CHAPTER 12 🌻

6 1 0
                                    

Abel telah sampai tepat di depan pintu tempat penyewaan tersebut, dia merapikan diri dengan singkat. Aneh sekali, padahal dari dulu ketika akan kesini Abel bertingkah biasa saja. Tetapi semenjak dia mengerti Andy bekerja disini, seketika sifatnya berubah begitu saja.

Sebelum dia masuk, dia melihat laki-laki yang mungkin usianya sebaya dengan Abel. Abel merasa, wajahnya sangat familiar. Supaya tidak penasaran, dia segera masuk ke dalam.

"Weyyy ma brother!!!" ucap Thony menyapa Andy dengan gaya asiknya. Tetapi suaranya begitu menggelegar, jadi ketika Abel baru saja masuk setelahnya merasa kaget.

"Yoi bro, loo ngapain kesini? Tumben banget," tanya Andy tetapi matanya mengarah ke Abel yang berdiri tepat di belakang Thony.

"Gue masuk dulu nggak apa ya?" Abel hanya menggerakkan mulut tetapi tidak bersuara.

Andy memberikan isyarat dengan mengangguk, dan mengangkat satu ibu jarinya. Yang menandakan mengiyakan ucapan Abel, selagi Thony sedang berceloteh.

"Lahh?!! Gue pengen dong, mampir ke tempat bestie gue! Emang nggak boleh? Hah? Kan gue yang kasih tahu lowongan kerja, ya nggak?" ujar Thony.

"Sstttt.. pelan-pelan astaghfirullah. Disini tempat tenang," Andy menutup mulut Thony dengan satu jari telunjuk.

"Haha! Sorry bro," Thony terkekeh lalu menyingkirkan jari telunjuk dari hadapannya.

"Eh mumpung lo disini, gue boleh minta tolong nggak?" tanya Andy.
"Apenih?" Thony menaruh rasa curiga.

"Gantiin gue kerja dong, hehe. Bentar aja," pinta Andy memasang wajah polos.

"Emang mau kemana lo?" tanya Thony penasaran.
"Kedalem aja. Ada sesuatu yang harus gue urus," terlintas alasan dipikiran Andy. Dia masih terlalu malu bercerita mengenai Abel terang-terangan dihadapan Thony.

"Hm.. yaudah sana," suruh Thony.
"Thankyou bro!" Andy menepuk bahu Thony lalu segera ke dalam untuk menyapa Abel.

Tidak terlalu bingung mencari, karena isi tempat ini tidak terlalu luas. Jadi ketika dia menoleh ke arah kanan, dia mendapati Abel sedang membaca suatu buku novel. Dan Andy langsung dengan cepat menghampirinya.

"Hey," sapa Andy.
"Hai! Kok langsung kesini?" tanya Abel keheranan. Dia takut kehadirannya kesini, mengganggu waktu kerja Andy.

"Yaaa kan pengen ngobrol sama kakak. Nggak apa digantiin sama Thony bentar aja," Andy terkekeh sembari menoleh ke belakang memeriksa keadaan Thony di depan. Merasa puas melakukan hal yang jahil terhadap Thony. 

"Beneran? ih parah banget temannya mampir ditinggal," goda Abel. 

"Nggak apa, sekali-sekali. Bosan lihat wajahnya," Andy tertawa terbahak-bahak. 

Ketika Abel mengeluarkan alat-alat gambarnya dari tas, entah kenapa dia merasakan sesuatu. Lalu dia mendongakkan kepalanya, dan agak terkejut melihat Thony yang tiba-tiba saja berada di belakang Andy dan Andy tidak menyadarinya. 

Thony memberikan isyarat terhadap Abel agar tetap diam dan tidak memberi tahu Andy, Thony berniat untuk mengageti dari belakang. Namun, Abel tidak kuasa menahan tawa dan membuat Andy sedikit curiga. 

"Kenapa kak? Kok tiba-tiba ketawa?" Andy kebingungan. 

"Nggak apa," Abel menggelengkan kepala beberapa kali. 

Thony lalu mulai beraksi, dia berniat menyapa Abel. "WAHHHH! KAK ABEL YANG NGAJAR KELAS TAMBAHAN YA?" ucapnya dengan heboh. 

"Hehe.. hai Thony! Yoi gue Abel," Abel melambaikan tangan ke arah Abel.

Andy sedikit terkejut melihat tingkah Thony, Thony melirik tajam ke arah Andy lalu duduk disampingnya. 

"Jadi ini alasannya An? Lo ngorbanin teman lo, soalnya mau PDKT?Iya?" sindir Thony dengan gaya bicaranya yang agak lebay. 

"Apaan sih! Enggak!" Andy mengelak, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi ketika salah tingkah seperti ini. 

Abel juga demikian, hatinya begitu berdebar. Dia harus menahan ekspresi salah tingkahnya, karena dia ingin menjaga image dihadapan Andy. 

"Emm.. bentar ya guys, boleh kan lihat-lihat buku? Soalnya mau cari inspirasi buat desain baju nih," ucap Abel meminta izin kepada mereka berdua. 

"Eh iya kak silahkan," Andy mempersilahkan. Lalu Abel segera beranjak dari duduknya, setelah itu berkeliling mencari buku yang akan dia baca dan pelajari. 

Andy melihat sekeliling, tampaknya Abel sudah terlihat lumayan jauh. Ini saat yang tepat untuk berdebat dengan Thony, dia dengan refleks menarik kerah baju Thony saking gemasnya. Thony terkejut mendapat serangan begitu mendadak. 

"IH APAAN!" protes Thony. 

"Gantiin gue, nanti gue kesana kok sumpah! Gue cuma ada urusan sebentar sama Kak Abel," ucap Andy lalu melepas tangannya dari kerah baju Thony. 

"Urusan apa mau PDKT lo?" sindir Thony memutar kedua bola matanya, malas. 

"Urusan anjir. Udahlah percaya gue," Andy menegaskan. 

"Beneran ya? Gue tuh niat cuma mampir sebentar. Soalnya gue mau cari kado buat ulang tahun mama 2 hari lagi bro," ucap Thony menjelaskan keadaannya. 

"Ohh.. bilang dong kalau gitu! Ya ya udah gue cuma bentar. Sana," Andy mendorong Thony agar cepat kembali melakukan pekerjaan sementara. 

"Hmm.. oke," jawab Thony pasrah. Setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan Andy sendiri. 

********

Meskipun melelahkan, tetapi tentu saja harus dinikmati alurnya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia segera pulang ke rumah untuk beristirahat namun dia tidak bisa meninggalkan kewajibannya sebagai pelajar. Yaitu mengerjakan beberapa tugas dan juga memahaminya. 

Dari luar rumahnya terlihat begitu sepi, biasanya jam segini papanya sedang duduk bersantai di teras sambil membaca buku-buku favoritnya. Tetapi kali ini tidak, lampunya juga tidak dinyalakan. 

"Assalamualaikum. Andy pulang, mama?papa?" setelah mengunci pagar, dia mengetuk pintu rumah berkali-kali namun tidak ada respon juga. Yang membuat Andy harus ekstra berteriak tidak peduli kata tetangga, karena mustahil Andy harus tidur di teras. Andy sangat risih dengan gigitan nyamuk. 

"Lama banget ya ampun. Handphone gue lowbatt lagi," gerutu Andy sembari memeriksa handphone. 

Setelah menggerutu, tiba-tiba pintu pun terbuka. Ketika dia melihat, ternyata itu mamanya. Anehnya, wajah mama begitu sedih entah mengapa. Membuat Andy menjadi resah. 

"Mama kenapa? Ngantuk?" tanya Andy. 

"Enggak nak," mama menggelengkan kepala lalu dia menarik Andy agar segera masuk. 

"Kenapa?" Andy bertanya sekali lagi untuk memastikan. 

"Adik kamu, mulai kumat nak. Mama bingung biar dia tenang gimana, papa juga udah tidur lagi kecapekan. Tolong mama ya?" pinta mamanya. Begitu putus asa, pasti mamanya sangat lelah. Sudah bekerja keras mengantar koran yang sekarang jarang diminati semua orang, sampai di rumah seharusnya bisa tidur dengan nyenyak. Tetapi harus mengurus Febri. 

"Iya ma, biar aku yang urus. Mama istirahat aja nggak apa," Andy menganggukkan kepala. 

"Beneran nggak apa ya? Kamu capek apa enggak?" tanya Mama. 

Pasti saja, setiap orang setelah bekerja tentunya merasa lelah. Tetapi demi orang tua, Andy rela menutupi rasa lelahnya. 

"Nggak ma, Andy mandi dulu ya kalau gitu?" pamit Andy. 

"Iya nak. Makasih banyak ya?" mamanya berterimakasih. 

"Sama-sama mama," Andy tersenyum simpul. Sebelum menghampiri Febri, dia membersikan diri terlebih dahulu supaya rumah steril terhindar dari debu-debu yang dia dapatkan dari luar. 

Hai guys! Aku update nih, xixi! 
Gimana puasa kalian? Lancar atau bolong-bolong mulu nih? 
Guys, menurut kalian chapter ini gimana, seru atau gimana nih? Kasih pendapat kalian ya?

Butuh kritik dan saran yang membangun🙏
Jangan lupa follow, read, vote dan comment. Supaya aku makin rajin up-nya🥰
Thankyou! Stay safe ya guys, hehe..

- Happy Reading 🌻-

WETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang