twenty one

28.2K 2.5K 82
                                    

fuck it. I don't care, I love you

ARDOLPH

Saat orang asing itu sudah di urus Eric serta Felix, Ardolph pun hendak membuka pintu Ainsley. Namun mendadak sulit sekali, Ardolph pun mengintip dari celah pintu ternyata ada sofa di depan pintu itu, pantas saja berat sekali.

Ardolph pun menghubungi Ainsley, memberi tahu bahwa ia sudah tiba dan memberi tahu kalau orang asing yang membuntuti Ainsley sudah Ardolph urus.

Akhirnya pintu pun terbuka.
”Akhrinya lo pulang!” seru Ainsley memeluk erat Ardolph.

Perasaan takut mendadak hilang saat ia memeluk Ardolph.

”Hm, gimana? Lo baik baik aja kan?” tanya Ardolph.

”Iya, gue seneng akhirnya lo cepet sampe dan basmi orang aneh itu. Gue ga bisa bayangin kalau tadi lo ga pulang dan orang itu sampe masuk sini, ih bayangin aja gue udah takut.”  tutur Ainsley.

”Lo tau kan sekarang, kenapa gue larang lo pergi sendiri tanpa ada yang jaga? Masih mau bandel hm?”

”Ga lagi kok, ini terkahir janji. Takut gue.” balas Ainsley cepat.

Keduanya pun masuk, pasalnya sejak tadi mereka hanya berpelukan di depan pintu. Saat Ardolph masuk, terlihat sekali berantakannya.

”Hehe tadi gue panik, makannya berantakan gini.” ujar Ainsley dengan cengirannya.

Ardolph hanya geleng-geleng kepala sambil mengambil barang yang jatuh.

”Urusan di basecamp lo udah selesai kan tadi?” tanya Ainsley.

”Udah kok, kenapa?”

”Gue ga enak aja tadi hubungi lo, takut ganggu lo.” balas Ainsley.

Ardolph diam sejenak, ”Ga ganggu, gue malah seneng karena saat situasi gini lo langsung hubungi gue. Masalah di basecamp juga udah selesai kok.”

”Emmm kira kira siapa ya orang itu, lo kenal ga?” tanya Ainsley dengan raut penasaran.

”Orang bayaran Noah pacar temen lo.” jawab Ardolph.

”Sialan, jadi suruhan Noah? Gila kali. Mau apa dia dari gue sampe segitunya?”

”Apa lagi selain mau gue hancur? Mereka kan udah tau kalo lo kelemahan gue.” papar Ardolph.

”Lo terlalu berharga Ainsley, bahkan luka goresan dari mereka bakal gue bales berkali kali lipat. Lo sepenting itu di hidup gue sayang, Gue udah narik lo dalam dunia gue yang penuh bahaya ini dan gue yakin serta siap menghadapi resiko apapun yang bikin kita pisah.” ungkap Ardolph.

Ardolph menoleh berjalan mendekati Ainsley yang masih berdiri di belakangnya, ia menarik Ainsley untuk masuk kedalam dekapannya. Ia peluk Ainsley dengan erat menghantarkan kenyamanan dan ketenangan satu sama lain.

”Lo gue tarik masuk kedalam kehidupan gue aja sebenernya udah salah, tapi gue seakan tutup mata saat itu dan berusaha ga peduli dampak apa yang bakal terus jika gue ajak lo. Gue terlalu percaya diri kalo gue bisa jamin lo aman__”

”__Nyatanya udah beberapa kali lo hampir celaka karena gue.” papar Ardolph.

”Tapi, udah beberapa kali juga kok lo tolongi gue dan pastiin tue baik-baik aja. Lo ga gagal dalam jaga gue Ardolph.” ujar Ainsley.

”Makasih, tolong bertahan di sisi gue ya dalam ke adaan apapun. Gue janji ini bakal berakhir.” gumam Ardolph.

ARDOLPH


Di taman belakang Ainsley menyeret Cesy, untuk ia ajak berbicara serius. Awalnya Cesy enggan untuk ikut dengan Ainsley, namun Ainsley tak peduli ia menarik dan menyeret tangan Cesy sampai keduanya ada di taman belakang saat ini.

”Bangsat! Maksud lo apaan bitch? Tarik gue kesini?” tanya Cesy dengan sekali bentaakan.

Ainsley yang melihat hanya terkekeh sinis, ”Masih tanya maksudnya? Gue pikir lo paham, harus banget ya gue jelasin?”

”Gue ga paham maksud lo apa.” balas Cesy dengan sewot.

”Yakin? Orang bertopeng bukan suruhan lo dan cowo lo?” tanya Ainsley lagi.

”Oh udah kebongkar ternyata, gue pikir engga. Yah ga bisa bohong deh, kalo orang itu emang suruh gue lo mau apa?” Cesy menatap Ainsley menantang, menurutnya ia sudah tidak peduli akan status persahabatannya toh sejak awal ia tidak menganggap itu sebuah persahabatan.

”Coba jelasin ke gue, kenapa lo ikut adil dalam hal itu Cesy? Kasih tau gue seberapa besar kesalahan gue ke elo sampe buat lo gini.” ucap Ainsley.

”Lo mau tau? Lo terlahir punya segalanya aja udah salah di mata gue, dari awal gue ga tulus anggep lo sahabat Ainsley. Karena lo memiliki segalanya dari dulu, keluarga harmonis, dan kaya semua orang berpihak ke elo. Dan karena itu alasan gue benci sama lo, kenapa lo unggul dalam segala hal sedangkan gue selalu kalah dari lo.” ungkap Cesy membuat Ainsley terkejut.

”Gila lo selama ini lo anggap gue sebagai saingan, di saat gue anggap lo sahabat? Cewek iblis!” Ainsley menatap Cesy tak percaya.

”Santai dong, kan udah gue bilang tadi. Sejak awal gue ga anggap lo temen, tapi makasih loh udah anggap gue sahabat hahaha miris lo.” ujar Cesy.

”Ngaca goblok, yang miris gue atau lo?!” bentak Ainsley tepat di depan wajah Cesy.

Plak

Tamparan cukup keras Cesy layangkan terhadap Ainsley hingga wajah Ainsley tertoreh ke samping, Ainsley menoleh tak percaya dengan perasaan tak terima dan marah Ainsley secara refleks melayangkan bogeman tak kalah keras pada pipi Cesy.

”Dasar cewek sampah!” teriak Ainsley lantas berlalu pergi meninggalkan Cesy yang hendak mencak mencak.

Ainsley pergi dengan perasaan marah, kecewa, dan benci menjadi satu. Orang yang ia anggap sahabat justru tidak menganggap kita seperti itu, malah kita di jadikan sebagai saingan dan musuhnya. Miris memang, selama ini ia hanya di tipu oleh kemunafikan Cesy.

Jessica yang melihat raut wajah Ainsley seperti sedang menahan kekesalan pun bertanya, ”Lo kenapa anjrt, ada yang ganggu lo?” tanya Jessica khawatir.

Dengan napas yang masih menderu serta rasa marah yang masih mendominasi Ainsley masih diam saja, sampai pandangan Jessica beralih ke pintu kelas di mana Cesy datang dengan wajah tak kalah seperti Ainsley.

Jessica yang seolah paham pun tak berniat bertanya lagi, ia kana tanya jika Ainsley sudah tenang.
”Tenangin dulu emosi lo, gue paham ga perlu di ceritain sekarang.” ucap Jessica seraya menepuk pundak Ainsley.

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN 🌷

ARDOLPH[Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang