Eps. 4: Kriteria Khusus

164 29 2
                                    

Terlepas dari kejadian yang lumayan memalukan beberapa saat lalu, kini, baik Lavisha dan Ezra terlihat sudah saling mengakrabkan diri satu sama lain.

Iya, tentunya sebagai agent dan user yang dalam hitungan hari akan bekerja sama menjadi sepasang kekasih.

Mulanya memang terasa begitu canggung, terlebih lagi sesaat setelah Ezra yang dengan tidak tahu malunya malah salah fokus---lagi-lagi---hingga mengatakan hal-hal aneh yang terkesan tidak nyambung itu. Namun, beruntungnya lama-kelamaan suasana berubah menjadi jauh lebih nyaman daripada tadi.

Ezra bahkan langsung mengambil kesimpulan jika agent yang dipilihnya adalah pilihan yang benar. Walaupun gadis itu sempat terlambat, tetapi tak apalah, pikir Ezra. Manusiawi karena toh ini juga baru pertemuan pertama mereka.

Pertemuan ini membahas tentang isi kontrak yang sebenarnya bisa dibaca sendiri oleh Ezra lewat file yang beberapa waktu lalu dikirimkan dan telah ditandatangi menggunakan materai olehnya dan si agent yang baru menandatangani isinya hari ini.

"Jadi kesimpulannya tetap sama bagi kedua belah pihak. Misal pihak user ingin membatalkan kerja sama dengan LOVORENT sebelum jatuh tempo waktu pemakaian jasa sesuai yang tertulis di kontrak, artinya user bersangkutan harus membayar denda sesuai jumlah yang tertera."

Penjelasan panjang yang diberikan oleh agent di hadapannya hanya dihadiahi anggukan pertanda mengerti dari Ezra yang kali ini terlihat cukup fokus mendengarkan segala rupa arahan. Lelaki 24 tahun itu duduk tegak dengan posisi kedua tangan berada di atas meja---saling bertaut satu sama lain---sementara tatapannya mengarah tepat pada mata si agent bernama Lavisha tersebut, tanpa mau tahu apakah perempuan yang duduk di hadapan itu nyaman atau tidak?

"Bedanya, bagi agent yang katakanlah diberhentikan sebelum tenggat pemakaian jasa berakhir, mereka akan mendapatkan kompensasi seperti yang tertera pada kontrak, sesuai dengan ada atau tidaknya kesalahan yang terjadi."

Si agent dengan rambut pendek itu kembali melanjutkan penjelasannya, kali ini sambil membolak-balik kertas di tangan demi menghindari tatapan Ezra yang lumayan membuatnya kurang nyaman. Malu sebenarnya karena seketika merasa jika di wajahnya ada sesuatu.

"Um, untuk user 00127---"

"Panggil Ezra aja." Lelaki yang hari ini mengenakan kaus putih berbalut kemeja kotak-kotak perpaduan hitam dan merah serta celana jins panjang itu, segera memotong ucapan agent di hadapannya. "Masa iya nanti setiap hari gue dipanggil sama perpaduan nomor aneh itu, sih?"

"A-ah, iya, maaf-maaf." Perempuan di hadapan Ezra itu tertawa kecil, menyadari kebodohannya. "Jadi, um, Mas Ezra---"

"Aduh, baper gue dipanggil Mas." Tiba-tiba saja Ezra menyeletuk, membuat sosok di hadapannya terlihat begitu syok. Terlihat dari posisi duduk yang seketika diubah menjadi lebih tegak.

"Ternyata Mas Ezra ini aneh, ya, orangnya," gumam Lavisha sambil mengalihkan wajah ke samping.

Beruntungnya, Ezra agaknya tidak mendengar gumaman dari perempuan di hadapannya, terlihat lewat bagaimana dirinya yang malah cengengesan tidak jelas sekarang. "Sori, sori. Gue bercanda tadi."

Si agent hanya mengangguk sekali, seraya memaksakan senyumnya. Es teh manis di hadapan yang kini tersisa setengah dijadikan alat untuk menghilangkan kecanggungan yang tiba-tiba saja terasa menguasai hawa di sekitar. Diaduknya minuman itu menggunakan sedotan sementara tatapannya dialihkan ke sembarang arah.

Kafetaria LOVORENT ketika menerima 'tamu' seperti sekarang ini contohnya, sengaja dibuat lebih privat karena menyediakan sebuah ruangan khusus untuk berdiskusi antar user dan agent sebelum kerjasama dilakukan. Makanya, tidak ada yang dapat Lavisha lihat selain dinding kaca yang sengaja ditutup dengan gorden tebal berwarna krem, agar kesan privatnya tetap terasa.

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang