He is still Hyena

276 7 1
                                    

hitam!

pintunya hitam!

temboknya hitam!

lemarinya, hitam juga!

Astaga aku menginap di dasar laut.

glekkk

tegukan lidah ku yang kesekian kalinya akhirnya didengar oleh si bapak sakti matematika ini, tatapan aneh nya memaksaku untuk berhenti merasa takut, tapi sungguh! aku jadi semakin takut. aku bahkan hampir tidak bisa melihat apapun disini, semuanya gelap karena berwarna hitam . dan lagi, TEMPAT INI TINGGI SEKALI!!!! aku layaknya rapunzel yang tinggal dimenara yang tinggi dan gelap sambil menunggu datangnya sinar matahari dan teriakan seseorang yang memintaku untuk menurunkan rambutku.

"Cella!! Cella!! turunkan kepalamu!"

eh? yang benar saja, memangnya leherku bisa memanjang, ah pikiranku sudah tidak waras sering sekali suara suara gaib terlintas di telinga ku.

"Cella turunkan kepalamu!!"

hah? tapi suara yang satu ini nyata sekali!

"Cella Kepalamu!!"

Tidak mungkin! astaga aku harus melihat kebawah jendela.

ahh khayalan lagi! tidak ada apa apa dibawah sepertinya aku kurang minum air mineral.

"Cella Awaaas!!!"

BRUKHH!

sebuah benda bulat besar menimpa kepalaku saat aku menegok keatas, sontak kepala beserta tubuhku jatuh kelantai karna tak kuat menahan buntalan yang tak jelas bentuknya itu. akh pusing sekali, rasanya seperti kejatuhan dua kamus oxford dengan tebal 5 cm tepat di kepalaku. mataku masih buram, kepalaku masih pusing, tubuhku masih melayang, tiba-tiba saja seorang lelaki keluar dari kegelapan dengan seekor burung hantu besar berwarna cokelat di pundaknya.

apa sekarang aku berada di sekolah Hogwarts? sedang apa Harry potter disana?

"hei!" Harry potter merunduk melihatku terkapar, kini ia memegang pundakku, bayangan wajah harry lama kelamaan memudar

"HEI !! " oh tidak itu pak rexa, semua nyawaku rasanya sudah kembali wajahnya jelas sekali didepan ku. namun tiba-tiba ibu jarinya mengusap pipiku tangannya..

Tangan itu selembut leo kini aku membayangkannya disini. tepat didepan ku karena bau mereka sama, hanya pundak rexa lebih besar dan lapang. "kau berdarah"

mungkin tak sengaja terkena kaki burung yang menabrak kepalaku itu, rexa beranjak dan bergegas mengambil sesuatu di lemarinya. namun tempat ini gelap sehingga susah untuk mencarinya. aku pun berdiri dan menyalakan hp ku untuk digunakan sebagai penerangan,

baru saja kubuka sarung hp ku ketika rexa meraba - raba tembok dan akhirnya menemukan tombol kecil yang biasanya disebut saklar. di dorongnya satu jari untuk menekan saklar itu dan seketika...
.
.
.

lampu lampu kecil menyala secara berurutan sepanjang tembok kamarnya, lampu lampu kecil itu dihubungkan dengan tali yang diikat simpul sehingga memenuhi hampir seluruh tembok kamarnya
tubuhku reflek berputar seiring dengan arah urutan lampu itu menyala. Hanya satu kata yang ada dipikiranku ; Indah.

kini kamar ini sudah tidak gelap lagi, lampu- lampu itu bagaikan kunang kunang yang menempel disetiap sudut dinding menerangi kamar yang hitam ini. dan ternyata tidak semua barang berwarna hitam, ada sebuah tirai besar tipis berwarna putih yang terbagi menjadi dua ikatan, tirai ini menutupi ranjang tempat tidurnya. aku ingat ayah bilang ini namanya kelambu, yang ayah ingin belikan untukku bila ranjangku sudah diganti dengan ranjang baru.

Little DewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang