Di dalam kamar bernuansa putih dan hitam itu, seorang pemuda tampak masih asik bergelung dalam selimut saat jam menunjukkan pukul 03.20 pagi.
Beberapa detik setelahnya suara derit pintu samar disusul suara langkah kaki terdengar. Namun, tak cukup untuk membangunkan pemuda itu dari tidur nyenyak nya.
Pemuda manis yang baru masuk ke dalam kamar itu menggeleng kecil sembari tersenyum geli saat melihat wajah polos dan rambut berantakan dari pemuda yang berada di gulungan selimut tebal itu.
Netra pemuda manis itu terpaku pada jam dinding selama satu detik lalu kembali terfokus pada pemuda yang tak juga bergerak sejak tadi.
"Aku harus segera membangunkan Junghwan" ujarnya seiring langkah yang ia bawa mendekati ranjang.
Tangannya segera terulur pada lengan kanan Junghwan yang keluar dari selimut begitu ia sampai dan berdiri di samping ranjang, "Junghwan, ayo bangun"
"Hmm-". Junghwan menggeram lirih saat merasa satu tangan lembut mengguncang pelan lengannya.
Pemuda itu membuka matanya perlahan dan langsung disambut wajah tampan sekaligus cantik berhiaskan senyum dari pemuda manis yang merupakan istri tercintanya.
"Junkyu?" panggil Junghwan dengan suara husky nya yang serak dan berat.
Junkyu terkekeh geli saat menyadari wajah suaminya agak membengkak dan netra cokelat sang suami yang masih tampak mengantuk, "Ayo bangun Junghwan. Ini sudah hampir jam setengah empat, kita harus segera sahur"
"Ah iya. Aku akan bangun"
Junghwan perlahan menegakkan tubuhnya. Ia menyempatkan diri untuk mengusak pelan surai Junkyu sebelum melangkah cepat ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Melihat sang suami masuk ke kamar mandi, Junkyu memutuskan untuk keluar terlebih dahulu. Berniat menyiapkan makanan untuk Junghwan dan juga dirinya.
.
.
.
.
Junghwan yang kini semakin mendekat ke meja makan tersenyum saat melihat Junkyu sibuk menyendokkan nasi beserta lauk pauk di piring. Pemuda itu menelisik makanan yang istrinya tata dengan rapi di meja.
"Ini semua terlihat sangat enak Junkyu" ujarnya membuat Junkyu menoleh dan tersenyum kecil saat melihat wajahnya lebih segar.
"Aku hanya bisa memasak ini untuk sekarang. Tidak masalah kan?" tanya Junkyu pada Junghwan yang kini sudah mendudukkan dirinya sembari menyerahkan piring yang sudah ia siapkan pada pemuda itu.
Junghwan menggeleng setelah melihat nasi putih, sayur capcai, ayam goreng tepung ditambah sambal sudah tersaji di piringnya. Ia juga bisa melihat buah apel yang sudah dikupas dan dipotong-potong di meja.
Pemuda itu lalu menatap wajah manis Junkyu penuh kelembutan, "Tidak masalah sama sekali Junkyu. Ini sangat lengkap. Maaf karna aku tidak bangun lebih awal dan menemanimu memasak semua ini"
Junkyu segera menggeleng, "Tidak papa Junghwan. Ini sudah menjadi kewajiban ku. Kamu juga pasti lelah karna kemarin kamu pulang kerja sangat larut"
Pemuda manis itu mendudukkan diri di hadapan suaminya, "Lagi pula aku tadi memang terbangun lebih cepat dibandingkan alarm yang ku atur hehe"
Junghwan mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Junkyu, mulai mengusap tangan putih dan halus itu dengan jempol tangannya, "Apa dia menyusahkanmu? Pasti kamu bangun karna mual lagi"
"Tidak Junghwan. Aku tidak masalah dengan ini. Aku- justru sangat senang dan menikmati morning sickness ku" bantah Junkyu sembari meletakkan tangan kirinya di atas tangan Junghwan.
![](https://img.wattpad.com/cover/303003273-288-k882528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARANTHINE
Fanfic'Amaranthine' artinya keindahan yang abadi. Disini kalian hanya akan menemukan berbagai kisah dari Junghwan dan Junkyu. Entah itu kisah cinta manis tanpa masalah, kisah cinta yang penuh ujian, kisah cinta yang begitu indah, sampai kisah cinta mereka...