BAB 03 ☎

531 65 5
                                    


Pintu ruangan terbuka sedikit demi sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu ruangan terbuka sedikit demi sedikit. Tiap-tiap orang di dalam ruangan menoleh, hendak melihat siapa yang datang—yang sudah mereka pastikan mahasiswa.

"Udah nggak ada dosennya, masuk aja!" bisik-bisik samar yang terdengar dari balik pintu seketika terhenti. Teriakan Deandy sang Ketua Angkatan terdengar dari dalam ruangan, membuat pintu yang dibuka secara perlahan dan penuh ragu itu akhirnya melebar penuh keyakinan. Kini kelihatanlah oknum-oknum terlambat dua menit pada kelas siang ini.

Rachel termasuk di antara tiga orang yang mengendap-ngendap itu. Tidak seperti dua laki-laki lainnya yang langsung melangkah ke kursi terbelakang, Rachel duduk di barisan tengah, menempati kursi yang sudah Diandra tandai untuknya.

"Kelas jam segini kok terlambat, sih, Chel? Terus tumben banget lo nggak dikuncir. Seenggaksempet itu, buat rapi-rapi?" desis Diandra sambil mengambil tasnya yang tadi ia letakkan di kursi Rachel. "Semalem lo rapat Dies Natalis sampai malem banget, ya? Abang gue aja baru pulang jam sebelas, tapi, katanya habis nugas juga sih sama temennya. Emang selesai jam berapa, sih?"

Rachel mendelik, refleks memegangi rambutnya yang jatuh di atas bahu hingga dadanya. Ia merapikan rambutnya lagi, memastikan surai hitam dengan gradasi ash brown itu menutupi bahunya dengan sempurna. Tak lupa, Rachel merapatkan kemeja flanel yang dikenakannya. Dan, sambil mendengarkan Diandra yang bawelnya belum ada saingan di angkatan, Rachel mengeluarkan binder dan alat tulisnya, lalu meletakkan tote bag hitamnya di bawah kursi. "Eng ... iya, Di. Nggak sempet nguncir rambut, gue. Eng, soal rapat ... jam ... jam berapa, ya? Sekitar jam setengah delapan?"

Diandra mengangguk-angguk. "Eh, by the way, dosennya lagi rapat PA. Tadi lo udah gue absenin, sih. Sekarang disuruh baca-baca dulu, tuh ada modul dari Pak Gunawan. Ada di Deandy."

Refleks pandangan Rachel tertuju pada Deandy, partner Ketua Angkatannya yang duduk di kursi terdepan. Laki-laki itu sama galaknya dengan Pak Gunawan. Satu angkatan benar-benar segan dengannya. Tidak heranlah kalau mahasiswa Pendidikan Sejarah 2021 sejauh ini jadi adik-adik maba paling manut dengan peraturan. Selain karena faktor baru masuk, salah satunya jelas karena Deandy yang selalu menekankan semua teman seangkatannya untuk patuh dengan peraturan dan tidak macam-macam.

Rachel menghela napas ketika dilihatnya Deandy sedang begitu fokus dengan bacaannya, yang sudah pasti adalah modul mata kuliah Sejarah Asia Selatan dari Pak Gunawan. Beberapa kali Rachel mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang hening. Meski tidak semua orang membaca modul, tapi semuanya diam dan fokus dengan kegiatan masing-masing. Maka tidak ada alasan bagi Rachel untuk tidak segera angkat kaki dari kursinya dan melangkah ke barisan depan.

"Mau ambil modul, ya?" tanya Deandy begitu Rachel berhenti melangkah di depan kursinya. Perempuan yang datang ke mejanya itu hanya mengangguk. "Kok lo bisa terlambat, sih, Chel? Tumben."

Sesaat, hanya senyum kikuk yang Rachel tampilkan di wajahnya. Selain galak dan superdisiplin, Deandy juga superkepo dengan urusan orang lain. Kalau Rachel menjawab pertanyaan ini, pastilah obrolan mereka akan sepanjang KRL sepuluh gerbong. Maka, sambil berharap Deandy tidak memperpanjang obrolan, Rachel langsung mengambil modul yang tergeletak di atas meja sembari menjawab, "Iya, tadi macet, Ndy."

Emergency HotlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang