♪
Vano duduk di kursi penumpang meremas tasnya sambil mengulum bibirnya takut saat Sagara kembali kedalam mobil dengan wajah yang menyeramkan.
Jangan lupa Sagara yang membanting pintu mobilnya.
"Maaf gue gak ngedeket," ucap Vano. Dirinya sengaja tidak mendekati mereka bertiga saat perdebatan itu. Vano tidak mau Pio melihat bahwa Sagara sedang bersama Vano. Bisa menjadi masalah panjang.
Sagara tidak menjawab malah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengabaikan teriakan teriakan penggunaan jalan. Vano bungkam, terlalu takut untuk berbicara.
"S-sa pelan pelan anjir." Tapi Sagara tidak menerima peringatan Vano. Kabut hitam masih melingkupi diri Sagara.
Mendadak perut Vano mual, tapi demi menjaga image, Vano menahan dirinya dengan menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata. Image itu penting dan perlu di jaga jika didepan orang yang disukainya.
"Arghhhh!" Sagara memukul stir mobilnya menimbulkan guncangan.
"Pliss, gue belum mau mati, Sa!" Lirih Vano. Keadaan Vano sekarang kacau.
Tiba-tiba seekor kucing berlari menyebrang membuat Sagara terkejut.
Ckittttt
Tiiiiiiin
Duak
"Shhhh," mobil di rem mendadak oleh Sagara, sadar dengan apa yang dibuatnya dengan cepat menoleh pada sang penumpang yang sepertinya memiliki masalah pada dahinya.
"Lo gapapa?" Tanya Sagara. Dirinya baru sadar kalau dia tidak sendirian di mobil. Dia membawa nyawa lain.
"Gak, gapapa, cuma kejedot." Ucap Vano mengelus dahinya yang mulai membiru.
Ahh, Sagara kembali teringat saat Sagara melukai kepala Vano dengan bola basket saat itu.
"Maaf, gue kalap." Sagara spontan mendekatkan dirinya pada Vano dan mengecek dahi Vano. Tangannya otomatis mengelus dahi yang membiru itu. Vano mematung. Aroma parfum gentle Sagara tercium jelas.
Posisi ini, dia mengingat sesuatu. Dengan Pio dulu saat Sangara mengajak Pio untuk balapan mobil.
Sagara diam, do you get dejavu?
Sagara menghembuskan nafasnya dan kembali membenarkan duduknya, tanpa berlama-lama, Sagara melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan sedang, tidak ingin merugikan pengguna jalan lainnya lagi.
♪
"Halo darling, baby honey mama." Sagara memeluk Vinny dan Vinny membalasnya dengan mencium pipi kanan dan kiri, tak lupa dahi dan hidung yang tidak ketinggalan menjadi sasarannya.
"Papa mana, ma?" Tanya Sagara sembari masuk ke rumah membawa bingkisan yang dibeli Vano tadi.
Bicara tentang Vano, dirinya sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel yang memang ada di depan rumah.
Vinny menghampiri Vano khawatir. "Hey, you okay, sayang?"
Vinny semakin khawatir kala tidak ada jawaban dan Vano masih sibuk mengeluarkan isi perutnya.
"Shh, Vano gapapa, ma. Cuma mual dikit." Jawabnya lirih. Tapi Vano heran, apa yang dia dengar tadi tidak salah. Bagaimana dia bertemu manusia yang berubah-ubah dengan cepat seperti itu.
Vinny meringis dan menuntun Vano untuk masuk dan duduk di samping Sagara yang sudah duduk dari tadi.
"Ini kenapa dahi Vano bisa memar kayak gini. Kamu gampar, kak?" Tanya Vinny menuding Sagara. Sagara yang merasa dituduh tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL OF US [COMPLETED]
Ficção Adolescentetw// mpreg, affair, harshwords, torture, depression, violence, slurs, etc. Gimana rasanya elo ngecrush in orang yang udah ada pawang? Pawangnya imut, lucu, baik, pinter, kurang apa lagi. Kalo gue? Nggak ada yang bisa di bandingin sama dia. Gue emang...