POV author, "24/7 = you!"

15.6K 1.5K 108
                                    

seksual level 🌕

"Makasih." Vano mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya yang duduk di ranjang UKS. Sagara mengangguk kecil dan sesekali mendesis saat Vano dengan keterdiamannya sedang mengobati luka di beberapa bagian tubuh Sagara.

Tidak ada percakapan, sunyi. Sagara pun tidak ada inisiatif untuk bertanya ataupun Vano yang pasif.

Vano masih bergelut dengan fikirannya, dan Sagara yang terlihat diam saja menyaksikan kegiatan Vano.

Lain hal dengan Petrus. Oh apakah ada yang menanyakan Petrus? Kalau ada, dia sedang berada di puncak organisme nya. Putih telah menjemputnya diatas tubuh telanjang seorang lelaki. Afeksi nikmat yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata telah mengambil semuanya. Kedutan besar dan banyak cairan tumpah ruah.

Suara nafas dan erangan nikmat terdengar dalam sunyinya villa di puncak. Villa milik keluarga Javier, miliknya juga.

Tangan Petrus menarik tangan yang ada diatas kepalanya itu untuk dikecup punggung tangannya. "Udah?" Tanyanya, tanya lelaki lawan main Petrus.

Petrus menggeleng dan memposisikan lelaki itu untuk tidur miring dan membelakanginya tanpa melepaskan penyatuannya.

Lelaki itu terpejam merasakan sensasi hangat yang tidak habis-habisnya membasahi perut dalamnya.

"Banyak banget ya?" Tanya Petrus. Lelaki itu mengangguk dan mengarahkan tangan Petrus ke perutnya yang agak menonjol karena penuh dengan cairan putih hasil gerak enak mereka berdua.

"Sampe penuh gini," jawabnya tertawa kecil. Petrus mengusap perut lelaki itu dengan gerak memutar.

"Nanti kalau jadi gimana?" Tanyanya sembari mengeratkan pelukannya satu sama lain. Petrus menciumi pundaknya dan sesekali memberi tanda pada area itu.

Bekas bekas gigi dan kulit yang memerah karena kegiatan tadi membuat Petrus tersenyum puas akan mahakarya nya. Kemudian Petrus menjilati area luka itu memberikan efek dingin yang menyengat.

"Jangan sampe, lah. Gue bisa habis dan mungkin lo juga." Jawab lelaki itu.

Petrus bergeming, sudah berapa kali dia melakukan itu dengannya. Mungkin tiga kali, ah Petrus ingat, satu bulan yang lalu.

"Jangan mulai deh, gue udah cape," lelaki itu menahan pinggul Petrus yang nampaknya mulai bergerak lagi, dan didalam, sebuah tongkat itu juga sepertinya sudah menegang kembali.

Petrus kemudian tertawa kecil dan menghentikan aksinya. Tawa kecil itu selalu menjadi favorit laki-laki itu.

"Cek dulu aja gimana? Feeling gue gak enak!"

Sagara menghisap asap vape miliknya dalam-dalam sembari memperhatikan Vano yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya dalam diam.

Sedikit aneh dengan tingkah Vano, Sagara merasakan bahwa hari ini Vano menjauhi dirinya. Terbukti percakapan mereka berdua berakhir saat di UKS jam dua siang tadi. Setelah itu tidak ada lagi.

Sagara dan Vano menoleh bersamaan saat satpam di rumahnya memasuki ruang tamu.

"Aden, maaf. Kata nyonya ingin menghubungi aden, tapi handphonenya aden enggak aktif. Ingin menghubungi aden Vano juga sama, jadi nyonya nyuruh saya buat bilang ke aden telepon nyonya balik." Sagara mengangguk kecil dan menginstruksikan agar satpam itu kembali.

Sagara berjalan kearah luar dan menghidupkan ponselnya setelah sedari tadi belum dibukanya. Dan bungkam ketika melihat home screen miliknya. Terpampang jelas wajah Pio dan dirinya selfie bersama saat dulu Sagara menghampiri Pio yang sedang piket sendiri.

ALL OF US [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang