🔫_21_🔫

559 86 3
                                    

Heesa menghela nafasnya, menatap pantulan dirinya di cermin didepannya. Sebuah gaun pernikahan melekat pada tubuhnya dan sebentar lagi ia akan melakukan pemberkatan pernikahan danengu apakan janji suci dihadapan semua orang dan dihadapan Tuhan.

"Mempelai wanita, bersiap sebentar lagi." Arahan dari alat komunikasi yang dipasang pun terdengar. Heesa menghela nafasnya kembali sebelum keluar dari ruangan menuju ke gereja.

Heesa turun ke lantai bawah dimana sang ayah, Hyungsik tengah menunggu dengan setelan jas dan juga setangkai bunga mawar putih di dada kirinya, menatap sang anak semata wayangnya dengan senyuman manisnya.

"Udah siap, nak?" Heesa menatap sang ayah dan mengangguk, tangannya menggenggam lengan Hyungsik sebelum masuk ke mobil dengan dibantu beberapa maid akibat gaun pernikahannya yang lumayan panjang.

"Jangan gugup." Ucap Hyungsik menenangkan Heesa. Heesa mengulas senyumnya dan mengangguk, bukan gugup, hanya saja bukan seperti yang ia inginkan. Ia ingin dihari yang sangat penting ini, gadis itu ingin sekali bahagia, namun kebahagiaan itu hilang akibat kejadian kemarin. Jujur saja, Heesa masih belum bisa melupakan kejadian kemarin.

"Ayo kita turun!" Hyungsik turun lebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk Heesa, biarkanlah hari ini putri tunggalnya itu ia layani sebagai ratu, mengingat beberapa menit lagi sang anak akan menjadi milik sang suaminya.

Hyungsik dan Heesa berdiri didepan pintu gereja, menunggu aba aba dari panitia pernikahan yaitu para anggota Victoria. Selagi menunggu, heesa melirik sang ayah yang kini matanya sudah berkaca kaca, namun pria itu tetap memasang senyum diwajahnya.

"Papa..."

"Hm? Iya kenapa, sayang?" Hyungsik menengok ke arahnya sambil mengusap air matanya yang menetes.

"Papa jangan nangis..."

"Gak kok, papa gak nangis." Ucap Hyungsik tersenyum ke arahnya dan menggeleng.

"Papa jangan nangis, nanti Heesa ikutan nangis." Ucap Heesa kini matanya sudah berkaca kaca.

"Jangan nangis dong, nanti make up nya luntur." Hyungsik mengusap air mata yang hampir menetes di pelupuk mata Heesa. "Anak papa sekarang udah besar, semoga kamu bahagia sama Jungwon ya? Maaf ayah kalo selama ini papa masih banyak kekurangannya, terlebih lagi jadi sosok ibu buat kamu. Tapi, semoga kamu bisa menjadi sosok ibu yang baik buat anak anak kamu kelak." Heesa menganggukkan kepalanya, Hyungsik tersenyum manis dan mengusap kepala anaknya pelan.

"Iya yah, makasih udah ngerawat Heesa selama ini. Heesa pasti akan menjadi sosok yang baik buat anak heesa nanti, dan anak Heesa nanti pasti bangga punya kakek sehebat papa." Perbincangan anak dan ayah itu terhenti lantaran panitia pernikahan memberitahu jika saatnya mereka untuk masuk ke dalam ruangan.

Hyungsik menuntun Heesa berjalan ke altar, para tamu undangan pun berdiri memperlihatkan mereka hingga sampai altar, Hyungsik melepaskan pegangannya para Heesa dan menyerahkannya pada Jungwon.

"Tolong jaga Heesa, ya." Jungwon mengangguk mantap, netra pria itu kemudian beralih kepada Heesa yang berdiri didepannya.

Sang pendeta pun melanjutkan jalan pernikahannya hingga pada pengucapan janji suci, sang pendeta meminta untuk mereka berpegangan tangan dengan Jungwon yang mengucapkan janji terlebih dahulu.

“Saya mengambil engkau, Park Heesa, menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang Kudus dan inilah janji setiaku yang tulus." Heesa menatap mata Jungwon saat pria itu mengucapkan janji sucinya, ingin sekali ia berdecih dan memalingkan wajahnya, namun itu akan mendapat kecurigaan dari para tamu yang menghadiri pernikahan mereka.

[S2] Mafia || Yang Jungwon [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang