mudah dan sangat tidak mungkin untuk melawannya.
Setelah semua yang sudah aku lewati, inikah akhirnya? Aku menghilang begitu saja dan menyisakan segala kekacauan di bumi. Aku tidak akan pernah tau dimana Mom, lalu dad dan para iblis-iblisnya bagaimana dengan mereka? Apa yang membuat Rafael berfikir aku bisa pergi sementara keadaan disini masih sangat kacau.
"aku tidak mau Rafael, bagaimana dengan ibuku? aku harus tau dimana dia, lalu bagaimana dengan para iblis itu?" aku mundur beberapa langkah menjauhi Rafael. Sekarang Rafael bukan lagi sosok yang bersahabat dia adalah ancaman baru karna dia berusaha membawaku pergi.
"itu bukan urusanmu Anna, itu adalah urusan orang-orang langit, bukan manusia biasa sepertimu" Rafael mengikuti langkahku tatapan sendu itu berubah menjadi tajam dan menyelidik.
"hey, bukankah kalian terus mengatakan bahwa aku adalah Avernus, itu artinya aku masih menjadi bagian orang-orang langit dan aku berhak mengetahui keberadaan orang tuaku" belaku, mataku teralih pada benda yang berkilauan dan detik berikutnya aku menyadari bahwa itu adalah pisau dengan sigap aku meraih pisau lalu menodongkannya kepada Rafael. Dia tidak terlihat kaget atau ketakutan yang tentu saja Rafael pasti lebih hebat daripada aku dalam hal menggunakan senjata.
Rafael tertawa parau "ingat ya, dulu sekali kau memang Avernus sebelum akhirnya diselundupkan ke bumi dan menjadi manusia, sekarang kau bukan apa-apa. Dan aku meragukan kecemasanmu, bukankah kau tertarik ketika aku mengatakan avernus membutuhkan tubuh? Apa kau tertarik hidup menjadi manusia kembali?" ucapnya sarkastis.
Dia melanjutkan, "aku ini seorang Alian Anna, beratus-ratus tahun aku menuntun para roh ke surga maupun neraka, aku sudah banyak menghadapi roh-roh yang tidak menerima kematian mereka dan berusaha lari dariku. Mereka meronta lalu menangis meminta dikasihani. Tapi akhirnya aku berhasil membawa mereka tanpa belas kasihan. Jadi apa yang membuatmu berfikir aku akan melepaskanmu untuk kali ini?"
Rafael berhenti melangkah lalu tersenyum penuh kemenangan ke arahku.
"kau terlalu banyak berbicara" ucapku, dengan sigap aku mengarahkan pisauku agar tepat mengenai rafael. Tapi dalam satu kedipan mata Rafael sudah menghilang dan kini dia berdiri di dahan pohon tepat di atasku. Sungguh tak adil dia memiliki kemampuan seperti itu.
Dia tersenyum mengejek "jalan satu-satunya untuk keluar dari semua kekacauan ini adalah ikut denganku Anna" Kini wajah Rafael kembali melembut, wajah yang tidak pernah dia tunjukan kepadaku, tapi tidak membuatku luluh. Ini bisa saja trik menipu para Allian untuk membodohi roh-roh yang akan dituntunnya, bukan?.
"meskipun harus melawanmu sampai aku mati sekali lagi, aku tidak peduli karna aku tak akan pernah ikut denganmu!" kata-kataku terdengar yakin tapi sekaligus bodoh, apa yang ku fikirkan. Tentu saja aku akan kalah jika harus melawan Rafael. Suaraku bergetar saat mengucapkannya, aku tau rafael merasakan itu karna sekarang dia sedang tertawa. Kemudian dia turun dari pohon membelakangiku, aku berbalik dan menodongkan kembali pisau tepat ke wajahnya lagi. Sayap rafael yang indah itu tiba-tiba menghilang juga, diikuti kulit pucatnya kembali menjadi kecoklatan seperti biasa, mata itu juga sudah tidak sebiru tadi. Rafael seperti menjadi sosok manusia kembali.
"dasar hantu bodoh , pegang pisau itu baik-baik. aku akan menunggumu di depan sana" katanya. Rafael berjalan pergi menjauh.
Aku masih dalam posisi yang sama sementara Rafael berjalan membelakangiku, hah Apa-apaan dia itu? Tiba-tiba menyerah begitu saja, aku bertaruh barusan dia hanya ingin memamerkan sayapnya saja, atau dia punya alasan tersendiri membongkar identitasnya padahal dia bisa saja menuntunku sejak dulu. Begitu banyak yang tidak aku ketahui tentang Rafael dan dia sangat pintar menyembunyikannya dariku. Apapun alasannya aku harus mencari tahu, aku tidak boleh lengah meskipun Rafael terlihat berusaha membantu, yang aku percayai hanyalah diriku seorang.
Aku kemudian meletakan pisauku di balik sepatuku, masa bodoh dengan bajuku yang setengah basah, aku penasaran apa hantu bisa terkena sakit? Jika iya, kematian benar-benar konyol. akan lebih baik jika pisau itu disimpan ditempat-tempat yang mudah ku jangkau untuk berjaga-jaga. Lalu aku berjalan mengikuti Rafael. Kata-kata Rafael terngiang dalam benakku, apa benar aku ingin hidup kembali? Aku ingin bertemu mom dan bertanya mengapa ia dan kekasihnya membunuhku. Lalu dad aku pasti bisa berbicara kepadanya dan menyuruhnya menghentikan perbuatan jahatnya, itu mudah seperti hubungan ayah dan putrinya. Seperti seorang seorang anak perempuan yang meminta dibelikan mainan kepada ayahnya. Dad pasti akan mendengarkanku.
Sebagian diriku juga membenarkan Rafael. Akuingin hidup kembali, aku berharap Dad bisa menghidupkanku kembali

KAMU SEDANG MEMBACA
AVERNUS [Re-Upload]
FantasySemua mahkluk langit punya tugasnya masing-masing, Alian bertugas menuntun roh untuk kembali ke langit maupun neraka, sedangkan Abadon bertugas menjaga Neraka dari iblis mengerikan di dalamnya yang selalu berusaha keluar dari Neraka menuju Bumi mela...