Eps. 6: Salah Fokus

118 27 2
                                    

Untuk ke sekian kalinya dalam empat puluh lima menit terakhir, Ezra menghela napas panjang.

Lelaki yang hari ini lagi-lagi mengenakan pakaian santai seolah-olah seperti seorang pengangguran itu sebenarnya merasa kesal sebab orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Tidak tepat waktu dan tidak ada kabar apa pun sama sekali sejak tadi.

"Nih cewek emang selalu telat apa gimana, sih?" gerutunya seraya mengetukkan jemarinya di atas meja karena gabut.

Di pertemuan pertama mereka, mungkin Ezra dapat menoleransi keterlambatan si gadis yang tak lain dan tak bukan adalah sosok agent yang dipilihnya menjadi pasangan selama tiga bulan ke depan. Saat itu ia berpikir, mungkin gadis bernama Lavisha itu sedang memiliki pekerjaan yang harus diurus sebelum memenuhi perjanjian antar keduanya.

Akan tetapi, saat di pertemuan kedua pun, ternyata gadis itu terlambat? Sungguh, Ezra tidak mengerti lagi sebenarnya apa yang Lavisha lakukan? Apakah ia tidak tahu, ya, kalau yang namanya menunggu itu rasanya sangat-sangat tidak enak?

Sebenarnya, hari ini adalah hari terakhir sebelum masa perjanjian kontrak antara Ezra dan LOVORENT berjalan. Katakanlah sebelum dimulainya perjanjian, mereka harus melakukan geladi bersih lebih dulu untuk memantapkan peran masing-masing.

Memang terkesan lumayan ribet, sih, menurut Ezra. Dikarenakan hal seperti ini cukup mengganggu waktunya bekerja. Namun, kembali lagi jika ini demi keberhasilan jalannya kerja sama mereka, ia lebih memilih menyanggupinya saja. Toh, tidak ada ruginya juga, sih.

Akan tetapi, agaknya Ezra harus menarik kembali ucapannya soal untung dan rugi, sebab yang namanya terlambat, tetaplah terlambat. Bagi beberapa orang, waktu adalah uang, bukan? Ezra merasa jika ia adalah salah satunya.

Akhirnya, Ezra memutuskan untuk pergi saja dari kafe yang direncakan sebagai tempat pertemuan antara dirinya dan Lavisha itu. Namun, belum sempat ia bangkit dari duduknya, seorang gadis dengan napas yang terdengar ngos-ngosan menghampiri tempatnya tadi dan duduk begitu saja sambil berusaha mengatur napasnya.

"S-sori, sori. G-gue telat banget ya?"

Inginnya sekali rasanya Ezra berkata, "Sudah tahu telat, masih nanya!" Akan tetapi kata-kata itu hanya mampu dipendamnya sendiri.

Tiba-tiba perasaan tak tega muncul saat melihat betapa berantakannya penampilan gadis yang tak lain adalah Lavisha itu. Terlebih saat ia melihat betapa rusuhnya si gadis mengubek-ubek isi ransel yang ia kenakan.

Ezra pikir, Lavisha akan mengambil cermin atau apa pun, lah, yang biasa digunakan oleh para gadis untuk memastikan penampilannya. Namun, ternyata tebakannya salah. Gadis yang sekarang terlihat mengenakan kaus longgar putih dengan aksen bunga matahari di bagian dada kiri dan rok jins di atas mata kaki itu rupanya mengeluarkan botol kecil berisi air mineral.

Sumpah demi apa, Ezra speechless. Padahal mereka sedang berada di kafe dan tentunya Lavisha dapat memesan minuman lebih dulu. Akan tetapi, sepertinya rasa haus gadis itu sudah tak lagi tertahankan. Makanya ia memilih meminum air yang dibawanya sendiri.

Ezra bahkan terlalu fokus dengan apa yang dilakukan gadis itu sampai-sampai ia tak sadar jika sejak beberapa detik terakhir, Lavisha menatapnya dengan tatapan bingung seraya memanggil nama lelaki itu.

"Ezra, lo oke, kan?" Lavisha bertanya sambil menggerak-gerakkan tangannya di hadapan lelaki itu. Membuat Ezra yang mulanya hanya diam saja, seketika mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. "Sori ya, gue telat terus. Lo pasti udah nungguin lama banget, kan?"

"Iya, nggak apa-apa, kok." Tiba-tiba saja, kalimat itu yang terpikir olehnya. Padahal sejak tadi, ia sudah menyusun beberapa kata untuk menyuarakan kekesalannya karena harus menunggu lama. "Btw, lo berantakan banget. Kena puting beliung di mana?"

Lavisha yang mendengar itu, dibuat membelalakkan matanya kaget. Sumpah, ia tidak tahu kalau ternyata penampilannya sekacau ini saat ia berkaca di layar ponsel. Rambut acak-acakan dan wajah yang sudah seperti babu karena entah ke mana bedak yang digunakannya pagi tadi menghilang. Omong-omong, ini sudah jam setengah dua siang. Sudah lewat dari jam makan siang. Pantas saja saat ia memasuki kafe tadi, orang-orang memperhatikannya dengan tatapan aneh.

"Maaf-maaf gue nggak sadar," ujar Lavisha seraya membenarkan tatanan rambutnya itu. "Sekali lagi maaf buat keterlambatan gue. Um, btw, langsung aja kali ya? Biar nggak makin makan waktu. Soalnya lo pasti masih ada kerjaan lain, kan?"

"Santai aja," balas Ezra seraya memainkan bibir cangkir berisi kopi miliknya. "Lo nggak pesan dulu?"

"Um, nggak usah." Lavisha membalas. "Lagi kere gue, hehe."

Mendengar yang gadis itu katakan, jelas membuat Ezra mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Lah, santai. Kan gue yang bayar. Pesan aja deh, mau apa juga."

Mulanya, Lavisha terlihat enggan. Akan tetapi, setelah Ezra memaksanya untuk memesan sesuatu bahkan memanggilkan waiter-nya sekalian, akhirnya gadis itu menyerah. Ezra pikir karena ditraktir, Lavisha akan memesan menu-menu mahal. Ternyata tebakannya salah. Ia hanya membeli es teh manis saja. Saat ditawari makanan, gadis itu berkata jika dirinya sudah makan siang.

Aneh, pikir Ezra. Ternyata gengsinya perempuan memang lumayan tinggi.

"Sesuai yang ada di kontrak, jadi nanti tanggal 17 April itu rencananya bakal ada makan malam keluarga gitu. Nanti gue jemput lo sejam sebelum acaranya mulai."

Lavisha mengangguk-angguk kecil saat mendengar penjelasan yang Ezra berikan. "Tapi nanti gue berangkat sendiri aja, deh. Nggak usah dijemput ... atau lo bisa jemput gue di kantor LOVORENT aja."

Lagi-lagi, Ezra mengerutkan dahinya. Entahlah, Lavisha ini terlalu banyak teka-teki menurutnya. Padahal ini baru permulaan keduanya bertemu, tetapi Ezra sudah menebak-nebak. "Kenapa harus di kantor? Nggak di rumah lo aja, gitu, siap-siapnya?"

Gadis dengan rambut pendek di atas bahu itu menggeleng. "Nggak usah," jawabnya. "Ribet entar."

Omong-omong, keduanya memang sudah bertukar nomor ponsel di hari yang sama saat Ezra memintanya waktu itu. Ya, yang disambil dengan gombalan receh tempo lalu hingga akhirnya mau tak mau Lavisha memberikan nomornya agar mudah dihubungi. Beruntungnya Ezra bukan tipe orang yang akan mengiriminya pesan berisi basa-basi yang menjengkelkan sejauh ini. Ah, atau belum? Tidak tahu jugalah.

Keduanya juga sepakat menggunakan bahasa sehari-hari lengkap dengan panggilan lo-gue untuk mempermudah komunikasi satu sama lain, kata Ezra waktu itu.

"Oh iya. Lo bilang tadi tanggal 17 itu acara makan malam keluarga, kan?" Lavisha bertanya yang langsung dihadiahi anggukan dari Ezra sebagai jawaban. "Terus, kenapa lo nggak pilih Paket Lavender aja?"

"Lavender itu paket yang mana? Gue lupa," ujar Ezra seraya memberikan cengiran tak nyamannya.

"Teman makan malam," balas Lavisha sambil mengaduk minuman miliknya. "Kalo paket yang lo pilih, kan, Paket Orange. Teman pesta. Apa makan malam nanti juga sekalian pesta, gitu?"

"Enggak, kok. Cuma makan malam biasa doang. Ya ... lo tahu, lah, biasanya makan malam 'keluarga' itu gimana."

Lavisha meringis dengan suara pelan. "Sebenernya gue nggak tau gimana rasanya, tapi pasti nggak nyaman banget, ya?"

"Ya gitulah." Ezra menjawab sambil mengedikkan bahunya. "Aslinya waktu itu gue salah pilih paket, tau. Makanya gue sempet hubungi operator. Niatnya mau ubah paket yang dipilih, tapi malah salfok."

Lavisha mendadak diam sembari menggigit bibir bawahnya. Tatapan gadis itu pun seketika dialihkan dari wajah Ezra, menunduk menatap gelas berisi minuman miliknya. "S-salfok kenapa?" Suaranya tiba-tiba terdengar aneh karena gugup.

Bukannya peka dengan keadaan sekitar, terutama saat Lavisha tiba-tiba mengalihkan pandangan, lelaki 24 tahun itu malah senyum-senyum sendiri. Di kepalanya masih terngiang-ngiang suara lembut milik si operator yang sukses membuatnya salah fokus waktu itu. Kalau ada kesempatan, rasanya Ezra ingin bertemu dengan si pemilik suara. Penasaran ingin melihat bagaimana rupanya.

"Suara operator LOVORENT tuh kayak sopan banget gitu di telinga gue," jawabnya masih dengan mempertahankan senyuman. "Btw, lo kenal nggak, sama operatornya? Boleh kalo gue minta kontaknya?"

ס+!×
Sabtu, 9 April 2022

Selamat malam Minggu-an! ( ˘ ³˘)♥

LOVORENT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang