POV author, "Devano's husband."

14.3K 1.2K 28
                                    

Sagara menunduk dan memeluk pinggang Vano yang duduk di atas ranjang. Tangan Vano mengelus rambut Sagara yang baru-baru ini di cat dengan warna biru. Walaupun di sekolah sudah melarang Sagara, tapi tidak apa-apa, toh Sagara mereka sudah akan lulus sebentar lagi.

Vano meneguk ludahnya saat mendengar cerita Sagara, saat bertemu dengan Pio kemarin.

"Jadi, kamu anterin ke rumahnya, dan bilang kamu bakal jaga dia?" Tanya Vano. Sagara tidak menjawab. Bagaimana caranya menjawab jika tatapan Vano membuat Sagara dilanda rasa bersalah.

"Terus aku gimana?" Tanya Vano dengan ekspresi yang seakan-akan tidak terjadi apa-apa, tangannya mengambil beberapa helai rambut Sagara untuk di kuncir menggunakan karet gelang.

"Maaf," ucap Sagara lirih.

"Bukan jagain, tapi cuma biayain," lanjutnya lagi masih dengan suara yang lirih. Sepertinya Sagara sedang berbicara dengan debu.

Vano mengangguk, tidak mudah melupakan masa lalu, apalagi masa lalu itu sudah bersamanya cukup lama. Vano cukup tau diri soal itu. Vano hanya orang baru yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan Sagara secara tiba-tiba.

Vano menepuk tangan Sagara kasar saat tangan itu mulai nakal meremas bokongnya. Dalam suasana seperti ini masih saja mencari kesempatan.

"Gapapa,  keliatan banget ya jahatnya aku?" Tanya Vano terkekeh. Sagara menggeleng dan mencium perut Vano. Membuat Vano kegelian dan menjambak rambut Sagara hingga mendongak.

"Aww, kdrt!" Vano mengelus kepala Sagara yang tadi ia jambak. Lelaki basket itu mengerucutkan bibirnya dan mengusakkan rambutnya pada Vano.

"Suka banget bikin gemes, heran!"

"Cuma sama kamu, dek, ga sama orang lain," Vano tersenyum masam dan mencubit pipi tirus Sagara.

Vano bingung apa love language milik suaminya ini. Tapi yang pasti Vano diapain aja juga baper.

"Yang bener?"

"Ho'oh tenan!"

Petrus telah merasakan bagaimana rasanya menikah, dan sebentar lagi, dihitung hari atau Minggu, Petrus akan resmi menjadi ayah.

Petrus merupakan suami yang baik, selalu ada disaat Ayuda butuh, selalu memberikan yang terbaik untuk Ayuda, menjadi support system Ayuda dan selalu menjadi garda terdepan dalam setiap masalah yang dihadapi Ayuda. Petrus itu guardian angel kalau kata Ayuda.

Tapi, sesempurna apapun manusia, Petrus tetaplah Petrus yang tidak bisa berbohong saat melihat Haris dan Teo berboncengan, dalam dada Petrus ada sedikit panas yang menjalar.

Tapi wajahnya menunjukkan kepuasan. "Lo harus bahagia, Lean. Jangan pernah lo lunturin senyum indah lo itu. Apalagi kalau cuma buat gua ama Riko." Lirihnya. Riko? Ya, Riko juga merupakan sumber sakit Haris.

Haris adalah seorang yang terluka, batinnya terutama, dirinya selalu tertekan batin. Wajar saja jika Petrus senang melihat Haris yang tersenyum walaupun sedikit di atas motor Ducati merah bersama Teo, teman Sagara.

"Hei!" Lengannya disenggol oleh temannya, Ellen, salah satu teman SMA nya dulu dan juga teman basketnya.

"Liat apa lo? Haris?" Tanya Ellen. Pandangan Haris mengikuti apa yang Petrus lihat.

Petrus mendengus kesal, mengusak dan menepuk rambut yang lebih pendek lalu merangkulnya. "Sok tau lu njing!"

Apakah Ellen baper digituin, di pat pat kepalanya? Tentu jawabannya tidak, Ellen sudah terbiasa mendapatkan phisical touch seperti itu, apalagi dirinya adalah primadona basket SMA PANDORA.

ALL OF US [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang