CHAPTER 3🌻

21 2 0
                                        

Sejak SMP, Andy sudah sangat menyukai teater. Dan untuk mengembangkan bakatnya, dia juga melanjutkannya sampai SMA. Meskipun dia sibuk dengan ekstra, tetapi dia juga tidak melewatkan kewajibannya sebagai pelajar. Dia sangat pintar dalam membagi waktu, selain menjadikan akting sebagai hobi dia juga menganggapnya sebagai pelampiasan.

Mengapa pelampiasan? Ya, karena dia sangat lelah menjalani hidupnya terutama dalam keluarga. Bukannya dia menyalahkan keadaan, kalau orang tuanya bukan orang yang berada. Tetapi sejak dulu Andy selalu menghadapi orang-orang yang uangnya pernah dipinjam oleh orang tua, atau yang lainnya. Jadi Andy merasa lelah tentunya sangat manusiawi, manusia merasa lelah tidak ada salahnya bukan?

Kadang Andy juga berharap, dia bisa menjadi tulang punggung keluarga. Namun dia bingung harus memulai darimana dan bagaimana caranya.

"WOY!" Thony mengagetkan Andy dari belakang yang sedang duduk di gazebo sekolah sambil mendengarkan musik dan membaca buku.

"Heh! Astaghfirullah!"  Andy terkejut, matanya yang tajam menatap Thony dengan serius membuat Thony ketakutan.

"Sorry sorry," Thony tertawa kecil lalu duduk disamping Andy.

"Bisa nggak sih, nggak usah ngagetin lain kali? Basi tahu!" gerutu Andy kesal.

"Iya iya, nggak bakal ngagetin lagi deh!" Thony yang awalnya biasa saja menjadi ketakutan. Sepertinya mood Andy sedang tidak baik.

"Hm," Andy memutar kedua bola matanya.

"Lagi mikirin apa sih lo? Ulangan nanti?" tanya Thony penasaran.

"Iya, tapi ada hal lain lagi. Gue bingung," jawab Andy. Dia langsung menutup bukunya begitu saja.

"Bingung kenapa?"

"Gue capek selalu bergantung sama orang tua. Pengen kerja deh gue," ucap Andy sambil menghela nafas.

"Hmm.. ya tinggal kerja, cari yang paruh waktu aja. Sekarang banyak kan lowongan kerja di internet?" ujar Thony memberi saran.

"Iya sih. Nanti coba gue cari deh," Andy mengangguk.

"Oh ya, btw kan lo jago akting Dy. Kenapa nggak coba ikutan casting aja, film-film gitu?" Thony baru mengingat kalau Andy memiliki hobi yang bisa menghasilkan uang yaitu berakting.

"Ih apaan sih, gue ikut ekstra teater cuma iseng aja. Nggak PD gue casting film! Gile!" Andy menyangkalnya.

"Akting lo bagus Bambang," gerutu Thony.

"Makasih. Tapi nggak mau ah!" Andy menggelengkan kepala.

"Ah lo mah!" Thony menggerutu.

"Bye! Gue masuk kelas! Mau fokus cari kerja apaan," Andy mendengus lalu memposisikan diri untuk berdiri setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Thony.

"Idih parah nih anak," gumam Thony pelan.

Jam pelajaran telah berakhir, tidak langsung pulang ke rumah Andy harus mengikuti ekstra teater terlebih dahulu. Ya terlebih lagi, Andy adalah ketua ekstra yang mana dia harus selalu bertanggung jawab.

Meskipun Andy terlihat baik hati dan selalu murah senyum, tetapi dia tidak bisa akrab dengan seseorang di sekitarnya. Terutama perempuan.

Sebenarnya banyak sekali, perempuan mendekatinya.  Entah itu mulai dari adik kelas atau pun kakak kelas, alasan mereka menyukai Andy adalah Andy memiliki senyum yang begitu khas dan memikat  . Mereka selalu mendekatinya terlebih dahulu, dengan niatan ingin berteman baik atau ingin menjalin hubungan pacaran. Namun Andy tidak menghiraukannya, karena dia lebih memilih fokus dengan hidupnya sendiri daripada harus bersosialisasi atau berurusan dengan banyak orang.

WETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang