Eps. 3: Benar-benar Imut, Ternyata

171 29 3
                                    

Menjadi operator di LOVORENT, mau tak mau harus membuat Lavisha membiasakan diri dengan waktu bekerja yang tidak menentu. Terkadang ia bisa pulang sebelum jam empat sore, tetapi kebanyakan kasus dirinya harus lembur hingga lewat pukul delapan malam bersama setumpuk pekerjaan yang tetap harus dikerjakan di rumah.

Kalau dikira, bekerja sebagai operator adalah hal mudah yang hanya memerlukan suara indah nan menarik, semuanya salah.

Menjadi operator sama dengan 'babu' dalam penyebutan yang lebih sopan.

Kenapa Lavisha dapat menyimpulkan jika dirinya hanyalah seorang babu? Semua dikarenakan pekerjaannya yang serba tiba-tiba. Semisal dari pagi hingga siang ia hanya akan menjawab panggilan telepon dari para user, lalu tiba-tiba saja setelah jam makan siang ia harus memeriksa bertumpuk-tumpuk formulir untuk kemudian disortir menurut waktu pengiriman dan pemakaian jasa.

Selain itu juga, Lavisha harus memisahkan yang mana formulir untuk agent a, yang mana untuk agent b dan seterusnya hingga terkadang perempuan berambut pendek itu merasa mual dibuatnya.

Sejatinya, Lavisha menyukai pekerjaan yang telah ditekuninya selama bertahun-tahun itu. Akan tetapi, namanya juga manusia. Pasti memiliki saat-saat bosannya tersendiri, begitu juga dengan yang Lavisha alami. Ah, bukan sekadar perkara bosan, sih. Hanya saja rasa insecure yang selalu datang saat tidak ada satu pun formulir yang diisi pelanggan memilih dirinya sebagai agent.

Beruntungnya founder LOVORENT---Kanaya---adalah salah satu temannya yang mau berbaik hati tetap memberinya tempat di perusahaan penyedia jasa teman kencan walaupun untuk urusan keaktifan, Lavisha benar-benar jauh dari kriteria. Sudah syukur Kanaya masih mau memberinya job sebagai operator. Coba kalau tidak? Mungkin sudah sejak lama dirinya hengkang dari tempatnya bekerja ini.

Lagi pula, siapa yang mau memilih agent yang terkenal dengan rating paling buruk seperti dirinya, sih?

"Ah, kecuali si user aneh tukang gombal itu yang mungkin jarinya kepleset sampe klik profil gue," gumam Lavisha di antara dinginnya angin malam yang menampar wajahnya yang tak ditutupi kaca helm.

Omong-omong, ia baru saja pulang bekerja dan sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah.

Jarak antara kantor LOVORENT dengan rumahnya memang lumayan jauh dan kira-kira memakan waktu sekitar tiga puluh sampai empat puluh lima menit. Itu pun jika dirinya mengendarai motor miliknya dengan kecepatan sedang. Kalau lebih lambat dari itu, kemungkinan ia akan sampai di rumah satu setengah jam kemudian.

Jalanan masih tetap ramai, tetapi beruntungnya tidak terjadi kemacetan. Alhasil, Lavisha dapat menikmati perjalanan pulangnya sambil sesekali bergumam random dan membayangkan hal-hal aneh yang tiba-tiba saja terpikir di kepalanya.

Orang bilang, malam adalah waktu yang paling tepat untuk overthinking, bukan? Lavisha termasuk ke dalam manusia-manusia yang hobi sekali dengan yang namanya overthinking sampai lama-lama menjadi over-sinting itu.

"Tapi btw, yang kemarin dia telepon itu kenapa, ya? Mau ganti agent beneran apa enggak, sih?" monolog Lavisha lagi. "Kalau bener-bener mau ganti agent, masa iya beneran mau ganti sama operatornya?"

Suara kendaraan yang bersahut-sahutan di sisi kanan dan kiri membuat Lavisha semakin cuek saja. Ia tak peduli kalaupun harus dibilang gila karena bicara sendiri. Toh, ini menjadi salah satu caranya untuk menghilangkan penat. Tidak ada salahnya, bukan?

Lavisha mendengkus sebal sambil memutar bola matanya malas. "Lagian si bodoh, dia milih gue sebagai agent, tapi udah gitu minta tukar sama operator yang notabene adalah gue sendiri. Emang gila kayaknya tuh manusia."

Kalau saja jarak kantor dan rumahnya sejauh kota Pontianak ke Jakarta, mungkin mulutnya sampai berbuih karena terus-terusan bermonolog tak jelas sepanjang perjalanan. Lavisha memang sering seperti ini---bahkan ia melakukannya hampir setiap hari ketika sedang berkendara. Selain untuk menghalau sepi, terkadang berbicara sendiri juga dapat mengurangi rasa takut. Terlebih lagi saat malam hari dan posisinya yang berkendara sendiri.

Sampai di rumah, bukannya langsung beristirahat seperti apa yang ia pikirkan sejak masih di kantor tadi, rupa-rupanya pekerjaan rumah sudah menumpuk minta dibelai manja.

Piring dan baju kotor, serta lantai yang seperti tidak dibersihkan selama setahun. Kotor sekali. Entahlah, 'eksperimen' macam apa lagi yang telah dikerjakan oleh kedua 'saudaranya' hingga membuat rumah---terutama bagian dapur---hingga terlihat seperti kapal pecah seperti ini.

"Bagus kamu udah pulang."

Sebuah suara yang terdengar jutek, langsung menyapa pendengaran kala Lavisha baru saja tiba dan tengah merenungi kira-kira apa yang harus dikerjakannya terlebih dahulu.

"Bersihkan dapur sama cucian kotor. Awas aja kalau besok masih numpuk." Setelah mengatakan hal itu, sosok 'saudara' yang bisa Lavisha tebak adalah dalang dari semua kekacauan yang terjadi segera berbalik ke kamarnya. Mungkin mau beristirahat atau bagaimana, Lavisha tidak lagi peduli.

Sambil menghela napas panjang, perempuan berambut pendek itu mencengkeram erat tali tas selempang yang ia kenakan. "Ayo ngebabu dulu sampai sukses," gumamnya. Hitung-hitung sebagai penghibur diri.

ס+!×

Kira-kira sudah lebih dari setengah jam lalu, Fabiantara Ezra duduk di salah satu meja yang letaknya berada di kafetaria kantor LOVORENT demi memenuhi undangan yang dua hari lalu dikirimkan via email kepadanya.

Seharusnya---jika sesuai dengan jadwal yang tertera---pertemuan antara agent terpilih dan user sudah dilakukan sejak setengah jam lalu. Namun, sampai waktu menunjukkan pukul satu lewat lima belas siang, agent yang direncakan akan melakukan pertemuan dengannya malah belum datang hingga sekarang.

Padahal kalau dipikir-pikir, janji pertemuan ini diadakan di kafetaria LOVORENT yang artinya, agent yang berkeharusan untuk hadir harusnya sudah standby di lokasi jauh sebelum pelanggan datang, bukan? Selain karena lebih dekat, bukankah hal kecil seperti ini juga dapat menunjukkan seberapa profesionalnya seseorang.

Namun, seketika Ezra mendengkus kala mengingat sesuatu. "Apa ini yang jadi alasan si agent dapat rating jelek?"

Wajar, sih, pikir Ezra. Lagi pula, manusia mana di muka bumi ini yang senang menunggu? Apalagi hingga lewat setengah jam dari jadwal yang dijanjikan. Dipikir, dirinya tidak memiliki pekerjaan lain, sampai harus dibuat menunggu seperti ini! Memangnya yang sibuk hanya si agent itu saja, ya?

"Ah sial." Ezra mengumpat. "Lagian, lo juga bodoh sih. Harusnya tulis aja pekerjaan lo yang asli, pake sok-sokan ngakunya freelancer segala."

Alhasil karena gabut gara-gara harus menunggu lama, Ezra memutuskan untuk bermain game online lewat ponsel miliknya sampai-sampai tak sadar jika seorang gadis terngah berlari kecil---tampak terburu-buru---menghampiri mejanya.

"Ah ... s-sori, sori saya ... telat!" ujar si gadis dengan napas yang terputus-putus.

Hal itu seketika membuat Ezra mengalihkan tatapannya dari ponsel dan untuk sejenak, terpaku dengan sosok gadis yang sekarang berdiri di hadapannya ini.

"Sebelumnya, apa benar Anda adalah user 00127-0920-99 atas nama Fabiantara Ezra?"

Pertanyaan yang diberikan oleh si gadis tidak langsung dijawab oleh Ezra yang masih saja terdiam dalam posisi serupa---diam sembari memperhatikan sosok di hadapannya dengan kedua mata yang tak berkedip sama sekali.

"A-apa saya salah orang, ya?" monolog gadis itu sembari memeriksa ponsel yang sejak tadi berada dalam genggamannya itu.

"Benar." Ezra tiba-tiba menyahut, membuat sosok gadis di hadapannya balas terdiam.

"Ah? S-syukurlah kalau begitu---"

"Benar-benar imut, ternyata."

"Hah?"

ס+!×
050422
Rabu, 6 April 2022
#MingyuDay!

Asli ini aku nggak tau nulis apaan :)
Garing banget, ya ampun, stresseu.

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang