Eps. 18: Chat

99 21 0
                                    

Diperbudak, ya?

Sejak beberapa hari terakhir, pertanyaan acak yang Ezra berikan malah membuat Lavisha terus-menerus kepikiran. Entah dari mana asalnya tiba-tiba saja lelaki itu menebak apakah ia sedang diperbudak oleh keluarganya atau tidak, yang jelas, Lavisha cukup kaget atas pertanyaan yang diberikan tanpa aba-aba tersebut.

Bahkan setelah Ezra selesai bertanya, Lavisha hanya diam. Tidak tahu harus menjawab apa dan bagaimana. Beruntungnya Tante Anya dan adik bungsu Ezra datang---mengubah suasana yang semula canggung antara keduanya---menjadi kembali seperti sedia kala. Karena kedatangan Tante Anya pula, Lavisha jadi punya alasan untuk 'kabur' sebentar dari pertanyaan jebakan yang Ezra lontarkan tadi.

Mengenai Ezra, ia memiliki dua orang adik laki-laki yang berjarak dua dan empat tahun darinya. Makanya hari itu Ezra berkata dirinya tidak mengerti masalah yang dialami oleh para gadis. Karena ya, memang di keluarganya tidak ada anak gadis sama sekali.

Sudahlah, intinya Lavisha sedang berusaha keras melupakan pertanyaan yang Ezra berikan karena jika dipikir-pikir lagi, tidak ada gunanya juga. Toh, ia sudah menjalani kehidupan bersama 'keluarganya' selama lebih dari 24 tahun. Lavisha sudah kadung hafal dengan segala baik dan buruknya mereka makanya lebih banyak memaklumi ketimbang melawan.

Kenyataannya, apa yang terlihat di luar belum tentu sama dengan yang sebenarnya, bukan? Sama saja seperti kedua kakak sepupu Lavisha, Arumi dan Anggia. Mereka sama-sama pelit, perhitungan dan semena-mena jika hanya dilihat sekilas. Akan tetapi, di balik itu semua, sebenarnya ada dua anak perempuan yang dididik begitu keras sejak kecil.

Baik Arumi maupun Anggia, keduanya sama-sama tumbuh dengan apa yang kamu mau, maka kamu harus mengusahakannya sendiri. Bukan tipe anak-anak yang dimanja walaupun terkadang kentara jelas jika sang bibi lebih menyayangi kedua putrinya ketimbang keponakannya sendiri.

Lahir dan besar di tengah-tengah keluarga bibinya, membuat Lavisha memahami jika selama ini, semua ucapan ketus dan perlakuan kurang mengenakkan yang ia terima tak lain adalah untuk membuatnya semakin dewasa. Mungkin caranya memang salah, tetapi ya sudahlah, pikir Lavisha. Tanpa mereka---keluarga bibi yang dianggapnya sebagai orang tua sendiri---mungkin ia tidak akan tahu bagaimana kehidupannya sekarang.

Ketimbang terlalu memikirkan segala perlakuan kurang baik dari keluarga bibinya, Lavisha malah merasa jika ketidakadilan itu didapatnya dari orang tua kandung sendiri yang telah lepas tangan dalam urusan merawat dan membesarkannya. Kalau ditanya apakah Lavisha mengenal ibunya? Jawabannya tentu saja iya, Lavisha mengenal wanita yang telah melahirkannya itu.

Tak jarang, Lavisha akan mengirimi ibunya pesan singkat yang walaupun isinya hanya sebatas bertanya kabar atau sekadar menyapa saja.

Lavisha hanya tidak tahu yang mana ayahnya? Apakah masih hidup atau tidak? Apakah kehidupannya baik dan lain sebagainya. Selebihnya, gadis dengan tinggi 160 sentimeter itu memilih melupakan segala sisi pahit dalam 24 tahun kehidupannya di bumi ini.

"Kemarin Mbak udah patungan sama Anggia buat bayarin setengah kreditan mesin cucinya Ibu." Lavisha yang semula sedang melipat pakaian di ruang tengah, dibuat mendongak menatap sang kakak. "Sisanya kamu yang lunasi, ya?"

Tanpa protes, Lavisha mengangguk saja. "Makasih, Mbak," ucapnya ketika Arumi sang kakak, berlalu pergi begitu saja.

Seperti yang ia katakan kepada Ezra, gadis itu benar-benar meminta izin libur selama dua hari---tanpa chat, tanpa telepon dan lain sebagainya. Lavisha bahkan berkata kepada Ezra, kalau-kalau semisalnya lelaki itu tidak suka, ia boleh memotong gajinya karena sumpah demi apa pun, Lavisha butuh yang namanya waktu libur.

Akan tetapi, namanya juga babu rumah tangga---anak yang terpaksa menjadi si paling rajin karena merasa dirinya hanya menumpang---waktu libur tetap Lavisha isi dengan kegiatannya mengerjakan pekerjaan rumah seperti hari-hari biasanya. Mencuci piring, mencuci dan melipat pakaian, menyapu dan mengepel, serta memasak. Entahlah, agaknya Lavisha belum mendengar sang bibi mengomel beberapa hari terakhir. Mungkin karena uang kreditan alat-alat elektroniknya telah dibayarkan atau bagaimana, Lavisha juga tidak tahu.

"Sha, tolong setrika-in kemeja Mbak. Besok mau dipake." Anggia datang sembari membawa dua lembar kemeja dengan warna berbeda. "Menurut kamu, cocok yang mana?"

Sembari meraih kemeja yang diulurkan oleh Anggia---dalam artian, lagi-lagi Lavisha mengiyakan permintaan kakaknya dengan mudah tanpa basa-basi---kemudian mencocokkannya dengan tubuh sang kakak. "Formal atau non formal?"

"Non formal. Kayak cuma acara makan-makan kantor doang." Anggia menjawab seraya menggerakkan jemarinya. Memperhatikan riasan kuku yang mengkilap indah miliknya.

"Ya udah yang ini aja." Lavisha menunjuk kemeja kotak-kotak berwarna putih gading yang beruntungnya langsung dihadiahi anggukan oleh Anggia.

Selesai dengan beberapa pekerjaan rumah tangga mulai dari melipat dan menyetrika pakaian, menyapu dan memasak, Lavisha memutuskan untuk beristirahat sejenak. Kebetulan hari mulai siang dan waktu yang tepat untuk sekadar merebahkan tubuh di atas tempat tidur sambil menonton atau bahkan tidur siang sekalian untuk menghilangkan bosan yang mendadak datang.

Niat hati hanya ingin berselancar di aplikasi menonton, tiba-tiba saja Lavisha teringat jika selama hampir tiga bulan terakhir ia tidak menghubungi seseorang. Terutama saat melihat lockscreen pada ponselnya yang menunjukkan potret dirinya dan mendiang sang nenek. Iya, Lavisha merindukan ibunya.

Nenek bilang, wajahnya sangat mirip dengan sang ibu dan Lavisha cukup bersyukur akan itu. Sebab, mungkin jika wajahnya mirip dengan orang yang membuatnya hadir ke dunia---ayahnya---ibunya pasti akan semakin membencinya atas segala hal.

Gadis berambut pendek itu kemudian membuka aplikasi bertukar pesan yang ia gunakan, sempat melihat-lihat dan membaca beberapa pesan yang sekiranya penting sebelum mencari satu kontak yang sudah cukup lama tidak ia hubungi.

Tangannya mendadak gemetar dan Lavisha merasa jika jantungnya berdebar jauh lebih keras daripada sebelumnya. Selalu seperti ini ketika ia hendak mengirimi sang ibu sebuah pesan. Padahal isinya hanya bertanya kabar, bukan meminta izin untuk menikah, lho.

Dibukanya room chat antara dirinya dan wanita yang diberinya nama 'Ibunya Sesil-Sean' itu, kemudian dengan cepat mengetikkan kata-kata yang terpikir di kepala. Omong-omong, Sesil adalah anak pertama sang ibu hasil dari pernikahan keduanya. Lewat pernikahan itu pula, Lavisha mendapatkan dua orang adik yang masing-masing perempuan dan laki-laki. Setidaknya, ia tahu tentang mereka walaupun mungkin mereka sama sekali tidak mengetahui kehadirannya di muka bumi ini.

__________________________
Ibunya Sesil-Sean
last seen 10.45
__________________________

[Today]

[Selamat siang, Bu.]

[Ibu gimana kabarnya?]

[Sehat-sehat aja, kan, Bu?]

__________________________
|Kirim pesan
__________________________


Setelah mengirim pesan basa-basinya itu, Lavisha memilih keluar dari aplikasi. Ia tahu jika sang ibu tidak pernah membalas pesannya dengan cepat. Akan tetapi, seperti yang sudah-sudah, Lavisha tetap menunggu balasan yang diberikan sang ibu hingga tanpa sadar, matanya memberat dan gadis 24 tahun itu terlelap dengan posisi ponsel yang berada dalam gengamannya.

Pukul tiga lewat lima belas, barulah ia terbangun. Sayang sekali, mimpinya cukup baik untuk ditinggalkan, sebab dalam mimpi tersebut, ia bertemu dengan sang ibu yang tiba-tiba saja datang dan memintanya untuk jalan-jalan bersama. Walaupun tidak mungkin terjadi, setidaknya Lavisha sudah senang dengan mimpi indahnya barusan.

Karena mengingat mimpi itu jugalah yang membuat gadis itu lumayan semangat untuk memeriksa apakah sang ibu sudah membalas pesannya atau tidak. Namun, semangat dan rona bahagia di wajahnya seketika lenyap, berganti dengan rasa sesak yang tak berkesudahan kala balasan pesan dari sang ibu datang.

__________________________
Ibunya Sesil-Sean
last seen 14.56
__________________________

[Kalau kamu chat cuma
buat minta uang, saya
lagi nggak ada.]

[Ganggu aja.]

__________________________
|Kirim pesan
__________________________

ס+!×
Kamis, 21 April 2022

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang