Hallo, assalamualaikum semuanya!!
Maaf ya, up nya sedikit ngaret hehehe.. soalnya mood-nya lagi hilang akhir-akhir ini (Mon maap, author emang moodyan wkwkwk)
Oke langsung aja ya, dibaca ceritanya.
Happy Weekend
And
Happy Reading 🌹
***
Allahuakbar! Allahuakbar!
Allahuakbar! Allahuakbar!
Lantunan suara adzan terdengar dari Masjid di komplek perumahan Angsapura- Komplek tempat tinggal keluarga Abqari.
"Habibi, di sini udah adzan Maghrib," ucap Nazra sedikit memelas karena sebenarnya ia masih ingin berlama-lama menatap wajah suaminya meski hanya di layar handphonenya saja.
[He'em, Habibi denger kok Zaujati. Video call-nya udahan dulu ya, Zaujati shalat gih]
"Emmm"
[Zaujati masih kangen ya sama Habibi?]
Nazra mengangguk kecil membuat Haidar tersenyum manis. 'Ya Rabb, hamba juga sudah sangat merindukan istri hamba. Hamba membutuhkan hadir nya di samping hamba saat ini ya Rabb.'
"Habibi?" panggil Nazra menyadarkan Haidar kembali.
[Zaujati ngomong sesuatu?]
"Habibi kenapa melamun?" tanya Nazra kembali
[Habibi ngga kenapa-kenapa, Sayang. Habibi rindu Zaujati, itu aja kok]
"Beneran?"
[Kenapa nanya nya gitu? Habibi pernah bohong Po sama Zaujati hmm?]
Nazra menggelengkan kepalanya. "Maksud Zaujati bukan gitu, tapi Habibi beneran gapapa 'kan? Ngga ada masalah yang Habibi sembunyikan dari Zaujati 'kan?" tanya Nazra bertubi-tubi
[Enggak ada, Sayang. Habibi rindu sama kamu, Habibi butuh sosok kamu di sini, Sayang, nemenin Habibi, menguatkan Habibi, karena Mama 'kan lagi sakit. Habibi memiliki dua wanita berharga dan Habibi sedang diuji Allah lewat keduanya. Satunya Allah berikan sakit dan satunya sedang Allah jauhkan. Tapi gapapa kok, Sayang, walaupun kita jauh setidaknya Allah sudah beri kemudahan lewat teknologi sehingga Mas tetap bisa melihat dan memastikan kalau Zaujati Mas baik-baik aja]
Nazra membeku. Ia tidak tahu harus merespon suaminya bagaimana. 'Ya Allah Rara ngga nyangka Mas Haidar juga merindukan Rara sebegitunya, dan saat ini ia sangat membutuhkan hamba. Ya Allah Rara harus gimana? Rara bingung.'
[Sayang?] panggil Haidar
"Iya, Mas?"
[Kenapa gantian jadi Zaujati yang melamun, Sayang?]
Nazra menggeleng pelan. "Maaf ya, Mas, maaf karena Rara ngga becus jadi istri, maaf Rara melalaikan tugas Rara sebagai istri. Maaf Rara banyak ngeluhnya, manjanya ke Mas, tapi di saat Mas butuh Rara, Rara justru gak ada di samping Mas, Rara ngga bisa support Mas, maaf ya, Mas."
[Sayang ... kenapa Rara ngomong gitu? Siapa yang bilang Rara ngga becus sama Mas? Siapa yang bilang Rara lalai? Sayang ... Rara itu berhasil menjadi istri Mas, makanya saat kita berjauhan Mas rindu sama Rara dan membutuhkan sosok Rara di samping Mas, temenin Mas. Kalau untuk mensupport Rara selalu support Mas kok, buktinya sekarang Rara izinin Mas lanjut S2 dan kita jadi LDR-an gini]
KAMU SEDANG MEMBACA
Haidar Al-Ghifari (On Going)
Ficção Adolescente"Gerbangnya sudah ditutup ya?" "Iya, Tan, sudah. Kalau Tante mau masuk dari meja piket aja." "Yaudah. Makasih ya, Nak. Kalau begitu Tante duluan, assalamu'alaikum." "Iya, Tante, sama-sama. Wa'alaikumussalam warahmatullah," jawab Nazra dan memandang...