Prolog

31.4K 1.2K 112
                                    

"Mama kenapa jadi mamanya Leo? Mama kenapa tidak pulang lagi? Kenapa tinggalkan David dan Papa?" Seorang anak kecil menangis tersedu sambil memeluk kaki seorang wanita yang memasang wajah kesal.

Sudah beberapa kali hal itu terjadi, dan sungguh membuat muak wanita yang dipanggil si anak dengan sebutan mama.

"Diamlah dan tunggu papamu datang. Mama dan papa sudah berpisah! Jadi jangan berisik dan ganggu mama lagi!" Sentaknya sambil mencoba melepas pelukan anak tersebut.

"Tapi aku kangen mama!" Anak kecil itu kembali menangis tersedu-sedu.

"Diamlah David! Kenapa kamu selalu saja bersisik dan nakal? Kamu tidak lihat temanmu Leo? Dia anak baik dan pintar!"

"Haruskah kamu bersikap seperti itu kepada anak yang baru berumur enam tahun? Dia bahkan putra kandungmu!" Kevin langsung menggendong anaknya dan menatap Davira dengan tajam. Mantan istri yang meninggalkannya menikah lagi dengan sahabatnya sendiri, ketika ia terancam bangkrut.

"Ini sudah satu tahun, tapi sepertinya kamu sama sekali tidak bisa mendidiknya untuk dewasa dan mengerti! Sampai kapan dia akan merengek padaku seperti ini?" Davira mendorong Kevin dengan kencang, lalu masuk kedalam mobilnya. Ia bahkan tidak peduli meski anak kandungnya menangis tersedu dan semakin histeris.

Kevin menatap putranya dengan rasa iba. Ia paham jika David sangat merindukan Davira. Tapi mau bagaimana? Davira sudah menikah lagi dengan temannya yang seorang duda. Ia lebih memilih mengasuh anak tiri dibanding anak kandungnya sendiri.

Kevin takut jika luka ini akan membekas di hati David hingga dewasa nanti. Bahkan anak itu berubah menjadi pemurung semenjak perceraiannya.

"Kita beli mainan yuk? Mau? Jangan menangis lagi sayang." Kevin menyeka airmata di pipi mungil putranya.

"Kenapa mama jahat sama David?" Anak itu bertanya dengan suara serak dan nafas yang tersengal, seakan susah untuk dihembuskan.

"Bisakah David berhenti menemui mama seperti ini? Jangan mamanggilnya lagi, seperti yang mama katakan padamu selama ini." Kevin memohon, ia berharap putra kecilnya mau mengerti.

"David sama papa aja ya?" Lanjutnya dengan lembut.

Kevin bersumpah jika David sudah bisa menerima keadaan, ia tidak akan pernah membiarkan Davira menemuinya lagi suatu hari nanti.

"Apa karena David nakal, jadi mama pergi? Padahal David sudah menjadi juara kelas!" Adunya lagi.

"David adalah anak yang paling baik dan kebanggaan papa. Jangan dengarkan mama."

"Bisakah papa mencarikan mama baru untuk David?"

"Mama baru?" Kevin terkekeh.

"David ingin punya mama baru yang tidak jahat dan cantik!" Rengekkannya disertai isakan.

Kevin tertawa ketika permintaan itu muncul dari bibir putranya. Ia pun membawa pria kecilnya ke mobil tanpa menjawab pertanyaan sulit itu.

Mencari ibu baru? Apa itu ide yang bagus? Tidak, ia tidak siap jatuh cinta lagi. Sakit yang Davira buat bahkan masih sangat membekas dan belum sembuh. Bagaimana bisa ia memulai lagi dengan cinta yang baru?

*****

David kecil memandangi ayahnya yang sedang mengantri ice cream untuknya, seraya memeluk beberapa mainan yang baru saja ia beli.

Anak itu memandangi teman-teman sebayanya di kedai tersebut, yang tengah digandeng ibunya dengan penuh kasih sayang. David juga ingin seperti itu. Pergi dengan ayahnya sangat membosankan!

"Aku benci papa! Dia pasti tidak akan mau mencari mama baruku!" Anak itu meletakkan mainannya, lalu pergi meninggalkan tempat duduknya sambil menangis.

Lie With Sugar DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang