🔫_3_🔫

800 105 6
                                    

Heesa berdecak sebal kepada pria yang sedang berada di sampingnya. Gadis itu melihat ke arah target yang sedang tak sadarkan diri di sofa ruang tamu kediaman mereka. Ya, Jinni, gadis itu dibawa ke rumah Jungwon dan Juga Heesa, bukan ke mansion dimana Jungwon biasanya menaruh para korbannya disana.

"Sekalian aja nih rumah jadiin tempat tawanan Lo semua, bawa juga gih kak Yeri, kak Yeji sama yang lainnya kesini," celetuk Heesa jengah, sudah kesal diomeli Jungwon tadi.

"Sa, di mansion gak ada dokter, itu juga daerahnya terpencil, susah buat panggil dokter,"

"Gak masuk akal, kenapa gak bawa dokternya aja sekalian kesana? Ribet amat," Heesa menggeleng pelan, melihat Jungwon tatapan sinis dan berjalan pergi ke dapur untuk mengambil kotak p3K, ia akan membersihkan lukanya di kamar sendiri. Biarlah si korban itu menjadi urusan Jungwon, Heesa tak ingin ambil pusing.

Kelima pria lainnya memperhatikan pergerakan Heesa yang pergi meninggalkan mereka. Dengan kompak, mereka memandang Jungwon yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

"Suruh salah satu team eagle buat ngawasin Jinni, bawa nih cewek ke kamar tamu sekalian panggilin dokter, gue mau nyusul Heesa dulu," perintah Jungwon tiba-tiba, pria itu akhirnya menyusul Heesa yang sudah terlebih dahulu pergi ke kamar.

Heesa terdiam di kamar, gadis itu membersihkan luka yang terdapat ditangannya sendiri. Ketika gadis itu membuka lilitan kain yang semula berwarna putih menjadi merah karena darahnya, terlihatlah luka sayat yang sedikit dalam pada tangan kirinya.

Setelah membersihkan luka miliknya, gadis itu menutupi lukanya dengan perban. Ia menghela nafasnya pelan, memperhatikan luka itu. Walaupun kemampuannya sudah meningkat, tetap saja ia ceroboh. Sepertinya Heesa harus pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikirannya.

Heesa pun mengambil handphone miliknya di atas nakas, tidak lupa juga gadis itu membawa dompetnya dan kunci motor.

"Mau kemana?" dan suara itupun membuat pergerakannya terhenti. Ketika ia menoleh ke arah pintu, terlihat Jungwon yang sedang berdiri disana, seperti pria itu sudah lama ada disana.

"Club," jawab Heesa dengan entengnya, gadis itu berjalan ke arah pintu yang terhalangi oleh Jungwon, "Minggir, gue mau lewat," usir Heesa dengan nada datar, tidak ingin ribut, Jungwon menajamkan matanya mengamati pergerakan Heesa.

"Jawab yang bener, Lo mau kemana?"

"Gue udah bilang, gue mau ke club, gak denger Lo?" kini Heesa kesal, ia juga mendorong Jungwon untuk minggir dari depannya, tapi tetap saja pria itu tidak bergerak.

"Gak boleh, Lo harus dirumah," alis Heesa terangkat satu, ia tertawa setelahnya, "Siapa Lo bisa ngelarang gue? Ayah gue aja ngi-"

"Gue calon suami Lo,"

Heesa mendecih, "Calon suami? Mending gue cari yang baru. Dah sana, mending panggil selir-selir Lo supaya Lo gak kesepian dirumah, easy kan?"

"Maksud Lo?" Heesa memutar bola matanya malas dan langsung mendorong Jungwon dengan kasar untuk minggir dari depannya, dan benar saja ia bisa melewati Jungwon dengan mudahnya, pria itu tergeser.

"Maksud Lo apa, hah?!" Heesa tetap berjalan santai, mengabaikan ucapan Jungwon yang sudah emosi karena ucapan yang dilontarkan Heesa, bukan tentang selir, tetapi tentang Heesa yang ingin mencari pria baru.

"Yang Heesa!!! Apa maksud ucapan Lo? Gue ada salah?" Heesa hanya mendecih pelan dan melanjutkan jalannya ke arah pintu utama, beberapa maid yang melihat itu hanya bisa memandang diam tuan dan nona mereka yang bertengkar seperti malam itu.

"Heesa?!" bentakan itu membuat pergerakan Heesa terhenti, "Gue bentak dulu baru mau diem??" terdengar nada amarah dari ucapan Jungwon yang sedang menuruni tangga.

[S2] Mafia || Yang Jungwon [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang