8 Perasaan tak menentu

8.5K 740 13
                                    

Kennard dan Damian makan malam sambil saling memandang. Biasanya mereka sudah berkeliaran di jam-jam seperti ini. Clubbing, party, pacaran, atau melakukan hal seru lainnya. Tapi semenjak Kevin datang, keduanya dikurung seperti kucing rumahan.

Apalagi wajah kakaknya sedang tidak bersahabat. Lihatlah mimiknya yang menyeramkan itu. Kenapa sih, anak pertama itu harus menakutkan dan galak?

"Makan yang bener David, duduk dikursi." Kevin menegur anaknya yang terus bergelantungan di pangkuan Emily sambil mengunyah makanan.

"Tidak mau!"

"David?"

"Kevin?" Balas Emily ketus ketika isakan David terdengar pelan di pundaknya.

Kevin seketika mendesah dan memasang wajah masam yang mengintrupsikan kata 'terserah'. Ia tidak akan menang melawan Emily, percuma.

William dan Brenda tersenyum kecil melihat interaksi anak, calon memantu, serta cucunya yang secara tidak langsung menjadi mak comblang terbaik. Belum lagi si orang ketiga yang akan menjadi kompor juga ada disini.

"Jangan galak-galak Vin, David mungkin merindukan sosok ibu." Maxime tersenyum hangat mencairkan suasana.

"Tau, galak banget." Brenda ikut menyahuti dan menatap tajam putra pertamanya.

"Kamu calon ibu yang baik Em, aku tidak menyangka kamu akan berubah secepat ini. Pertahankan ya? Jangan lagi down seperti kemarin. Kamu harus bangkit." Maxime tersenyum kepada Emily yang juga tersenyum, namun terlihat sendu. Terlihat sekali jika wanita itu sedang menutupi kesedihannya.

"Aku tau bagaimana cara mendidik anakku." Mood Kevin tiba-tiba memburuk. Damn! Dia seperti wanita yang sedang pms sekarang. Kevin bahkan tidak mengerti apa penyebab ia menjadi uring-uringan.

"Terlalu galak juga tidak baik... "

"Sudahlah ma, terlalu manja juga tidak baik! Ayo David, duduk yang bener!"

"Mama aku tidak mau!" David mulai tersedu di pelukan Emily.

"David, sampai kapan kamu akan bersikap nakal seperti itu?"

"Aku tidak mau..!!!" David berteriak dan menangis kencang saat ayahnya itu membentaknya.

"Kevin kita sudah pernah bahas ini kan?" Emily menggendong David dan pamit pergi kepada semua orang. Emily membawa David menuju kamar dan mencoba menenangkannya.

Kevin seketika membanting sendok makan malamnya, lalu ikut melangkah mengikuti kemana Emily dan putranya pergi. Semua orang hanya menggeleng karena sudah terbiasa dan paham dengan sifat buruk Kevin yang pemarah dan enggan dinasehati.

"Anak itu tidak berubah." William menelan makanan dengan raut terheran.

"Kenapa kakak galak sekali?" Damian mencebikkan bibir. Dia adalah anak paling kecil yang biasanya selalu menjadi tumbal kemarahan kakaknya.

"Justru itu bagus, supaya kamu tidak main-main terus." Maxime tertawa melihat ekspresi pasrah remaja itu.

"Tidak bisa keluar jika ada kakakmu kan? Rasakan itu! Kali ini mamapun tidak bisa menolongmu. Papa yakin jika kamu berani keluar, besok pagi Kevin akan membanting piring sarapanmu!" William meledek.

"Mama!" Damian memeluk ibunya manja.

Damian adalah anak kesayangan Brenda karena paling bontot. Biasanya Damian selalu dimanja dan di bebaskan. Tapi jika Kevin pulang, hal seperti itu tidak akan terjadi.

"Pergilah jika ingin pergi sayang!" Brenda mengusap puncak kepalanya.

"Tapi besok jika kak Kevin meneriakimu, kita semua pura-pura tidak mendengar." Kennard meledek adiknya sambil mengigit daging steaknya.

Lie With Sugar DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang