Bricella (2)

377 11 0
                                    

          Aku ingat sekali ketika itu ayah sedang menyeruput kopi hitam buatanku yang sebenarnya tidak terlalu manis tetapi tetap saja ayah berterimakasih atas kopi yang tidak enak itu. bukan hanya berterimakasih, ayah juga melempar senyumnya padaku dan mengelus kepalaku lembut tidak lupa sebuah kalimat  "ayah mencintaimu nak" yang  tidak pernah ketinggalan. aku hapal sekali kalimat itu, setiap apa yang kulakukan untuknya, ayah pasti berkata demikian. aku juga tidak mengerti kenapa ayah harus mengulangnya berkali-kali padahal tentu saja aku bisa merasakannya. tidak ada ayah, maka aku tidak akan sebesar ini.

     Sewaktu kecil aku adalah anak yang jahil, aku tidak memiliki teman perempuan aku lebih suka bermain dengan laki-laki. aku senang mencari ulat di pohon walaupun setelah itu tubuh kami akan terasa gatal seluruhnya, bermain layang-layang disiang hari meskipun rambutku akan menguning setelahnya, mengambil siput beracun dengan tangan kosong, dan memencet tombol bel disetiap rumah meskipun aku sering tertangkap basah dan setelah itu ayah akan sibuk mendatangi rumah-rumah itu untuk meminta maaf. aku sangat merepotkan ya.. maaf ayah.

     Tetapi aku benar-benar tidak sengaja mengambil sebuah kaset berwarna putih yang tidak memiliki cover bergambar apapun, layaknya kaset yang baru saja dibeli di tokoh elektronik dan komputer. aku membawa benda aneh itu pulang kerumah, aku rasa aku bisa menambahkan sedikit hiasan dan akan kutempel dikamarku. satu langkah aku dari pintu masuk rumah dan ayah segera memelukku sangat erat sangat berbeda dari biasanya "kau tidak apa-apa kan nak? huft... perasaan ayah tidak enak" sungguh bodoh karena saat itu aku tidak tahu apa maksud ayah? apa itu perasaan tidak enak? seperti apa rasanya perasaan yang tidak enak itu? aku tidak mengerti. Sengaja aku letakan kaset polos itu di atas meja kerja ayah karena ayah menyimpan hiasan manik-manik ibu didalam laci kerjanya. tapi aku tidak menemukannya.

"ayah, dimana manik-manik ibu ayah sim..." belum selesai aku bicara,tangan kekar ayah dengan cepat merangkul bahuku erat dan mendekap mulutku.

"sssttt jangan berisik..."  ayah berbisik dan itu  terdengar amat jelas ditelingaku, tetapi tatapan mata ayah begitu tajam ke layar laptopnya, aku pun tak sengaja melihat film yang sedang ayah tonton itu. film itu seperti rekaman ulang cctv yang biasa aku lihat di supermarket tempat aku dan ayah belanja setiap awal bulan. tetapi sangat berbeda dengan suasana di supermarket, tempatnya terlihat sepi dan luas aku melihat baling-baling pesawat yang besar dibelakangnya. ada tiga orang pria yang sedang bergotong royong membawa satu buah box besar berisi banyak sekali kantung-kantung yang berwarna putih. itu terlihat seperti susu bubuk rasa vanila yang dituangkan keplastik berukuran sedang. aku juga melihat banyak sekali suntikan didalam plastik terakhir yang dibawa oleh pria dalam film itu.

"dimana kau mendapatkan kaset ini? " suara ayah memecahkan suasana, tetapi kali ini sangat berbeda di telingaku suara ayah bergetar dan kering seperti orang yang sedang ketakutan. "akuu.. aku menemukanya dijalan yah, apa itu yah? kenapa banyak sekali suntikan seperti dirumah sakit? " tanyaku meremas ujung baju ayah tetapi aku tidak mendapatkan jawaban dari mulutnya, ayah sangat tergesa-gesa mengeluarkan kaset itu dari laptopnya dan segera menggendongku.

   Terlambat, dua orang pria bertubuh besar dan berkulit hitam itu ternyata telah mengamati kami dari luar jendela sejak kami menyaksikan isi kaset itu. sepertinya mereka pria yang ada di rekaman cctv yang kami lihat.  mereka menggedor pintu rumah kami sangat keras. beruntung aku sudah menguncinya ketika pulang tadi, ayah menyelipkan kaset itu dalam kantong celananya dan berlari menggendongku kepintu belakang, ternyata satu orang dari mereka telah berjaga disana dia mendorong ayah hingga kami masuk kembali kedalam tapi dengan cepat tangan kiri ayah mengambil pukulan bola kasti dan dipukulnya kepala pria besar itu. aku memang tidak melihatnya tetapi bunyi pukulan itu sangat kencang aku sangat kagum dengan kekuatan tangan kiri ayah. ayah berlari ke mobil tua kami, mobil yang biasa ayah gunakan untuk mengantarku sekolah.

   aku melihat kebelakang setelah ayah menempatkan ku dikursi sebelahnya. "cepat ayah.. mereka mengejar kita"  aku terus berteriak ketakutan padahal ayah sedang memutar kunci mobilnya. saat itu aku bisa saja membuat ayah panik dan tidak tahu apa yang terjadi pada kami selanjutnya, untung ayah bukan orang yang mudah panik sepertiku. ayah menginjak gas mobil dan kami melaju sangat cepat. kedua pria besar berkulit hitam itu pun terus mengejar kami hingga seorang pria tua berjubah cokelat panjang menahannya. apa dia juga bagian dari mereka? aku juga belum mengerti saat itu. yang kuingat setelah pria tua itu berbisik kepada mereka, mereka pun tidak mengejar mobil kami lagi malah berbalik pergi entah kemana.

  "kita harus segera kekantor polisi.. ayah akan memberikan rekaman ini ke pihak yang berwenang"

"memangnya mereka salah apa yah?" tidak mungkin ayah melaporkan mereka ke kantor polisi hanya karena mendorong ayah dan menggedor-gedor pitu rumah kami. ayah adalah orang yang baik dan sabar meskipun wajahnya terlihat sangat sangar. 

"mereka pelaku penyeludupan narkoba nak"  kali ini aku tahu apa itu narkoba. kata itu sering kulihat didepan gerbang sekolahku, di rumah sakit, dan di taman. sesekali aku bertanya kepada ayah apa itu narkoba? sekarang aku mengerti mengapa mereka bersalah.

konsentrasi ayah buyar ketika mendengar suara aneh dari belakang mobil kami,entah mengapa aku merasa tidak asing dengan suara itu.  "nitt.. nitt.. nitt.." suara itu terdengar  tidak terlalu kencang bunyinya seperti  pendigin dikamarku yang diyalakan saat air nya sudah habis.

aku mencari - cari sumber suara itu bunyinya sangat nyaring sementara bentuknya tidak kelihatan. terlalu penasaran aku hingga berpindah tempat duduk ke kursi belakang. kulihat kebawah jok tempat aku duduk sebelumnya ternyata benar bendanya berada disana. warnanya merah dan bentuknya seperti petasan tetapi tidak ada sumbunya.

"ayah.. bunyinya dari bawah jok ini"  kataku seraya menunjuk benda yang terus berbunyi nyaring itu. sementara ayah membanting setirnya, mobil kami berbelok dengan cepat hingga kepalaku terbentur pegangan pintu mobil. aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi saat itu yang aku ingat ayah menggendongku keluar mobil namun bunyi benda merah itu masih belum berhenti malahan semakin cepat.

   aku merasa tubuhku terlempar ke lapangan besar aku bisa merasakan rumput- rumput yang kasar itu di jemari ku,aku tidak melihat ayah lagi, kemana ayah? satu satunya hal yang kulihat sebelum aku tak sadarkan diri ialah setetes embun kecil yang menggelantung di ujung rumput kering itu. DUAARRR..  sebuah ledakan besar  mengganggu pendengaranku, kerasnya ledakan itu hinggaa tanah tempat ku terbaring lemas pun bergetar, pening yang kurasakan setelahnya. kemudian apapun yang kulihat semuanya memudar, semuanya hitam hingga akhirnya gelap.... sangat gelap dan tak terlihat

 ***********

       sungguh semua ini adalah hal terberat yang pernah kualami, mengapa semua ini terjadi padaku? tidak! aku tidak pernah melihat wajah ibu  secara langsung, aku tidak pernah mendengar suara ibu memanggil namaku sekalipun. aku tidak mengerti untuk apa tangan ini diciptakan bila aku tidak bisa memeluk ibu, apa fungsi wajah ini jika tidak ada sedikitpun bekas ciuman ibu di wajahku. sekarang apalagi? mengapa ayah ? apa salah ayah? apa Kau cemburu karena cintaku terhadap mereka melebihi cintamu? Tidak tuhan...tidak ada cinta yang lebih besar terhadap makhluknya selain engkau, tidak ada yang bisa menyaingi kasih sayang mu tuhan..  lalu mengapa kau harus mengambil mereka dari ku?

     saat itu duniaku benar- benar kelam aku tidak mengeluarkan sepatah katapun dari bibirku bukan karena aku tidak ingin bicara tapi karena aku tidak mendengar apapun. benar.. ledakan besar yang menghancurkan mobil kami sekaligus merenggut nyawa ayah ku itu mengganggu pendengaran ku

  





Little DewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang