CHAPTER 11 🌻

4 1 0
                                    

Acara tersebut terasa membosankan, jadi Andy dan Abel memutuskan segera keluar untuk makan bersama. Lagipula, hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar. Semua murid bisa bebas melakukan apapun, asalkan tidak terlalu jauh dari daerah sekolah.

"Makan disini aja kali ya? Biar nggak jauh-jauh dari sekolah?" tanya Andy kepada Abel sambil menunjuk ke arah sebuah kedai sederhana yang memiliki desain interior begitu klasik.

"Iya nggak apa. Ini langganan gue! Enak banget tahu!" jawab Abel begitu antusias.

"Beneran? Yaudah yuk," Andy melangkah berjalan terlebih dahulu, supaya tidak terlihat canggung Abel menyeratakan langkahnya agar bisa berdiri disamping Andy.

"Oke."

Baru saja Andy dan Abel sampai di depan kedai tersebut, ibu pemilik kedai sudah menyapa Abel begitu hangat.

"Abelll!! Anakku sayangg..." sapa ibu yang memiliki nama Bu Mega.

"Ha? Ini kedai punya ibu kamu?" tanya Andy begitu polosnya. Dia kebingungan dengan situasi ini.

Abel terkekeh geli, "Haha! Bukan!".

"Terus?"

"Ini langganan kedai ibu dari dulu nak, Abel itu. Kalau nggak salah dari awal dia SMP deh, jadi ibu hafal betul lah! Udah ibu anggap jadi anak sendiri deh, kalau bisa besok ibu jadiin mantu! Kalau Abel mau sama anak ibu sih, haha!" celetuk Bu Mega sambil memasak.

"Ya ampun ibu," Abel menjadi salah tingkah.
"Oohh gitu.." Andy ber-oh ria.

"Kayaknya kamu nggak mau sama anak ibu deh Bel. Ini kamu pertama kali bawa cowok kesini, pacar kamu kan?" goda Bu Mega.

"Ibuuuu!!! Enggakkk!!" Abel menyilangkan tangannya.
"Aamiin Ya Allah," gumam Andy pelan sambil menahan senyum.

"Ciee, omongan ibu diaminin Bel sama dia!" Bu Mega terkekeh geli.
"Nggak, nggak! Ibu salah denger. Ini dia adik kelas aku ibu!" Abel meluruskan kesalahpahaman.

"Ah udah ah! Andy lo mau pesan apa?" tanya Abel menyenggol lengan Andy.

"Eh iya. Emm.. nasi rendang sama jus jambu," ucap Andy setelah membaca menu.

"Aku mie ayam sama es teh ya bu. Ditunggu, aku sama Andy masuk cari duduk!" ujar Abel lalu menarik lengan Andy agar masuk bersamaan.

"Iya, siap cantik!!!" Bu Mega mengangkat kedua ibu jarinya.

Mereka berdua telah menemukan tempat duduk yang nyaman, setelah itu Andy berusaha mencari topik pembicaraan agar suasana bisa mencair. Dan Abel tidak canggung terhadap dia.

"Jadi dari SMP kakak selalu kesini?" tanya Andy.

"Iya An, disini tempat keluh kesah gue. Entah itu marah, nangis, ya makanya itu gue sampai main sama anaknya Bu Mega dulu. Dan Bu Mega akhirnya anggap gue anaknya sendiri," ujar Abel.

"Selama ini Kak Abel nggak pernah punya teman buat cerita atau curhat gitu?"

"Iya,  di kota sebesar ini gue sendirian An. Sebenarnya gue lahir di Lamongan, tapi papa gue meninggal. Gue benar-benar terpuruk, ya karena satu-satunya tempat gue cerita cuma papa gue," Abel menceritakan hal tersebut dengan mata yang berkaca-kaca.

"Emm.. mama kemana?" sebenarnya tidak sopan, tapi Andy penasaran sekali.

"Ya dia masih stay disana, tapi gue nggak tahan. Mama nggak pernah support cita-cita aku, jadi ya gue berkelana kesini pindah sekolah. Dan berusaha jadi desainer baju biar bisa buktiin semua ke mama , kalau hue nggak pernah nurutin kemauan mama soalnya gue mau buktiin gimana sukses dengan cara gue sendiri. Semua butuh proses, right?" Abel bercerita panjang lebar.

WETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang