A trust for you to keep

69 5 0
                                    

Aku melihat tangan itu dikepal kemudian dilepas lagi, lalu dikepal lagi dan selalu diulang seperti itu.

Ini sudah menit ketiga kami saling terdiam sembari menunggu ibu itu menyelesaikan laporannya. Iya, sepertinya ibu itu adalah ibunya rexa, yang mana berarti adalah ibu leo juga.

Sebenarnya jariku sudah gatal sedari tadi ingin menanyakan apakah ibu itu benar-benar ibunya?. Jika benar, tidakah ia ingin melihat leo? Karna sejak ayah membawaku kerumah, aku tidak pernah melihat wanita lain selain aku dan nenek farah yang berada di rumah itu, bahkan walau hanya sekedar foto.

Hanya ada beberapa foto perkawinan yang tidak sengaja aku lihat dikamar ayah saat sedang membawakan makanan.

Itu pun aku tidak mengingat betul bagaimana wajah aslinya.

"Tolong..... jangan katakan apapun pada leo bahwa ibuku datang, anggap saja hari tidak pernah terjadi! " ucap rexa di sela-sela keheningan

Entah mengapa dadaku sesak mendengar nya. pikiranku penuh tanya, mengapa aku harus melupakan hari yang gila ini? Lagi pula apa salah bila leo menemui ibu kandungnya sendiri?

"Aku harap aku bisa mempercayaimu" lanjutnya tanpa menatapku sedikitpun, ia berdiri dan membukakan pintu untuk ibunya yang telah selesai memberikan laporan pada polisi.

Aku masih berharap ada sedikit ucapan yang bisa menjelaskan padaku mengapa ia begitu tertutup tentang ibunya?

Namun tiba-tiba tanganku terasa hangat, aku terkejut ketika ibu itu menggenggamku dan berulang kali ia ucapkan terimakasih padaku. Aku hanya bisa tersenyum dan terus memandanginya, Tak kusangka ibunya secantik ini, senyumnya membuat matanya terlihat menyempit dan membuatnya semakin manis.

Dia memelukku erat dan mengelus-elus punggungku begitu lembut. Ternyata seperti ini rasanya dipeluk oleh seorang ibu, Nyaman sekali sampai aku tak sadar bahwa aku telah menyandarkan kepalaku di bahunya.


Leo pasti merindukan ini.


***********


"Astaga coco!"

Aku sudah mengetahui respon itu sejak aku sadar aku akan membawa pulang bekas luka pukulan teflon di dahiku.

Tapi aku masih terus memikirkan jawaban apa yang harus ku berikan jika ia bertanya kenapa?

"KAU KENAPA?!"

Benar saja, baru ku sebutkan dalam otakku, dia sudah bertanya.

tapi mengapa ucapan rexa selalu terbesit saat ini? Seperti mengunci jemariku untuk berkata jujur.

Padahal aku tahu, leo akan sangat senang sekali bila ia bisa menemui ibunya, hampir 15 tahun mereka tidak pernah bertemu, hampir selama itu juga aku melihat ada sebuah ruang kosong dimatanya yang tak pernah terisi sekalipun ia sedang bahagia.

-
                   ... "Aku harap aku bisa mempercayaimu"  .....
-

"(Tersandung..... dipasar)"

Tanganku menjawab tanpa ku perlihatkan wajahku, tapi dia sangat mahir membaca mataku saat aku berbohong.

Beruntung dia tidak banyak komentar, kekhawatirannya pada lukaku membuatnya tidak mementingkan apakah aku sedang berkata bohong atau jujur.

Tapi walau bagaimanapun, semua ini menjadi tamparan keras bagiku, bahkan lebih keras dari serangan teflon sebelumnya, bekasnya ialah sebuah pertanyaan besar,

Little DewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang