Assalamu'alaikum!!
Hai teman-teman^^
Gimana nih kabarnya semua? Semoga baik-baik aja dan tetap dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala ya^^
Sebelumnya aku minta maaf ya kalau aku up ceritanya lama banget. Ya soalnya gimana ya, kadang mikirnya itu kayak gak ada yang suka sama ceritanya, gak ada yang nungguin up, jadi ya gak semangat gitu hihi.
Tapi enggak karena itu aja kok, akhir-akhir ini banyak banget hal-hal lain menyibukkan aku + jarang ada kuota juga huhuhu.
Walah ... Kok jadi curhat toh iki?
Okelah kita lanjut aja ya^^
Jangan lupa tinggalin jejaknya.
Satu vote dari kalian berarti banget buat ceritanya. Satu komentar berupa support dari kalian berarti banget buat aku..
Jangan jadi silent reader, Ma luvv^^
***
Suasana di meja makan begitu hening. Keenam manusia itu tampak sibuk dengan makanannya tanpa ada yang berniat membuka percakapan. Hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang memenuhi ruangan.
"Ekhem, tumben sepi." Shafiyyah berdehem sambil melirik ke arah Alzam dan Nazra bergantian. "Biasa juga ribut banget kayak orang kebakaran jenggot," lanjutnya.
Hening.
Tak ada satupun yang menanggapi perkataan Shafiyyah membuat wanita itu mendengus sebal. "Bang, sejak kapan Abang diem aja begitu? Biasanya kamu yang selalu nyari agar-agar," ucapnya kembali.
"Gara-gara, Bunda," ralat Nazra.
"Iya-iya, maksud Bunda itu."
Alzam melirik Shafiyyah sekilas, ia kembali fokus dengan makanannya. Semua anggota keluarga saling memandang dengan alis berkerut. Tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Alzam. Mengapa pria itu tiba-tiba menjadi sok cool begini?
"Rara, Abang kamu kenapa sih?" tanya Abqari berbisik namun tetap saja Alzam masih dapat mendengarnya. Nazra menggeleng kecil, ia juga tidak tahu mengapa Alzam jadi seperti itu. Perasaan tadi saat ia memanggil Abangnya untuk sarapan, Alzam baik-baik saja.
"Gaktau, Yah, perasaan tadi biasa aja."
Haidar menatap Alzam, sepertinya ia mengetahui penyebab Kakak Iparnya itu menjadi diam seperti ini. Mungkin saja Alzam merasa tersinggung dengan sikap Haidar yang berusaha menghindarinya.
"Bang, ada masalah di kantor?" tanya Shafiyyah.
"Gak ada, Bun."
"Terus kenapa Abang diem aja?"
"Memangnya Abang gak boleh diam ya, Bunda?" tanya Alzam balik.
Shafiyyah terdiam. Satu hal yang baru ia sadari, putranya sedang dalam fase badmood. Melihat Sang Bunda terdiam, Nazra menggeram. Ia menendang pelan kaki Alzam membuat pria itu mengaduh dan menatapnya horor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haidar Al-Ghifari (On Going)
Fiksi Remaja"Gerbangnya sudah ditutup ya?" "Iya, Tan, sudah. Kalau Tante mau masuk dari meja piket aja." "Yaudah. Makasih ya, Nak. Kalau begitu Tante duluan, assalamu'alaikum." "Iya, Tante, sama-sama. Wa'alaikumussalam warahmatullah," jawab Nazra dan memandang...