Pov Devano, "married and new family."

17.2K 1.6K 67
                                    

Dunia gue kayak berhenti beberapa detik saat liat orang yang di jodohin sama gue, di depan gue adalah bang Petrus?

Apa dunia emang mau main-main sama gue.

"B-bang Petrus?"

Petrus tersenyum, lalu menarik orang di belakang bodyguard nya. Ada Sagara yang berwajah dingin.

Sagara? Kenapa dia disini.

"Ah kesini, nak!" Javier melambaikan tangannya untuk menginstruksikan kepada Sagara dan Petrus mendekat.

"Kenalkan. Ini anak pertama saya, Petrus. Dan ini anak ke dua saya, Sagara."

"Sagara, kenalkan tunangan kamu, Devano!"

"What?"

Gue gak percaya. Ayah tega banget udah jadiin gue mainan. Sekarang ayah dengan santainya jodohin gue cuma karna perjanjian proyek besar.

Javier mau bekerja sama dengan ayah gue kalau salah satu anak ayah menikah dengan salah satu anaknya. Gila!

Kenapa nggak Yuda aja! Eh tapi gue gak bakalan ikhlas liat Yuda nikah ama Sagara! Mimpi, gak akan pernah gue rela!

"Denger, proyek ayah dan calon mertuamu ini harganya juta-an dollar. Dan jika berhasil dan menang tender, bakal jadi terkenal dan banyak investor yang berminat untuk bergabung bersama perusahaan ayah. Kamu hanya perlu menurut jadi istri orang. Lumayan, ayah mudah merestui orientasi seksual mu yang malu-maluin itu!"

Ucapan ayah waktu itu udah bikin gue sakit ati. Ayah tau gue gay, dan ayah gak pernah tau alasan gue jadi gay.

Walaupun gue cinta sama Sagara, bukan berarti gue mau nikah muda kayak gini. Gue pengen sekolah, gue pengen kuliah, gue pengen berkarir, gue pengen bebas, gue gak pengen nyakitin perasaan Pio.

Tapi nyata cuma angan-angan kosong yang gak bakal bisa terwujud.

Dan gue duduk di sini. Di rumah yang tidak bisa di bilang jelek ataupun sederhana. Bener bener kayak. Hah? Di umur gue yang segini, gue udah di kasih rumah sendiri. Dan gue udah jadi istri seseorang yang bahkan umur gue terlalu dini buat berumah tangga?

Setelah pengikatan janji suci private dan cuma di hadiri sama keluarga besar gue dan dia —sagara mksd nya—, kita akhirnya jadi keluarga kecil.

"Jangan sokap sama gue di sekolah atau dimanapun. Jangan pernah, kita cuma nikah kontrak!" Ucap Sagara dingin lalu pergi menyeret 2 koper super besarnya ke kamarnya.

Hari ini Senin, huft. Rutinitas gue sebagai seorang istri sekarang bangun pukul setengah lima dan harus masak. Yaaa, buat diri gue sendiri. Kalau dia mau makan yang syukur, kalo enggak ya udah.

Sagara gak pernah mau makan masakan gue, takut di racun mungkin. Kecuali tiap setelah mandi harus gue siapin pakaian atau tiap sore jam empat setelah mandi, harus ada kopi di kamarnya.

Gue nggak keberatan sama sekali.

Setelah tempe terakhir itu gue sajikan di piring dan gue letakkan di meja makan, gue bergegas mengetuk pintu kamar Sagara. Gue denger suara percikan air pertanda Sagara lagi mandi.

Gue buka pintunya perlahan dan nyiapin baju sekolahnya di atas kasur dan meletakkan sebotol minum berukuran 50 ml untuk bekal Sagara. Water infuzed, itu yang diminta Sagara. Dirinya kurang suka membeli minuman kemasan di luar. Paling juga es teh.

Cklek

Sagara keluar dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya dan satu tangannya yang mengusak rambutnya yang basah. "Ngapain lo masih di sini, keluar!"

ALL OF US [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang