Eps. 27: Sepasang Sandal

98 19 0
                                    

Ezra hanya tertawa ketika melihat Lavisha yang masih saja kebingungan, bahkan setelah keduanya turun dari panggung.

Disaat orang-orang menyapa atau sekadar memberikan senyuman, Lavisha bahkan sempat-sempatnya loading dulu sebelum membalas. Hal itu membuat Ezra merasa geli dan tanpa sadar, dicubitnya pipi gadis itu karena gemas.

"Sakit, Ezra!" Lavisha menggerutu sebal dengan suara yang terdengar tidak terlalu jelas karena pipinya ditarik oleh Ezra.

"Habisnya gemes, bengong gitu." Lelaki 24 tahun itu kemudian membawa Lavisha duduk di salah satu meja di mana ada keluarga Ezra di sana. Tante Anya yang lebih dulu menyambutnya dengan hangat sambil memberikan pelukan, membuat Lavisha semakin merasa gugup.

"Aduuhh, calon mantu Tante, nih!" ujarnya sambil menggoda Lavisha yang mendadak merasakan pipinya memanas. "Nggak sia-sia ya, Ezra, kamu cari dia selama ini? Jodoh memang nggak ke mana."

Dari posisinya, Ezra dapat melihat bagaimana wajah Lavisha yang semakin memerah karena malu. Ia pun meminta gadis itu untuk duduk tepat di samping sang ibu. Sementara itu, ibunya kembali bersuara. "Pantes aja ya, Pa, tiba-tiba bawa perempuan terus dikenalin sebagai pacar. Ternyata emang udah yang dicari-cari dari dulu."

Pada akhirnya, Lavisha ikut terlarut dalam obrolan keluarga Ezra. Akan tetapi, sejatinya sejak tadi ia masih memikirkan perihal apa yang terjadi kepadanya hari ini, tentang kata-kata Ezra dan semua yang terjadi malam ini. Semuanya terasa tiba-tiba. Apalagi saat mengingat-ingat cerita yang Ezra beberkan di hadapan umum.

"Ezra." Karena penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk mendekatkan dirinya dengan Ezra, kemudian berbisik kepada lelaki itu. Beruntungnya, Ezra langsung peka dan sedikit merendahkan tubuhnya agar dapat mendengar apa yang Lavisha katakan. "Gue pengin ngomong sesuatu, tapi nggak di sini, boleh, nggak?"

Ezra menaikkan kedua alisnya, kemudian mengangguk kecil. "Ma, Pa," panggilnya kepada kedua orang tuanya yang hadir. "Ezra sama Lavisha ke belakang sebentar."

"Eiy, mau ngapain kamu?" Sang ayah, menatap putranya dengan tatapan penuh tanda tanya sekaligus mewanti-wanti juga. Takutnya, Ezra akan melakukan tindakan yang tidak-tidak kepada Lavisha. Kan, bahaya

Sementara itu, Ezra yang mendengar pertanyaan serta melihat bagaimana tatapan sang ayah yang berubah tajam, seketika cengengesan. "Papa mau tau, aja," ujarnya jahil. Hampir saja ia dilempar sendok oleh ayahnya itu kalau-kalau ia tidak langsung menjelaskan. "Ada yang mau Ezra omongin sama Visha. Biasalah, urusan anak muda, Pa."

Sebelum diberikan pertanyaan lebih banyak yang ujung-ujungnya menyudutkan, Ezra segera menarik tangan Lavisha setelah gadis itu berpamitan kepada kedua orang tua Ezra dengan mengangguk serta menyunggingkan senyum tak nyaman. Agak kurang sopan, memang, pikirnya. Lavisha sadar akan itu. Namun, jujur saja, nih, ia harus mencari kejelasan lebih dulu dari Ezra sebelum melangkah lebih jauh.

Ezra akhirnya membawa Lavisha ke area yang lumayan sepi---tempat keduanya melipir setelah acara dansa tadi---dan saat ini, bukannya langsung memberikan pertanyaan, Lavisha malah dibuat salah fokus dengan bagaimana penampilan Ezra yang bodohnya baru ia sadari sekarang. Ternyata, Ezra tampil begitu tampan hari ini, ya?

Jas hitam lengkap dengan kemeja putihnya melekat sempurna di tubuh tegap lelaki itu. Saking terpesonanya ia dengan penampilan Ezra, Lavisha bahkan tidak mengerti lagi bagaimana cara menjelaskan penampilan lelaki itu malam ini. Telanjur pusing hingga bingung.

Ah, Lavisha bahkan baru menyadari kalau sepanjang acara berlangsung, ia memang sedikit lebih 'bodoh' dan terlalu banyak bengong. Entah apa yang merasukinya hari ini.

"Sha?" Ezra otomatis menggoyangkan lengan Lavisha saat gadis itu malah diam. Khawatir kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Lavisha karena sesuai yang ia perhatikan, ia lebih banyak diam, termenung dan blank seperti orang kekurangan minum. "You okay?"

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang