Latihan teater telah berakhir, tadi sudah dilakukan cukup lama. Setelah berlatih, dia tidak sempat untuk berbincang-bincang dengan yang lainnya. Karena hari ini dia begitu antusias untuk menjemput Febri pulang sekolah.
"Febri mana ya?" Andy menoleh kesana kemari di sekolah dasar,melihat anak-anak berlalu lalang keluar dari sekolah. Dia bingung tidak bisa mencari keberadaan Febri.
Andy melihat satu persatu lebih jeli lagi, dan akhirnya Andy menemukannya. Tetapi wajah Febri tidak sebahagia yang lain, dia tampak murung dan menahan tangis.
"Febri?"Andy memegang kedua pundak Febri lalu dia duduk jongkok untuk menyetarakan tinggi dengan Febri.
Febri menangis sesenggukan, dia tidak menjawab perkataan Andy.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Andy.
Tetapi Febri hanya diam, dia malah pergi mengabaikan Andy dan menuju sepeda motor yang berada di parkiran."Ya Allah, ngapain lagi sih nih anak?" Andy menggerutu. Memposisikan dirinya berdiri dan berlari menghampiri Febri.
Andy berharap mungkin saat di rumah Febri mau menceritakan semuanya. Tapi ternyata nihil, sampai di rumah Febri tetap diam. Tatapannya begitu datar, dan pergi menuju kamar tanpa mengajak mama papa dan juga Andy bicara terlebih dahulu.
Andy benar-benar kebingungan harus melakukan apa, pasti nanti mamanya juga akan protes.
"Duh," gumam Andy.
"Andy," panggil mama."Iya ma, apa?" respon Andy melepaskan sepatu di teras rumah.
"Febri kenapa? Dia kok kayak habis nangis gitu?" tanya mamanya."Nggak tahu aku ma, dia daritadi diam aja. Waktu itu dia nggak mau sekolah, emang karena apa ma? Kan mama yang tahu," jawab Andy terus terang.
"Nggak tahu, dia nggak mau terus terang. Mama juga bingung," raut wajah mamanya begitu murung. Beban hidupnya pasti sudah sangat melelahkan, ditambah lagi dengan perilaku Febri seperti ini sangat melelahkan.
"Yaudah mama istirahat aja," ujar Andy lalu meletakkan sepatunya di rak.
"Iya nak," mama masuk ke dalam. Dan ketika Andy akan masuk tiba-tiba ada seseorang di depan pagar rumahnya. Dalam hati Andy bertanya-tanya, siapakah orang itu?
"Siapa ya pak? Apa ada keperluan?" Andy mendekat menghampiri orang itu. Bertubuh lumayan kekar, dan wajahnya begitu garang.
"Mau cari bapak sama ibu kamu," nada bicara orang itu sangat ketus.
"Orang tua saya kenapa?" tanya Andy.
"Hutangnya banyak. Ini udah dua bulan belum bayar, bunganya juga nih!""Emang total hutangnya berapa pak?" Andy memberanikan diri menanyakan itu. Barangkali saja dia bisa membayar dengan gaji yang dia miliki.
"6 juta itu udah termasuk bunganya."
"Orang tua saya lagi sibuk pak, ini saya ada uang nggak banyak. Dicicil boleh?" Andy berusaha memelankan suara, supaya orang itu tidak terpancing emosi.
"Yaudah lah terserah, setidaknya nyicil. Mana?!" orang berkumis itu menodongkan tangan ke arah Andy.
"Iya pak bentar," Andy membuka tasnya mencari dompet. Setelah itu dia pun memberikan uangnya.
"Oke, makasih ya!" sebelumnya orang itu menghitung terlebih dahulu lalu pergi menghilang dari hadapan Andy.
"Sama-sama pak."
![](https://img.wattpad.com/cover/287614597-288-k848490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WE
Teen FictionShandy Maulana, biasa dipanggil Andy. Masa SMA yang seharusnya dia gunakan untuk bersenang-senang bersama teman, tidak bisa dia lakukan. Karena dia memiliki masalah yang lumayan rumit di dalam keluarga. Dia tidak terlahir di keluarga kaya raya, teta...