Bricella

520 17 0
                                    

         5 juni 2010

      Rasanya begitu gelap dan tenang ketika mataku tertutup sambil menyandarkan dagu pada jari yang saling berpelukan. disini tempat nenek tertidur dan bermimpi indah selamanya, aku berharap aku adalah salah satu bagian dari mimpi indah nenek.  nenek tidak sendirian disini,  ada ayah ibuku yang mendampingi, jadi ketika aku hanya merindukan ayah, nenek dan ibu menjadi bonus untukku begitupun saat aku rindu ibu dan nenek. dalam keadaan gelap dan sunyi ini, aku berdoa.

    tuhan.. aku berada disini tentu tidak ada maksud lain selain menjenguk dan berdoa untuk ketiga orang yang paling kusayangi ini, apa kabar mereka disana tuhan? apakah mereka sehat sehat saja? sewaktu kecil, ayahku bilang ibu adalah wanita yang sangat cantik mesikpun tubuhnya cukup kurus.. aku tidak mau tubuhku ibu terlampau kurus tuhaan... aku berdoa semoga engkau memberikan dia makanan yang enak disurga sana tapi makanan untuk ibu juga harus sehat dan jangan terlalu manis, juga jangan terlalu pedas, aku yakin ibu tidak suka pedas sama sepertiku..  lalu nenek, jika disurga sana nenek masih kesulitan memiliih pakaian, tolong tunjukan pakaian yang cocok untuknya.. nenek suka sekali warna biru menurutnya biru itu tenang dan damai, aku mohon berikan nenek ku baju berwarna biru sebanyak mungkin ya tuhan nenek akan terlihat lebih muda 20 tahun jika memakai warna biru hihi.. dan juga ayah.. apakah ayah masih malas memangkas rambutnya? kalau dia masih seperti itu.. aku rela engkau membotaki kepalanya tuhan.. ayah memang malas mengurusi rambut.

"ckck" suara itu lagi.. apa apaan ini? mengapa ia selalu menyeringai ketika aku sedang berdoa? apa yang dia tertawakan? apa dia menertawakan ayah , ibu dan nenek? atauu... ada yang salah dengan wajahku? mata ini segera terbuka dan menatap pria  yang tertawa disebelahku sangat sinis.

"eh? um... sudaaahh sudaah aku sudah berdoa untuk ayah, ibu dan nenek kok.." ujarnya seakan mengerti apa pertanyaan dalam batinku. tentu saja aku tidak menghiraukannya aku malah menatapnya lebih sinis lagi mungkin sekarang bola mataku terlihat sangat tipis. "coco.. ayolaahh.. aku tidak menertawakan mereka"  tidak menertawakan ayah, ibu dan nenek? berarti dia menertawakanku apa yang salah dengan ku? kedua indra pengelihatan ini tak berhenti melihat wajahnya dengan tajam,  menunggu penjelasan berikutnya kurasa tatapan ku cukup menusuk lihat saja wajahnya begitu pucat sekarang,berkali-kali ia memalingkan wajahnya dari pandanganku.

   "baiklah baiklaah... aku jelaskan, begini kelapa hijau ku yang keras.. kau sudah berdoa selama lebih dari satu setengah jam, kau mengangguk -anggukan kepalamu, tersenyum sendiri, bahkan kau juga tertawa sendiri, bagaimana aku tidak mau tertawa melihat tingkah mu? "

 benarkah? aku tidak sadar...

(memangnya mengapa kalau aku tertawa sendiri?) segera aku mengangkat tanganku dan memainkan jari ku dengan mahir didepan matanya. ini bahasa tangan.  aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan, kalian tahu? sekarang dia tertawa lagi aku bahkan tidak sedang berdoa atau pun tersenyum sendiri...

"kau menggemaskan coco.. " ujarnya pelan. dalam sedetik tubuh ini memanas aku merasakan pipiku mulai memerah kalimat yang sedikit itu membuatku malu. kenapa mudah sekali dia membolak-balikan mood ku? dasar pria!

Little DewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang