⎚ chapter 17 ; teman, ya?

62 17 0
                                    

Teman, ya? !! Chapter 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teman, ya? !! Chapter 17

© written with love, Cayyeza

-'๑'-


Setelah pertarungan tumpah darah tadi, kami beristirahat di rumah Tazuna. Kakashi yang pingsan dan Rav yang masih belum sadarkan dirinya. Areya dan Ryota juga berada di luar rumah, katanya mau membahasa rencana dan juga menghirup udara segar. Anehnya aku tak diperbolehkan untuk ikut dan disuruh menunggu di dalam.

Aku menghela napasku panjang, entah ini sudah yang keberapa kalinya. Aku menatap Rav dalam diam sembari melamun. Ya, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sepertinya aku terlalu lama menggunakan sharingan, ya," ujar pria bersurai abu-abu yang membuyarkan lamunanku.

Aku melihatnya yang berusaha duduk dari posisinya yang terbaring. Aku membatunya untuk duduk dengan nyaman. "Daijobuka, sensei?"

"Aku tak bisa menggerakkan tubuhku dengan bebas," jawabnya, "gomen."

Dahiku mengernyit. "Maaf atas apa?"

Kakashi menjatuhkan kepalanya ke leherku. Napasnya terasa berat. "Maaf karena tidak bisa menyelesaikannya dengan baik dan membuat kalian terluka."

Tanganku terulur mengusap pelan rambut abu abu miliknya. "Bukan salahmu, Kakashi-san. Mereka terluka bukan karena kamu kok."

Lelaki ini nampak menikmati usapan tanganku. Sepertinya lelaki ini kembali tertidur, pikirku. Selanjutnya aku meletakkan kepala Kakashi ke bawah, membiarkan posisinya terbaring, tertidur dengan nyenyak.

Aku mengusapnya dengan pelan sebelum pergi keluar menyusul dua orang yang memiliki hubungan keluarga denganku.

-'๑'-

"Zabuza belum mati," ujar Ryota membuatku tersentak. Aku menoleh ke arah sepupuku.

"Benar, dia belum mati. Apa rencanamu selanjutnya, Ryo?" tanyaku sembari menyendok makanan yang tadi dibeli oleh Areya, saudara kembarku.

"Aku akan kembali ke desa bersama Rav," jawabnya.

Areya mengangguk, aku melotot kaget. "Meninggalkan aku dengan Areya?"

"Tangan Rav sebelah kiri patah dan dia sedang keracunan. Aku tau kalau tim kita memiliki orang cantik yang pandai dalam medis, tapi Aria, Rav tidak akan sembuh dengan obat penawarmu, racun itu tidak terlalu mempan dengan obat penawar yang kau berikan. Aku harus membawanya ke desa untuk diobati oleh yang lebih ahli," jelas sepupuku dengan lebar. Dia memasukkan onigiri ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya.

"Ryota berbohong tentang racun yang berada di panahnya, Ar, racun itu adalah racun mematikan milik klan bibi Aimé, ibunya Ryota," tangan Areya terulur mengusap pipiku yang kotor akibat makan berantakan.

"Kau ada ada saja sih, pakai racun segala."

"Gomen."

Aku mengangguk paham. Kembali menyendok makanan dan memakannya. "Kapan kalian akan berangkat?"

"Siang ini," jawabnya.

-'๑'-

Ariadne melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Tujuannya kali ini adalah tempat latihan tim tujuh untuk memberikan makan siang kepada mereka semua. Dan tentu makanan itu ia dapat hasil berbelanja bersama Areya.

Bisa dibilang Twins Time.

"Halo, aku tidak mengganggu waktu latihan kalian kan?"

Naruto dan yang lain menghentikan aktivitasnya dan berjalan ke arah gadis itu. "Aria-chan!"

"Ah, aku ke sini cuma mau memberi makan siang kok, hasil perburuanku di pasar bersama Areya," ujarnya sembari memberikan kotak makan berisi Onigiri dan diterima dengan baik oleh mereka.

"Arigatou."

Ariadne mengangguk. Sakura menatapnya bingung. "Kau tidak makan, Aria-chan?"

"Aku sudah makan kok, bersama Areya tadi," jawabnya. Ariadne melirik Kakashi yang duduk bersender ke salah satu pohon di dekat mereka . "Bagaimana keadaanmu, Kakashi-san?"

"Aku baik baik saja."

"Wakatta." Gadis itu berjalan ke arah Sakura dan duduk di sampingnya, ikut menyaksikan latihan Sasuke dan Naruto.

"Nee Aria-chan apa kau punya orang yang kau suka?"

Pertanyaan dari Sakura sukses membuat para pria menajamkan pendengarannya. Ariadne memasang wajah bingung.

"Orang yang kusuka? Tentu saja Kau!"

Sakura menepuk jidatnya sembari memasang wajah sweatdrop. "Maksudku pria, Aria-chan, dan jangan menjawab dengan nama dari anggota keluargamu. Siapa laki-laki yang kau sukai sebagai lawan jenis?" Yah, Sakura juga terlihat senang sih dengan jawabannya, tapi jawaban itu tidak sesuai dengan harapannya.

Ariadne memasang wajah berpikir. Sedetik kemudian ia menjawab, "Tidak ada, memangnya kenapa?"

Jawaban itu membuat para lelaki yang berada di sana menghela napas pasrah.

"Tidak, aku hanya penasaran saja," ujar Sakura tersenyum simpul.

"Bagaimana dengan dirimu, Sakura-chan, siapa laki-laki yang kau sukai?"

Sakura melirik ke arah Sasuke lalu menunduk, wajahnya memerah tomat, menurut Ariadne sosok Sakura yang seperti itu sangat imut.

"Ah, seharusnya aku tidak usah bertanya lagi."

Sakura menyenderkan kepalanya ke bahu Ariadne. "Ini tidak adil, kau mengetahui lelaki yang kusuka tapi aku tidak tau siapa lelaki yang kau sukai," ujarnya sebelum menggembungkan kedua pipinya.

Astaga, sangat imut, pikir Ariadne sembari mencubit pipi Sakura. "Aku kan sedang tidak menyukai lelaki seperti yang kau bayangkan. Kalau ada pasti aku menceritakannya padamu."

"Sungguh?"

"Tentu saja, kita kan teman."

Sakura tersenyum bahagia, ia memeluk Ariadne erat. "Berjanjilah kau akan selalu menjadi temanku."

"Aku berjanji."

bersambung

︶︶︶︶Apa ada yang ingin ditanyakan?

The Ardén || NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang