⌕⌗𝐕𝐚𝐫𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐍𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐎𝐜
▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
⌗𝑶𝒏𝒈𝒐𝒊𝒏𝒈
⌜𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑶𝒏𝒆⌝
⌘𝑻𝒓𝒊𝒐 𝑨𝒓𝒅𝒆́𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
Bercerita tentang The 𝐀𝐫𝐝𝐞́𝐧 bersama 𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐞𝐧𝐭𝐮 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 yang harus berpetualang ke dunia 𝐍𝐚𝐫�...
Secercah cahaya melintas sepintas. Dari samping arahnya. Menyeberang di depan kornea. Membutakan penglihatan, dalam waktu yang sementara.
Terlihat sepasang anak kembar berada di atas futon tebal dan besar. Yang laki-laki sedang terduduk, sedangkan yang perempuan masih terlelap.
"Ariadne," panggil sang lelaki sembari mengusap pelan wajah sang adik. Ia ingin membangunkannya tapi tak tega.
"Areya..?" sahut sang adik setengah sadar.
"Bangunlah, Otou-sama dan yang lain sudah menunggumu di meja makan."
Dengan refleks, Ariadne terbangun dengan kedua mata yang melotot. Menatap Areya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahu.
Terdegar suara lelaki yang memanggil mereka dari luar. "Aria, Areya."
Mendengar namanya dipanggil, Ariadne bergegas pergi menemui asal suara itu berada tanpa menghiraukan kakak kembarnya yang hampir terjungkal akibat perbuatannya.
"Otou-sama!" pekik sang putri yang langsung memeluk sang ayah. Karena perbedaan tinggi mereka, Ariadne hanya bisa memeluk kaki jenjang milik ayahnya.
Arhen—nama sang ayah—tersentak dikarenakan putrinya yang tiba-tiba menerjang kaki miliknya. "Dōshite, Aria? Apa kau mengalami mimpi buruk?" tanyanya sembari menangkup wajah sang anak.
Ariadne mengangguk sebagai balasan. Arhen tersenyum, lantas menggendong sang anak menuju ruang makan. Areya yang sedari tadi melihat interaksi mereka berdua, hanya bisa diam dan mengikuti mereka.
"Otou-san...?" Luthiel, anak pertama dari keluarga tersebut menyambut mereka di ruang makan dengan heran. Seolah bertanya apa yang terjadi pada sang ayah.
Bukannya menjawab, sang ayah hanya menggelengkan kepala. Untungnya sang anak tertua mengerti maksud ayahnya dan mengusulkan untuk menghibur sang adik.
"Ariadne, kau mau duduk dan memakan sarapan di pangkuan onii-chan mu ini?"
"El-nii? Aku merindukanmu," balas Ariadne yang langsung memeluk sang kakak. Arhen tersenyum simpul melihat interaksi anak perempuan satu-satunya dengan anak laki-lakinya.
"Aku tau kalau kau pasti merindukan kakakmu yang teramat tampan ini."
"El, hari ini kita ada misi." Luca-anak kedua-mengingatkan kakaknya tentang jadwal hari ini. Karena ia tahu kalau kakaknya akan melupakan dunianya jika sudah bertemu dengan adik perempuannya. Ini sudah sering terjadi, dan Luca pun hafal.
