Leo? no he is Hyena

285 8 1
                                    

Leo pov

"(dia guru matematika dikelasku, hanya sementara saja. jangan khawatir)"

Hanya sementara saja. jangan khawatir

Benarkah hanya sementara saja? bagaimana caranya agar tidak khawatir? sejak dia mengatakan

" ibu benar, kau adalah leo. Kau rajanya. Tetapi jangan pikir seorang raja tidak memiliki musuh. Dan sekarang aku musuhmu. Panggil aku hyena" ibu tidak mempertemukan kami lagi. Sesuatu pasti telah terjadi antara ibu dengan rexa waktu itu. Dan juga apa maksud dari tatapannya tadi? Mengapa dia menatapku dengan penuh kebencian?.

" leo aduh bisa tolong ayah? Bagaimana melepaskan dia? " sahut ayah dan ketika aku menghampiri ayah...

Ya ampun apa yang dilakukan coco? Mengapa dia memeluk erat kaki ayah yang sedang bersiap – siap untuk berangkat ke singapore. ayah ditugaskan di singapore sampai dua bulan jadi selama dua bulan dirumah ini hanya ada aku dan coco. Ini kesempatan bagus!

"(ayah jangan tinggalkan aku dengan leo, aku tidak akan diberi makan olehnya)" ujarnya.

Apa – apaan ini, bukannya selama ini dia yang menghabiskan makanan ku?

" tidak, tidak gadisku. Leo akan bersikap baik denganmu, ayo bangun ayah tidak akan lama. Jika dia macam – macam kau bisa telfon aku ya?"

' ayah mana mungkin aku macam-macam dengan nenek nenek?' ledekku. Dan setelah itu aku mendapatkan cubitan panas di lenganku dari coco. Benar benar! -_-

"tidak ada yang perlu di khawatirkan. Leo jangan lupa untuk selalu mengecek rumah dan mengunci pintu kemanapun kau pergi! Jangan tinggalkan cella sendirian! Dan ingat jangan berbuat nekat! kau belum menikahinya, tapi kalau kelepasan ya apa boleh buat hahahaha "

Aku dan ayah tertawa keras karena kalimat terakhir yang diucapkan ayah, tetapi tidak dengan coco lagi – lagi dia melototiku seakan aku dalam masalah besar.

Galaknya!

Autor pov

Leo melompat ke sofa tempat coco duduk dengan nyamannya sambil menonton drama yang paling dia suka. "hai cantik" panggilnya dan coco hanya menatapnya kebingungan kemudian dia kembali menoleh ke layar tv. Merasa teracuhkan leo akhirnya membuka kertas hvs yang bertuliskan namanya dengan ukuran yang sangat besar bahkan hampir penuh satu kertas.

"coco coba lihat ini, aku yakin kau bisa mengejanya. Ini L E O leo!" eja leo. tangannya memegang pipi coco agar memperhatikannya. Tetapi bukan kertasnya yang dia perhatikan melainkan leo yang sedang menunjuk-nunjuk tulisan itu.

'apa maksudnya melakukan ini?' batin coco memanas, dia paling tidak senang dengan siapapun yang memaksanya bicara. tapi leo seakan tak peduli dan terus memaksanya mengeja.

"aah mungkin sulit bagimu untuk mengucapnya, begini lidahmu berada diantara gigi atas dan gigi bawahmu, el.. coba kau ucapkan. ah? Kau mengerti kan? Coco? Ayo bersuara? " paparnya terus menerus tiba- tiba saja coco merebut kertas yang dipegang leo dan merobek kertas tersebut di depan matanya kemudian dia melangkah kekamarnya dan membanting pintu dengan keras.

Tidak puas dengan hasil yang ia dapat, leo kembali meneruskan rencananya ketika mereka selesai makan siang. Leo meminta coco untuk mengucapkan huruf A bahkan dia mempraktekan bagaimana caranya mengeluarkan suara A dari mulut tetapi gagal, coco tetap saja mengacuhkannya.

Begitu juga dengan makan malam, selalu saja leo memaksa untuk coco mengucap huruf yang dia inginkan seakan tidak menyerah, dia terus berbicara ketika coco sedang makan meminta coco agar bersuara meskipun hanya menggeram. Sayangnya bukan suara coco yang dia dapatkan, tetapi siraman air putih yang sebenarnya disiapkan leo untuk coco minum setelah dia menghabiskan makannya.

"(apa kau tidak mengerti bahwa aku tidak suka dengan semua ini aku benci dengan..)" Leo menahan jari coco yang sedang bicara. Matanya dengan serius menatap coco yang sudah berkaca- kaca.

"jangan bicara dengan ku lewat jarimu, aku sudah tidak mengerti bahasa tanganmu. Dan aku tidak mau lagi mengerti bahasamu"

PLAK!

Satu tamparan mendarat dipipi leo. Begitu kerasnya hingga leo sendiri reflek memegangi pipinya. Tidak pernah dia melihat coco semarah ini apalagi sampai menamparnya.

Air mata coco sudah tidak terbendung lagi, begitu sesak dadanya ketika mendengar apa yang leo ucapkan. Bertahun – tahun coco percaya bahwa leo tidak akan memaksanya untuk hal ini, tetapi dugaannya salah. Benar benar salah.

Tak tahan dengan suasana tersebut coco kembali mengurung dirinya dikamar.

"aku tidak akan menyerah" teriak si lelaki tangguh Leo.

BRUKH! Bantingan pintu coco lebih keras dari sebelumnya.

Sudah dua hari tidak ada dialog untuk dua remaja ini. Coco selalu menghindar dari Leo dia mencoba menenangkan pikirannya dengan tidak bertatapan dengan leo. Tapi bagai kera mencari makan Leo tak pernah letih meminta coco untuk berbicara. Kini sudah tiga kali tamparan yang diterima leo tetap saja tak membuatnya kapok.

Dalam keadaan marah ini secara tak sengaja sosok hyena sang kakak tiri leo selalu ada disisi coco. Kepada siapa coco bercerita selain kepada rexa yang juga mengenali leo. Meskipun dia sudah pasti tahu bahwa sekarang ini hubungan leo dan kakak tirinya sedang tidak baik.

"(apalagi yang dilakukan leo padamu?)"

"(pak aku tidak tuli, kau bisa bicara sementara aku membalasnya dengan bahasaku)" balas coco. Dia menghela napas panjang dan mengambil segelas teh yang disodorkan rexa.

"yaa baiklah jika itu maumu, maaf jika aku terkesan menghina" dia mengerutkan alisnya juga menggaruk kecil bagian belakang rambutnya " tapi aku sungguh tidak bermaksud begitu" lanjutnya gugup.

Lagi lagi helaan napas yang menjadi jawaban coco Seakan frustasi dengan perubahan sikap pria yang tinggal seatap dengannya.

"memaaangnya kau benar-benar tidak bisa bicara atau hanyaaaa.... "

Tatapan panas coco menyambar perkataannya hingga dia menelan ludah dan menunduk tak berani menatap si keras kepala ini. Seperti berubah pikiran dengan cepat rexa mengangkat kepalanya dan membalas tatapan coco. Dia menarik tangan coco hingga mendekatinya ternyata mata rexa lebih dalam menatap. kini coco kalah, giliran dia yang beralih pandangan kekanan kiri tak karuan.

Tangan rexa merogoh kantung samping tas coco, ternyata sebuah benda yang berkedip sedari tadi lah tujuannya.

"wow! 17x panggilan dari suamimu"

Kaget karena telepon genggamnya direnggut, coco segera menarik – narik lengan rexa berharap barang miliknya bisa dia dapatkan kembali. Sayangnya lelaki ini kelewat tinggi, hanya dengan mengangkat tangannya, lompatan tertinggi coco pun dapat terlampaui.

Terlalu asik melompat hingga coco tak sadar secangkir teh yang diberikan rexa jatuh dan membuat lantai menjadi licin. Secara tak sengaja kaki rexa menginjak tumpahan teh tersebut dan terpeleset lah mereka. Tangan coco yang menarik lengan rexa membuat mereka jatuh bertumpukan. Sekarang mata rexa dapat melihat wajah coco dengan sangat jelas, dia pun dapat merasakan napas terkejut coco yang berhembus dipipinya.

'Leo' batin coco berbicara, wajah leo tertampang dalam pikirannya setelah menatap mata rexa yang begitu mirip dengan adik tirinya.

.

.

.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"


Benar itu Leo



Little DewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang