Eps. 19: Rumah

88 22 0
                                    

Kalau dilihat dari perjanjian yang telah ditandatangani oleh dirinya dan Ezra, hari ini adalah hari terakhir masa kontraknya berjalan. Itu artinya pula, hubungan antara ia dan Ezra resmi berakhir setelah masing-masing dari keduanya menandatangi surat keterangan lepas kontrak yang rencananya akan dilakukan malam nanti.

Tidak terasa memang, sebab tanpa sadar, sudah tiga bulan kontrak tersebut berjalan. Setelah ini, Lavisha akan kembali menjadi agent kurang peminat sekaligus operator LOVORENT sementara Ezra yang entah apa pekerjaannya, kembali ke rutinitas asalnya.

Jujur, sebenarnya Lavisha merasa sedih mengingat fakta itu. Sebab kemungkinan besar, Ezra benar-benar menjadi klien pertama dan terakhirnya di tahun ini.

Sebenarnya, sistem penanggalan di LOVORENT dihitung saat agent resmi menjadi bagian dari perusahaan. Berhubung waktu pertama kali Lavisha mendaftar adalah Di bulan Juni, alhasil pada bulan Mei tahun berikutnya, waktu bekerjanya dihitung menjadi setahun.

Artinya, tersisa satu bulan lagi saja waktunya tahun ini di LOVORENT, sebelum memulai tahun yang baru.

Lavisha memejamkan mata seraya mengembuskan napas panjang. Isi kepalanya bercabang, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Antara tetap bertahan dengan risiko tidak lagi mendapatkan pelanggan atau berhenti dari LOVORENT? Akan tetapi, keduanya sama-sama berisiko.

Jika ia mempertahankan pekerjaannya di LOVORENT, pasti perusahaan yang telah didirikan susah payah oleh sang sahabat merugi karena mempertahankan agent yang tidak lagi menarik minat pelanggan sepertinya. Namun, semisal ia berhenti, di mana dirinya akan mendapatkan pekerjaan? Sudah syukur Kanaya memberinya tempat sebagai operator.

"Atau gue berhenti jadi agent aja, kali, ya?" Lavisha bergumam seraya memainkan jemarinya di atas keyboard. "Gue bisa lebih fokus jadi operator, kan? Daripada jadi agent, gue nggak laku."

Gadis berambut pendek itu menggigit bibir bawahnya seraya menggerak-gerakkan kaki di bawah meja. "Tapi kalo berhenti, sayang juga. Lumayan kalo semisal dapat pelanggan, terus dikasih tip. Bisa sekalian nabung buat cari kosan, kan?"

Sumpah, kalau sudah seperti ini, Lavisha galau. Padahal, masa kontraknya dengan Ezra saja belum benar-benar berakhir, lho. Masih ada hari ini, tetapi sejak semalam, Ezra bahkan tidak menghubunginya atau sekadar membalas pesan yang Lavisha kirimkan.

Omong-omong, Lavisha mengirim pesan beberapa jam lalu kepada Ezra untuk membahas soal masa kontrak mereka yang hampir berakhir, tinggal ditandangani untuk pemutusan kontrak, baru setelahnya semuanya benar-benar selesai. Namun, lelaki itu belum juga membalas bahkan membacanya sekali pun.

Kalau Ezra saja tidak ada kabar seperti ini, Lavisha jadi ragu berkunjung ke rumah lelaki itu. Ya, daripada nanti semisal ia diusir karena tidak ingin menerima tamu, bukan? Selain itu, kemungkinan Ezra berpikir jika kontrak benar-benar berakhir hari ini dan tidak perlu repot-repot mengurus hal lain. Ya, agaknya begitu.

Akan tetapi, semua pemikiran-pemikiran itu buyar begitu saja saat ponsel yang diletakkannya di atas meja berdering. Dahi Lavisha otomatis berkerut sama saat mendapati nama Ezra yang tertera sebagai si pemanggil. Tanpa membuang waktu, ia segera menjawab telepon itu.

"Halo, kenapa Zra?"

"Lo di kantor, kan?"

Lavisha mengernyitkan dahi sebelum menjawab. "Iya, kenapa?"

"Sibuk?"

"Enggak, sih. Kebetulan nggak ada telepon dari ... um, maksudnya gue lagi beneran nggak sibuk pokoknya."

Hampir saja keceplosan. Lavisha menghela napas lega saat Ezra tidak mengungkit apa pun soal ucapannya barusan. Atau mungkin, lelaki itu sedang tidak mendengar suaranya dengan jelas.

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang